Minggu, 31 Mei 2015

JENIS-JENIS MAKNA


Karena bahasa itu digunakan untuk berbagai kegiatan dan keperluan dalam kehidupan bermasyarakat, maka makna bahasa itupun menjadi bermacam-macam dilihat dari segi atau pandangan yang berbeda.
Berbagai nama jenis makna telah dikemukakan oleh orang dalam berbagai buku linguistik atau semantik. Salah satu di antaranya adalah pendapat Abdul Chaer yang membagi jenis-jenis makna sebagai berikut; makna leksikal, gramatikal, kontekstual, referensial dan non-referensial, denotatif, konotatif, konseptual, asosiatif, kata, istilah, idiom serta makna peribahasa.[1]

2.1  Makna Leksikal ( المعنى المعجمى )
المعنى المعجمى هو المعنى الذى يقدمه المعجم للأسماء و الأفعال شرحا لدلالتها مستفيدا من كل ما يتاح من وسائل لتحديد المعنى. [2]

Makna leksikal adalah makna sebenarnya, sesuai dengan hasil observasi indra kita, makna apa adanya dan makna yang ada dalam kamus. Maksud makna dalam kamus adalah makna dasar atau makna yang konret. Misalnya leksem kuda memiliki makna sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai. Pensil bermakna leksikal sejenis alat tulis yang terbuat dari kayu dan arang. Dan air bermakna leksikal sejenis barang cair yang biasa digunakan untuk keperluan sehari-hari.[3]

2.2  Makna Gramatikal (المعنى النحوى البنيوى)
المعنى النحوى البنيوى هو الإكمال الطبيعى للمعنى المعجمى.[4]
Makna gramatikal adalah makna yang terjadi setelah proses gramatikal (afikasi, reduplikasi, kalimatisasi). [5]
Perbedaan dari makna leksikal dan gramatikal adalah Makna leksikal adalah makna dasar/makna dari kata per kata, sedangkan makna gramatikal adalah makna baru yang muncul ketika kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat.
Contoh:  kata kuda bermakna leksikal binatang, sedangkan makna gramatikalnya bisa menjadi alat transportasi atau sejenis.

2.3  Makna Kontekstual (السياقى)
Makna kontekstual adalah makna sebuah laksem atau kata yang berada di dalam suatu konteks.[6] Misalnya, makna konteks kata kepala pada kalimat-kalimat berikut :
a.       Rambut di kepala nenek belum ada yang putih
b.      Sebagai kepala sekolah dia harus menegur murid itu.
c.       Nomor teleponnya ada pada kepala surat itu.
d.      Kepala paku dan kepala jarum tidak sama bentuknya.
Makna konteks dapat juga berkenaan dengan situasinya yakni tempat, waktu, dan lingkungan penggunaan bahasa itu. Contohnya:
“Tiga kali empat berapa?”
Jika dilontarkan di depan kelas tiga SD sewaktu mata pelajaran Matematika berlangsung, tentu dijawab dua belas. Namun kalau pertanyaan itu dilontarkan kepada tukang photo, maka pertanyaan itu mungkin akan dijawab dua ratus, tiga ratus atau lebih. Hal ini disebabkan karena pertanyaan itu mengacu kepada pembiayaan pembuatan pas photo yang berukuran tiga kali empat centimeter.[7]


2.4  Makna Referensial  ( المعنى الإشارى)
Makna referensial adalah sebuah kata yang memiliki referensnya/acuannya. Sehingga sebuah kata dapat disebut bermakna referensial kalau ada referensinya atau acuannya. Kata-kata seperti ‘Kuda’, ‘Merah’, dan ‘Gambar’ adalah termasuk kata-kata yang bermakna referensial.[8]
Sedangkan makna non referensial adalah kebalikannya yaitu tidak semua kata memiliki makna referensial karena ada beberapa kata yang tidak mempunyai acuannya dalam dunia nyata. Contohnya kata dan, atau, dan karena.[9]
Berkenaan dengan acuan ini, ada sejumlah kata yang disebut kata-kata Deiktik, yang acuannya tidak menetap pada satu wujud, melainkan dapat berpindah dari wujud yang satu kepada wujud yang lain. Kata-kata deiktik ini adalah kata seperti pronominal, misalnya dia, saya, kamu ; kata-kata yang menyatakan ruang, misalnya di sini, di sana, dan di situ; kata-kata yang menyatakan waktu, seperti sekarang, besok dan nanti ; kata-kata yang disebut kata petunjuk, misalnya ini dan itu. Contoh pronominal kata saya pada kalimat berikut yang acuannya tidak sama;
a.       “Tadi pagi saya bertemu dengan pak Ahmad”, kata Ani kepada Ali.
b.      “o, ya?”, sahut Ali, “ Saya juga bertemu beliau tadi pagi”.
c.       “Dimana kalian bertemu beliau?”, Tanya Amir, “Saya sudah lama tidak jumpa dengan beliau.
Pada kalimat (a) kata saya mengacu kepada Ani, pada kalimat (b) mengacu kepada Ali, dan pada kalimat (c) mengacu pada Amir. Contoh lain, kata di sini pada kalimat (d) acuannya juga tidak sama dengan di sini pada kalimat (e).
d.      “Tadi pagi saya melihat pak Ahmad duduk di sini, sekarang dia kemana?”. Tanya pak Rasyid kepada Mahasiswa itu.
e.       “Kami di sini memang bertindak tegas terhadap para penjahat itu” kata Gubernur DKI kepada para wartawan dari luar negeri itu.
Kata di sini pada kalimat (d) acuannya pada sebuah tempat duduk, tetapi pada kalimat (e) acuannya adalah satu wilayah DKI Jakarta.

2.5  Makna Denotatif (المعنى الأساسى, الحقيقى)
Makna denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah kata. Umpamanya, kata kurus bermakna denotative yang mana artinya ‘ keadaan tubuh seseorang yang lebih kecil dari ukuran yang normal’. Kata bunga bermakna denotative yaitu ‘ bunga yang seperti kita lihat di taman’.[10]

2.6  Makna Konotatif (المعنى المجازى)
Sedangkan makna konotatif adalah makna yang lain yang ditambahkan pada makna denotative tadi yang berhubungan dengan nilai rasa dari seseorang atau kelompok orang yang menggunakan kata tersebut.[11] Umpamanya kata kurus  pada contoh di atas berkonotasi netral. Tetapi ramping, yaitu sebenarnya bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotasi positif yaitu nilai yang mengenakkan ; orang akan senang kalau dikatakan ramping. Sebaliknya, kata kerempeng, yang sebenarnya juga bersinonim dengan kata kurus dan ramping, mempunyai konotasi negative, nilai rasa yang tidak enak, orang akan tidak enak kalau dikatakan tubuhnya kerempeng.
Dan juga kata bunga di atas, jika dikatakan “si Ida adalah bunga kampung kami”, ternyata makna bunga tak sama lagi dengan makna semula. Sifat bunga yang indah itu akan dipindahkan kepada si Ida yang cantik. Dengan kata lain orang lain melukiskan kecantikan si Ida yang bak bunga.

2.7  Makna Konseptual (التصوري)
Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari Konteks atau asosiasi apa pun. Kata ‘kuda memiliki makna konseptual ‘sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai’, dan kata rumah memiliki makna konseptual ‘bangunan tempat tinggal manusia’.[12]


2.8  Makna Asosiatif  (المعنى الثانوى, التضمنى)
Sedangkan makna asosiasi adalah makna kata yang berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa. Misalnya, kata melati berasosiasi dengan sesuatu yang suci atau kesucian, kata merah berasosiasi berani, kata buaya berasosiasi dengan jahat atau kejahatan.[13] Makna asosiasi ini sebenarnya sama dengan lambang atau perlambangan yang digunakan oleh suatu masyarakat pengguna bahasa untuk menyatakan konsep lain, yang mempunyai kemiripan dengan sifat keadaan, atau ciri yang ada konsep asal tersebut.
Menurut leech (1976) sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Chaer tentang makna asosiasi menyatakan bahwa,” dalam makna asosiasi ini dimasukkan juga yang disebut makna konotatif, makna stilistika, makna efektif dan makna kolakatif.”[14]
Makna stilistika berkenaan dengan pembedaan kata sehubungan dengan perbedaan sosial   (الإجتماعى)atau bidang kegiatan. Misalnya, dokter mengatakan penyakitnya akan diangkat maka yang dimaksud adalah dioperasi. Orang yang di bengkel mengatakan mesin mobil itu diangkat, maka yang dimaksud adalah diperbaiki. Contoh lain:
1.    إن التوليد من أهم عوامل النمو اللغوى (المتحدث هنا اللغوي).
2.    أن التوليد من المهام الإنسانية الصعبة (المتحدث هنا طبيب)
3.     أن التوليد يعد أهم عوامل استمرار التيار (المتحدث هنا مهندس كهرباء)

Makna efektif yakni makna yang menimbulkan rasa bagi pendengar. Jika seseorang menghardik kita meskipun dengan kata-kata biasa, tentu kita akan merasakan sesuatu yang agak lain kalau kata-kata itu diucapkan dengan nada biasa. Contoh ;
a.       Duduk ! (dengan suara pelan)
b.      Duduk ! (dengan suara keras)
Makna kolakatif (التضام) berkenaan dengan ciri-ciri makna tertentu yang dimiliki sebuah kata dari sejumlah kata yang bersinonim, sehingga kata tersebut hanya cocok untuk digunakan berpasangan dengan kata tertentu lainnya. Misalnya, kata tampan sesungguhnya bersinonim dengan kata cantik dan indah, hanya cocok atau hanya cocok berkolokasi dengan kata yang memiliki ciri pria. Maka kita dapat mengatakan pemuda tampan, tetapi tidak dapat mengatakan gadis tampan. Jadi tampan tidak berkolokasi dengan kata gadis.

2.9  Makna Kata (المعنى اللغوى)
Setiap kata atau leksem memiliki makna. Pada awalnya, makna yang dimiliki sebuah kata adalah makna leksikal, makna denotative atau makna konseptual. Namun dalam penggunaan makna kata itu baru menjadi jelas jika kata-kata itu sudah berada dalam konteks situasinya. Kita belum tahu makna kata jatuh sebelum kata itu berada dalam konteksnya.[15]
Sehingga dapat dikatakan bahwa Makna kata adalah makna yang bersifat umum, kasar dan tidak jelas. Kata tangan dan lengan sebagai kata, maknanya lazim dianggap sama, seperti contoh (a) dan (b) berikut ;
a.       Tangannya luka kena pecahan kaca.
b.      Lengannya luka kena pecahan kaca.
Jadi, kata tangan dan kata lengan pada kedua kalimat di atas adalah bersinonim atau bermakna sama.

2.10          Makna Istilah (المعنى الإصطلاحى)
Yang disebut makna istilah adalah makna yang pasti, jelas, tidak meragukan, meskipun tanpa konteks kalimat dan perlu diingat bahwa makna istilah hanya dipakai pada bidang keilmuan/kegiatan tertentu saja.[16] Umpamanya, kata tangan dan lengan yang menjadi contoh di atas. Kedua kata itu dalam bidang kedokteran mempunyai makna yang berbeda. Tangan bermakna ‘bagian dari pergelangan sampai ke jari tangan’. Sedangkan kata lengan adalah ‘bagian dari pergelangan tangan sampai ke pangkal bahu’. Jadi kata tangan dan lengan sebagai istilah dalam ilmu kedokteran tidak bersinonim, karena maknanya berbeda.
Dalam perkembangan bahasa memang ada sejumlah istilah, yang karena sering digunakan, lalu menjadi kosa kata umum. Artinya, istilah ini tidak hanya digunakan dalam bidang keilmuannya, tetapi juga telah digunakan secara umum, di luar bidangnya. Dalam bahasa Indonesia, misalnya istilah spiral, virus, akomodasi telah menjadi kosakata umum, tetapi istilah alomorf, alofon, morfem masih tetap sebagai istilah dalam bidangnya, belum menjadi kosakata umum.


2.11          Makna Idiom (التراكيب الثابتة)
Makna idiom adalah makna yang tidak dapat diramalkan dari makna unsure-unsurnya, baik secara leksikal maupun gramatikal.[17] Contoh, secara gramatikal bentuk menjual rumah bermakna‘ yang menjual menerima uang dan yang membeli menerima rumahnya’, tetapi  dalam bahasa Indonesia bentuk menjual gigi tidak memiliki makna seperti itu, melainkan bermakna ‘tertawa keras-keras’. Jadi makna tersebutlah yang disebut makna idiomatic. Contoh lain dari idiom adalah kata meja hijau bukan meja yang berwarna hijau melainkan kata lain dari pengadilan.
هناك عدة أنواع من التراكيب الثابتة, تكون من كل منها اكثر من كلمة فى علاقة تركيبية لها دلالتها التى لاتتكون من مجرد مجموع دلالات العناصر المكونة لها. وفى كثير من الحالات نجد التراكيب الثابت فى لغة من اللغات تقابلة كلمة واحدة فى كلمة أخرى.[18]

 Idiom terdiri dari dua macam yaitu idiom penuh dan idiom sebagian, contoh:
a.       Idiom penuh : meja hijau, membanting tulang
b.      Idiom sebagian : daftar hitam, koran kuning.

2.12          Makna Peribahasa  (الأمثال)
Berbeda dengan idiom yang maknanya tidak dapat diramalkan secara leksikal maupun gramatikal, maka yang disebut peribahasa memiliki makna yang masih dapat ditelusuri atau dilacak dari makna unsur-unsurnya. Karena adanya asosiasi antara makna asli dengan maknanya sebagai peribahasa.[19] Umpamanya, peribahasa seperti anjing dan kucing yang bermakna “ihwal dua orang yang tidak pernah akur’.  Makna ini memiliki asosiasi bahwa binatang yang namanya anjing dan kucing jika bersuara memang selalu berkelahi, tidak pernah damai. Contoh lain, peribahasa tong kosong nyaring bunyinya yang bermakna orang yang banyak cakapnya biasanya tidak berilmu. Makna ini dapat dari asosiasi tong yang berisi bila dipukul tidak mengeluarkan bunyi yang keras dan nyaring.



[1]
[2]
[3] H.R. Taufiqurrahman, M. A, Leksikologi Bahasa Arab, UIN Malang press, cet I, Malang , 2008, hal : 82
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
[9]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar