a.
Macam
Code Swiching
Berdasarka sebab munculnya, code switching terdiri dari dua
macam:
1. Situasional
Code Switching
Pengalihan
kode dalam suatu masyarakat multibahasa timbul karena adanya kebutuhan
leksikal, hal ini terjadi bila seseorang ingin mengekspresikan sesuatu yang
hanya ada pemaknaan dalam satu bahasa tertentu atau ketidak-puasan seseorang
dalam pemakaian satu bahasa ketika mengekspresikan satu atau beberapa kata.
Code-switching juga terjadi karena mengikuti situasi dalam perubahan topik/permasalahan
yang dibicarakan, atau juga merupakan kesengajaan utuk membuat sebuah kode
rahasia agar orang lain tidak mengerti isi pembicaraan. Pengalihan kode ini
juga dipengaruhi oleh umur, status sosial, latar belakang pendidikannya dan
gender. Kode switching seperti ini
disebut dengan Situasional Code Switching.
2. Methaporical
Code Switching
Pengalihan kode bahasa dalam sebuah situasi tunggal tetapi
menambahkan makna untuk sejumlah komponen sebagai aturan untuk di ekspresikan,
dan mempunyai tujuan tertentu. Pengalihan tersebut merupakan perubahan untuk
melibatkan pilihan dalam mengenalkan diri (identifikasi) kepada lawan bicara
dalam situsi tertentu. Perubahan ini
disebut dengan Methaporical Code Switching.
Dalam multibahasa komunitas bilingual, switching
metafora-kode mengacu pada kecenderungan
untuk beralih kode (bahasa atau ragam bahasa) dalam percakapan untuk membahas
topik yang biasanya akan jatuh ke lain domain percakapan.Dimana alternatif antara varietas mengubah situasi, menjadi
perubahan dalam mengatur norma, dan switching metaforis, mana alternatif
memperkaya suatu situasi, memungkinkan untuk kiasan untuk lebih dari satu
hubungan sosial dalam situasi. Sebagai contoh, di sebuah makan malam keluarga
(di mana Anda harapkan untuk mendengar berbagai L), anggota keluarga yang akan
berpindah dari L untuk H untuk membahas sekolah atau bekerja. Di tempat kerja
(dimana Anda harapkan untuk mendengar H) lawan bicara dapat beralih dari H ke L
keluarga mendiskusikan.[1]
Sebagai
contoh simaklah ilustrasi alih kode berikut, dari Penggalan percakapan di telepon antara Tio dan Rudi
pada sore hari :
Tio : Halo, selamat
siang?
Rudi : Siang?
Tio : Apakah saya
bisa bicara dengan Rudi?
Rudi : Iya, saya
sendiri. Dengan siapa?
Tio : Aku Tio Rud,
Rudi : Oh. Whats up?
Tio : Kenapa tidak
masuk kelas today?
Rudi : Aku terkena flu
berat.
Tio : Sudahkah
periksa ke thabib?
Rudi : Insya Allah, ntar sore aku
ke dokter.
Tio : Istirahat yang
banyak.
Rudi : Ok.
Tio : Bye the way,
besok lusa ada tugas kelompok,
Rudi : Oh ya?
Tio : Kalo masih
perlu istirahat tidak apa-apa, ntar kita yang ngerjain.
Rudi : Syukron.
Tio : Afwan, cepat
sembuh. Assalammualaikum.
Rudi :
Waalaikumussalam.
Analisa:
Latar
belakang :
Asrama putra Alfaraby komplek ma’had A’ly
dan rumah
Para pembicara :
Mahasiswa-mahasiswa Pasca sarjana UIN Malang
Topik :
pemberitahuan
Sebab
alih kode :
peralihan karena ketidak hadiran Rudi dalam kelas
Percakapan di atas adalah percakapan antara dua orang pelaku yaitu
pembicara dan pendengar (lawan bicara) dengan secara tidak langsung yaitu
menggunakan telepon. Percakapan tersebut
merupakan percakapan yang bersifat tidak langsung karena menggunakan alat bantu
untuk melakukan interaksi.
Percakapan di atas menggunakan beberapa bahasa yaitu bahasa Indonesia,
bahasa Arab, dan bahasa Inggris. Interaksi ini menyatakan pembicara dan
pendengar mempunyai pengetahuan lebih dari dua bahasa dan saling mengerti dan
memahami maksud yang dituturkan. Kejadian penggunaan bahasa lebih dari satu
dalam sebuah interaksi ini bisa disebut dengan pengalihan kode bahasa atau
terkenal dengan istilah Code-switching. Code switching dapat diartikan
sebagai pemakaian individual dua atau lebih variasi bahasa dalam satu speech
event. Code-switching juga dapat terjadi di antara bahasa atau dialek yang
berbeda, register atau “level” bahasa, atau dari gaya bahasa saja
seperti contoh di atas,
Tio : Sudahkah perudsa
ke thabib?
Rudi : Insya Allah, ntar
sore aku ke dokter.
Percakapan tersebut menggunakan bahasa utama yaitu bahasa Indonesia.
Karena beberapa faktor, pembicara menggunakan alih kode (code switching) yang
menurutnya (pembicara), pendengar memahami code-switching tersebut. Pembicara
menggunakan pengalihan bahasa karena code-switching menujukan penggunaan bahasa
lebih simpel, lebih sistematis, dan terdapat standar skill berbahasa.
Kata “Thabib” merupakan code-switching pengalihan bahasa dari satu
bahasa ke bahasa lain yaitu dari bahasa Indonesia ke bahasa Arab,
sedangkan kata “ntar” merupakan
pengalihan gaya bahasa saja yaitu dari bahasa baku Indonesia (bahasa
resmi) ke bahasa pasaran Indonesia
(tidak resmi). Percakapan tersebut dalam bahasa baku Indonesia dapat di artikan
sebagai berudut:
Tio : Sudahkah perudsa
ke dokter?
Rudi : Insya Allah, sore nanti
aku akan pergi ke dokter.
Pengalihan kode dalam suatu masyarakat multibahasa timbul karena
adanya kebutuhan leksikal, hal ini terjadi bila seseorang ingin mengekspresikan
sesuatu yang hanya ada pemaknaan dalam satu bahasa tertentu atau ketidak-puasan
seseorang dalam pemakaian satu bahasa ketika mengekspresikan satu atau beberapa
kata. Code-switching juga terjadi karena mengikuti situasi dalam perubahan
topik/permasalahan yang dibicarakan, atau juga merupakan kesengajaan utuk
membuat sebuah kode rahasia agar orang lain tidak mengerti isi pembicaraan.
Pengalihan kode ini juga dipengaruhi oleh umur, status sosial, latar belakang
pendidikannya dan gender. Kode switching
seperti ini disebut dengan Situasionl reasion.
Pengalihan kode bahasa dalam
sebuah situasi tunggal tetapi menambahkan makna untuk sejumlah komponen sebagai
aturan untuk di ekspresikan, dan mempunyai tujuan tertentu. Pengalihan tersebut
merupakan perubahan untuk melibatkan pilihan dalam mengenalkan diri
(identifikasi) kepada lawan bicara dalam situasi tertentu. Perubahan ini disebut dengan Methaporical
Code Switching. hal ini dapat terlihat dalam contoh percakapan di atas
(akan dikutip kembali sebagai berikut):
Tio : halo, selamat
siang?
Rudi : Siang?
Tio : Apakah saya
bisa bicara dengan Rudi?
Rudi : Iya, saya
sendiri. Dengan siapa?
Tio : Aku Tio Rud,
Rudi : Oh. Whats up?
Tio : Kenapa tidak masuk
kelas today?
Penggalan percakapan di atasa menggambarkan Methaporical Kode
Switching. pada awal pengangkatan telepon, penelepon yaitu Tio sebagai
pembicara menggunakan bahasa baku, hal ini karena pembicara belum mengatahui
(tidak mengenal) siapa lawan bicaranya. Setelah interaksi komunikasi
berlangsung lama, pembicara mengetahui bahwa lawan bicaranya adalah temannya
Rudi. Dengan begitu pembicara langsung mengalihkan bahasa bakunya ke bahasa
pasaran (tidak resmi). Hal ini bisa dilihat pengalihan kata “saya” menjadi
“aku”. Pengalihan kode ini dilakukan pembicara untuk mengidentifikasikan diri
kepada lawan bicara bahwa si pembicara adalah teman lawan bicara yang mempunyai
kesamaan identitas pengalaman, yaitu seusia (umurnya sepadan) dan mempunyai
latar pendidikan yang sama. Pembuktian lain dapat dilihat dari penggalan
interaksi dengan menggunakan bahasa asing sebagai kode switching yaitu “whats
up” dan “today”.
Dalam percakapan di atas, juga terdapat politeness (sopan
santun) yang digunakan pembicara dan
pendengar di dalam interaksinya. Konteks atau keadaan pada saat berinterksi dan
keadaan lawan bicara juga mengikat dan mempengaruhi politeness. Dari percakapan
di atas pembicara menggunakan politeness jenis positive politeness. Pembicara
menggunakan bahasa yang sekiranya dapat menyenangkan hati lawan bicara
(pendengar) meskipun yang pembicara bicarakan tidak sepenuhnya dikehendaki atau
diinginkan, tidak semuanya diungkapkan dengan kejujuran (bersifat
mengada-mengada). Hal ini bisa dilihat dalam potongan percakapan di atas
sebagai berudut:
Tio : Bye the way, besok
lusa ada tugas kelompok,
Rudi : oh ya?
Tio : kalo masih
perlu istirahat tidak apa-apa, ntar kita yang ngerjain.
Rudi : Syukron.
Tio : afwan, cepat
sembuh. assalammualaikum.
Tio sebagai pembicara mengujarkan kalimat kepada lawan bicaranya
dengan kalimat “kalo masih perlu istirahat tidak apa-apa, ntar kita yang
ngerjain”. Tio bermaksud mengajak lawan bicaranya (Rudi) untuk mengerjakan
tugas kelompok bersama-sama dengan bahasa yang lebih sopan dan lebih kepada
konotasi positif. Makna atau maksud dalam Kalimat tersebut tidak sepenuhnya
diharapkan oleh pembicara, pembicara menginginkan lawan bicara bisa ikut
mengerjakan tugas kelompok bersama-sama. Harapan (keinginan) pembicaran
terhadap keikut-sertaan lawan bicara untk mengerjakan tugas kelompok
bersama-sama dapat dilihat dari kata awal dalam kalimat tersebut “kalo masih
perlu Istirahat”. Indikasi harapan pembicara tersebut juga terlihat pada
percakapan berudutnya yaitu pembicara mendoakan lawan bicara agar sembuh dari
penyakitnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar