Minggu, 31 Mei 2015

ALIH KODE BAHASA

a.   Macam Code Swiching
Berdasarka sebab munculnya, code switching terdiri dari dua macam:
1.      Situasional Code Switching
Pengalihan kode dalam suatu masyarakat multibahasa timbul karena adanya kebutuhan leksikal, hal ini terjadi bila seseorang ingin mengekspresikan sesuatu yang hanya ada pemaknaan dalam satu bahasa tertentu atau ketidak-puasan seseorang dalam pemakaian satu bahasa ketika mengekspresikan satu atau beberapa kata. Code-switching juga terjadi karena mengikuti situasi dalam perubahan topik/permasalahan yang dibicarakan, atau juga merupakan kesengajaan utuk membuat sebuah kode rahasia agar orang lain tidak mengerti isi pembicaraan. Pengalihan kode ini juga dipengaruhi oleh umur, status sosial, latar belakang pendidikannya dan gender.  Kode switching seperti ini disebut dengan Situasional Code Switching.

2.      Methaporical Code Switching
Pengalihan kode bahasa dalam sebuah situasi tunggal tetapi menambahkan makna untuk sejumlah komponen sebagai aturan untuk di ekspresikan, dan mempunyai tujuan tertentu. Pengalihan tersebut merupakan perubahan untuk melibatkan pilihan dalam mengenalkan diri (identifikasi) kepada lawan bicara dalam situsi tertentu.  Perubahan ini disebut dengan Methaporical Code Switching.
Dalam multibahasa komunitas bilingual, switching metafora-kode mengacu pada kecenderungan untuk beralih kode (bahasa atau ragam bahasa) dalam percakapan untuk membahas topik yang biasanya akan jatuh ke lain domain percakapan.Dimana alternatif antara varietas mengubah situasi, menjadi perubahan dalam mengatur norma, dan switching metaforis, mana alternatif memperkaya suatu situasi, memungkinkan untuk kiasan untuk lebih dari satu hubungan sosial dalam situasi. Sebagai contoh, di sebuah makan malam keluarga (di mana Anda harapkan untuk mendengar berbagai L), anggota keluarga yang akan berpindah dari L untuk H untuk membahas sekolah atau bekerja. Di tempat kerja (dimana Anda harapkan untuk mendengar H) lawan bicara dapat beralih dari H ke L keluarga mendiskusikan.[1]
Sebagai contoh simaklah ilustrasi alih kode berikut, dari Penggalan  percakapan di telepon antara Tio dan Rudi pada sore hari :
Tio           : Halo, selamat siang?
Rudi         : Siang?
Tio           : Apakah saya bisa bicara dengan Rudi?
Rudi         : Iya, saya sendiri.  Dengan siapa?
Tio           : Aku Tio Rud,
Rudi         : Oh. Whats up?
Tio           : Kenapa tidak masuk kelas today?
Rudi         : Aku terkena flu berat.
Tio           : Sudahkah periksa ke thabib?
Rudi         : Insya Allah, ntar sore aku ke dokter.
Tio           : Istirahat yang banyak.
Rudi         : Ok.
Tio           : Bye the way, besok lusa ada tugas kelompok,
Rudi         : Oh ya?
Tio           : Kalo masih perlu istirahat tidak apa-apa, ntar kita yang ngerjain.
Rudi         : Syukron.
Tio           : Afwan, cepat sembuh. Assalammualaikum.
Rudi         : Waalaikumussalam.

Analisa:
Latar belakang                                    : Asrama putra Alfaraby komplek ma’had A’ly  dan rumah
Para pembicara                        : Mahasiswa-mahasiswa Pasca sarjana UIN Malang
Topik                                       : pemberitahuan
Sebab alih kode                       : peralihan karena ketidak hadiran Rudi dalam kelas

Percakapan di atas adalah percakapan antara dua orang pelaku yaitu pembicara dan pendengar (lawan bicara) dengan secara tidak langsung yaitu menggunakan telepon.  Percakapan tersebut merupakan percakapan yang bersifat tidak langsung karena menggunakan alat bantu untuk melakukan interaksi.
Percakapan di atas menggunakan beberapa bahasa yaitu bahasa Indonesia, bahasa Arab, dan bahasa Inggris. Interaksi ini menyatakan pembicara dan pendengar mempunyai pengetahuan lebih dari dua bahasa dan saling mengerti dan memahami maksud yang dituturkan. Kejadian penggunaan bahasa lebih dari satu dalam sebuah interaksi ini bisa disebut dengan pengalihan kode bahasa atau terkenal dengan istilah Code-switching. Code switching dapat diartikan sebagai pemakaian individual dua atau lebih variasi bahasa dalam satu speech event. Code-switching juga dapat terjadi di antara bahasa atau dialek yang berbeda, register atau “level” bahasa, atau dari gaya bahasa saja seperti contoh di atas,
Tio       : Sudahkah perudsa ke thabib?
Rudi    : Insya Allah, ntar sore aku ke dokter.
Percakapan tersebut menggunakan bahasa utama yaitu bahasa Indonesia. Karena beberapa faktor, pembicara menggunakan alih kode (code switching) yang menurutnya (pembicara), pendengar memahami code-switching tersebut. Pembicara menggunakan pengalihan bahasa karena code-switching menujukan penggunaan bahasa lebih simpel, lebih sistematis, dan terdapat standar  skill berbahasa.
Kata “Thabib” merupakan code-switching pengalihan bahasa dari satu bahasa ke bahasa lain yaitu dari bahasa Indonesia ke bahasa Arab, sedangkan  kata “ntar” merupakan pengalihan gaya bahasa saja yaitu dari bahasa baku Indonesia (bahasa resmi)  ke bahasa pasaran Indonesia (tidak resmi). Percakapan tersebut dalam bahasa baku Indonesia dapat di artikan sebagai berudut:
Tio       : Sudahkah perudsa ke dokter?
Rudi    : Insya Allah, sore nanti aku akan pergi ke dokter.
Pengalihan kode dalam suatu masyarakat multibahasa timbul karena adanya kebutuhan leksikal, hal ini terjadi bila seseorang ingin mengekspresikan sesuatu yang hanya ada pemaknaan dalam satu bahasa tertentu atau ketidak-puasan seseorang dalam pemakaian satu bahasa ketika mengekspresikan satu atau beberapa kata. Code-switching juga terjadi karena mengikuti situasi dalam perubahan topik/permasalahan yang dibicarakan, atau juga merupakan kesengajaan utuk membuat sebuah kode rahasia agar orang lain tidak mengerti isi pembicaraan. Pengalihan kode ini juga dipengaruhi oleh umur, status sosial, latar belakang pendidikannya dan gender.  Kode switching seperti ini disebut dengan Situasionl reasion.
 Pengalihan kode bahasa dalam sebuah situasi tunggal tetapi menambahkan makna untuk sejumlah komponen sebagai aturan untuk di ekspresikan, dan mempunyai tujuan tertentu. Pengalihan tersebut merupakan perubahan untuk melibatkan pilihan dalam mengenalkan diri (identifikasi) kepada lawan bicara dalam situasi tertentu.  Perubahan ini disebut dengan Methaporical Code Switching. hal ini dapat terlihat dalam contoh percakapan di atas (akan dikutip kembali sebagai berikut):
Tio       : halo, selamat siang?
Rudi    : Siang?
Tio       : Apakah saya bisa bicara dengan Rudi?
Rudi    : Iya, saya sendiri.  Dengan siapa?
Tio       : Aku Tio Rud,
Rudi    : Oh. Whats up?
Tio       : Kenapa tidak masuk kelas today?
Penggalan percakapan di atasa menggambarkan Methaporical Kode Switching. pada awal pengangkatan telepon, penelepon yaitu Tio sebagai pembicara menggunakan bahasa baku, hal ini karena pembicara belum mengatahui (tidak mengenal) siapa lawan bicaranya. Setelah interaksi komunikasi berlangsung lama, pembicara mengetahui bahwa lawan bicaranya adalah temannya Rudi. Dengan begitu pembicara langsung mengalihkan bahasa bakunya ke bahasa pasaran (tidak resmi). Hal ini bisa dilihat pengalihan kata “saya” menjadi “aku”. Pengalihan kode ini dilakukan pembicara untuk mengidentifikasikan diri kepada lawan bicara bahwa si pembicara adalah teman lawan bicara yang mempunyai kesamaan identitas pengalaman, yaitu seusia (umurnya sepadan) dan mempunyai latar pendidikan yang sama. Pembuktian lain dapat dilihat dari penggalan interaksi dengan menggunakan bahasa asing sebagai kode switching yaitu “whats up” dan “today”.
Dalam percakapan di atas, juga terdapat politeness (sopan santun) yang digunakan  pembicara dan pendengar di dalam interaksinya. Konteks atau keadaan pada saat berinterksi dan keadaan lawan bicara juga mengikat dan mempengaruhi politeness. Dari percakapan di atas pembicara menggunakan politeness jenis positive politeness. Pembicara menggunakan bahasa yang sekiranya dapat menyenangkan hati lawan bicara (pendengar) meskipun yang pembicara bicarakan tidak sepenuhnya dikehendaki atau diinginkan, tidak semuanya diungkapkan dengan kejujuran (bersifat mengada-mengada). Hal ini bisa dilihat dalam potongan percakapan di atas sebagai berudut:
Tio       : Bye the way, besok lusa ada tugas kelompok,
Rudi    : oh ya?
Tio       : kalo masih perlu istirahat tidak apa-apa, ntar kita yang ngerjain.
Rudi    : Syukron.
Tio       : afwan, cepat sembuh. assalammualaikum.

Tio sebagai pembicara mengujarkan kalimat kepada lawan bicaranya dengan kalimat “kalo masih perlu istirahat tidak apa-apa, ntar kita yang ngerjain”. Tio bermaksud mengajak lawan bicaranya (Rudi) untuk mengerjakan tugas kelompok bersama-sama dengan bahasa yang lebih sopan dan lebih kepada konotasi positif. Makna atau maksud dalam Kalimat tersebut tidak sepenuhnya diharapkan oleh pembicara, pembicara menginginkan lawan bicara bisa ikut mengerjakan tugas kelompok bersama-sama. Harapan (keinginan) pembicaran terhadap keikut-sertaan lawan bicara untk mengerjakan tugas kelompok bersama-sama dapat dilihat dari kata awal dalam kalimat tersebut “kalo masih perlu Istirahat”. Indikasi harapan pembicara tersebut juga terlihat pada percakapan berudutnya yaitu pembicara mendoakan lawan bicara agar sembuh dari penyakitnya.



[1] code-switching-wikipedia.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar