Tampilkan postingan dengan label CELOTEH NAWANG. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label CELOTEH NAWANG. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 05 November 2016

Katik Rangkai Basa



engkaulah ricik dari setiap nafasku yang megalir
engkau ubun-ubun yang terlahir lewat  getar dawai syair

Sejak waktu itu
ketika almanak menjatuhkan tubuhnya pada angka dua belas
Bulan ke-delapan tahun duaribu empat belas
Engkau meminagku
Di hadapan penghulu disaksikan malaikat berwajah sendu
Menjadikanku kebun dari usiamu

Kuterima engkau, Katik Rangkai Basa
Melalui shalat-shalat malam yang senyap
Kuterima engkau menjadi pakaianku 
Menjadi imam dari setiap  penjuru mata angin
Dengan mas kawin kedamaian di setiap musim

Engkau yang tak akan raib dari ingatan
Hingga nyawa tercerai dari badan 
rahim ini terlanjur bermukim di mimpimu, Katik Rangkai Basa

Trimurjo 2014

Rabu, 26 Oktober 2016

Katik Rangkai Basa



engkaulah ricik dari setiap nafasku yang megalir
engkau ubun-ubun yang terlahir lewat  getar dawai syair

Sejak waktu itu
ketika almanak menjatuhkan tubuhnya pada angka dua belas
Bulan ke-delapan tahun duaribu empat belas
Engkau meminagku
Di hadapan penghulu disaksikan malaikat berwajah sendu
Menjadikanku kebun dari usiamu

Kuterima engkau, Katik Rangkai Basa
Melalui shalat-shalat malam yang senyap
Kuterima engkau menjadi pakaianku
Menjadi imam dari setiap  penjuru mata angin
Dengan mas kawin kedamaian di setiap musim

Engkau yang tak akan raib dari ingatan
Hingga nyawa tercerai dari badan
rahim ini terlanjur bermukim di mimpimu, Katik Rangkai Basa

Trimurjo 2014


Bapak...



Bapak…
Mungkin waktu yang kita lalui terlanjur terbiasa tanpa banyak canda. Namun dibalik kakumu, dapat kulihat gulungan kasihmu yang tak mampu kau jelmakan dalam kata-kata nyata.
Namun ketahuilah, Bapak..,
Bahwa bingkisan cintamu telah lama sampai ke alamat hatiku. Dan aku tak tahu, dengan apa aku bisa membalasnya.
Bapak....
Waktu mungkin bisa menjarah tekstur kulitmu, pigmen rambutmu, jernih daya netramu, tegap postur tulangmu, tapi ia takkan pernah bisa menjarah cintamu.
Bapak....
Kelak jika kau ingin tahu seberapa besar cintaku untukmu, maka tanyakanlah pada laki-laki yang mau bekerja keras denganku memberikan cucu untukmu… 
----Malang, 8 Oktober 2011

Atas Nama Rindu yang Menua..





Atas nama rindu yang menua, 
atas nama tubuhku yang menggigil di pintu dan jendela, 
atas nama apapun saja yang bergemuruh di dalam dada; puisi menjadi teramat perlu di sini, 
sebab getar di balik kata-kata lebih nyata dari segala yang kupunya. --Nawang--





Selasa, 18 Agustus 2015

Untuk panjenengan, Uda Taufiq Hidayat Nazar




Telah kita tapaki bersama
Hari hari bertabur cinta
Meki masih hitungan hari
Namun kau telah menaburkan beribu bahagia di hati

Kau benar, cinta memang bukan masalah usia
Bukan juga tentang kata-kata cinta fatamorgana
Yang  diumbarsebelum mitsaqon ghaliza tiba

Sebab cinta adalah tentang ketenangan hati
Saat berdampingan dengan belahan hati
Untuk menggapai ridha-Nya kala meniti hari demi hari

Cinta juga tentang ketulusan
Dan bersinergi untuk saling melengkapi kekurangan
Agar selaras mengarungi melodia zaman

Cinta juga tentang berbagi
Dan tidak perlu mengungkit apa yang telah kita beri
Sebab kebaikan selalu mengerti
Ke arah mana ia akan kembali

Jika bening embun dapat menyejukkan pagi
Maka engkau adalah rinai hujan yang turun setelah gersang merajam bumi
Jika ricik air dapat menghapus tiap-tiap dahaga
Maka kehadiranmu  adalah obat kepiluan jiwa

Untuk panjenengan, Uda Taufiq Hidayat Nazar
Terimakasih telah membersamai
Menjadi suami sekaligus sahabat hati yang selalu siap kuajak berbagi.

Uhibbuka hubban syadidan, yaa zawji,yaa habibi albi.  :’)

Rabu, 12 Agustus 2015

Miladu Zawaj ---12 Agustus 2014 - 12 Agustus 2015---




Kepada yang tercinta; Uda Katik Rangkai Basa
Jika syukur memiliki derajat lebih mulia dibanding cinta,
agar engkau tahu aku bersyukur menjadi istrimu..

Setahun yang lalu di tanggal dan bulan yang sama seperti hari ini, kita mengikrarkan Mitsaqan Ghaliza, di depan wali dan para saksi, dipimpin penghulu bertabur haru. Pada jeda berikutnya, kita menjadi manusia yang tak lagi sama, aku dan kamu telah menjadi kita, dua hamba asing yang saling menautkan cinta dalam bingkai sunahnya.

Mari melantunkan syukur untuk nikmat iman, nikmat kesehatan, untuk rizki yang cukup, untuk bahagianya kebersamaan, untuk sendunya jarak yang kerap membentangi raga, dan untuk generasi rabbani yang masih terus kita upayakan kehadirannya.

Terimakasih, Abang. Terimakasih telah menjadi teman hidup seharga separuh agama. Terima kasih untuk bahagia dan tawa yang selalu tercipta, terimakasih untuk tidak pernah (tidak pernah-tidak pernah-tidak perna secuilpun- sedikitpun) marah dan berkata kasar, terimakasih telah menjadi imam yang kokoh atas kualitas penghambaanku yang kerap rapuh.

Mari berkelana ke penjuru bumiNya yang luas tak terhingga, menjadi sepasang hamba yang  terus haus ilmu, menjadi sepasang sayap yang saling mengimbangi dan mencintai tanpa pernah jemu. Teruslah menjadi suami yang lembut tuturnya, menjadi rekan berdebat, menjadi sahabat yang saling berbagi, menjadi pertner tangguh untuk bersama-sama menjinakan kemarau dan hujan. Teruslah menjadi manusia baik yang menebar manfaat.

Dan....  teruslah mencintaiku. 

Lampung, 12 Agustus 2015
Ditulis dengan haru air mata dan linangan gerimis jiwa, diiringi lantunan piano yang dimainkanmu, Kekasih.




Selasa, 02 Juni 2015

Untukmu yang Lembut Hatinya; Katik Rangkai Basa



Maaf jika cintaku tidak bisa kubahasakan dengan istimewa
Lewat dayu syair atau majas-majas hiperpola
Namun ketahuilah,
Tidak sedetikpun kulalui hari tanpa mengingatmu.
Betapa jiwa ini merana kala jarak memisahkan kita

Engkau yang beberapa waktu  lalu masih asing,
Kini menjadi orang yang paling mengenal dan memahamiku
Menjadi  pendamai jiwa
Kala kepiluan datang melanda
Menjadi penyejuk hati
Kala kerikil kehidupan datang menghampiri

Engkau yang lembut hatinya
Yang santun lakunya
Terimakasih sudah menjadi penyejuk jiwa.



Lampung, 31 Oktober 2014


Untuk Saudaraku yang Menanti Datangnya Jodoh




Untuk saudaraku yang menanti datangnya jodoh...
Dalam penantian datangnya jodoh impian, mungkin menciptakkan keresahan tersendiri bagi sebagian orang yang menantinya. Terlebih saat melihat rekan sebaya sudah melenggang bahagia ke pelaminan. Namun saat pujaan hati yang kita nanti-nanti tak jua menghampiri, apakah kita harus meratapi? Atau menggadaikan keceriaan yang kita miliki dan berkecil hati? Duhai saudaraku, sejatinya tidak perlu semua itu. Tetaplah ikhtiar dan doa sebagai pelipur hati yang (mungkin)  pilu.

Jika ikhtiar dan doa sudah dilakukan, namun yang diharapkan tak jua terkabulkan, jangan berburuk sangka dan buru-buru mengambil kesimpulan, mari musabahah diri, sudahkah ikhtiar dan doa kita upayakan hingga batas tawakal menghampiri? Setelah itu tanyakan lagi pada hati, sudahkan kita tawakalkan semua pada-Nya? Mempercayakan semua pada Allah yang Kasihnya tak terperi? Jika belum, serahkan semua pada Ilahi Rabbi.. semoga damai seketika mengguyuri hati.

Untuk saudaraku yang menanti datangnya jodoh...
Mari minta pada-Nya dengan sabar dan shalat. Dengan setulus-tulus doa yang kita eja di sepertiga malam yang senyap. Dalam bentangan sajadah. Dengan air mata dan linangan gerimis jiwa

Untuk saudaraku yang menanti datangnya jodoh...
Ia  Maha Tahu kapan waktu yang  paling tepat.  Ia juga yang Maha Mengerti siapa yang terbaik untuk diri. Tak perlu kita risaukan dengan segala yang terlihat gemerlap. Bisa jadi yang tampak indah di mata manusia, justru itu yang menjadikan  Allah murka.

Jangan kita tertipu dengan bungkusan. Bisa jadi yang memesona di mata kita, justru ia yang kumuh di hadapan Rabb-Nya. Bisa jadi pula, ia yang terlihat sangat biasa, namun ternyata dialah manusia yang tertanam ketakwaan di halaman hati dan lakunya. Allah lebih tau sebenar-benar isi hati. Ia yang lebih mengerti apa-apa yang tersembunyi.

Untuk saudaraku yang menanti datangnya jodoh...
Seperti halnya rizki, jodoh itu min haitsu laa yahtasib, datang dari arah yang tidak disangka-sangka. Bisa saja orang yang sama sekali tidak pernah terlintas dalam benak, ternyata ialah manusia terbaik yang Allah kirim untuk membersamai kita beribadah pada Allah dalam bingkai sunah Rasul-Nya. Atau jangan-jangan jodoh kita sebetulnya ada dekat sekali dengan kita, bernafas dalam satu kota yang sama, dalam satu kantor yang sama, dalam satu lingkup yang sama. Hanya saja, kita tidak mau membuka hati, tersebab mempunyai kriteria tinggi dalam mematok sang pujaan hati? Hingga sampai saat ini kita masih setia menyendiri.

Duhai saudaraku.. Bukan harta dan paras yang menjadi parameter utama dalam memilih pasangan. Sebab harta dan paras kadang melenakan dari kewajiban kita sebagai hamba Tuhan. Jadikan Agama dan kesadaran untuk selalu berusaha memperbaiki diri sebagai  kriteria menentukan pilihan.

Duhai saudari-saudariku yang shalihaat...
Mari selalu memperbaiki niat dan perilaku, agar lelaki shalih yang kelak datang padamu, yang mencintaimu setulus hati dan tak pernah jemu.

Duhai  saudara-saudaraku yang shalihiin..
Shalihkan dirimu agar kau terlihat gagah. Jangan pula malas mencari nafkah. Agar calon mertua menyerahkan anak gadis mereka dengan ikhlas dan tanpa rasa resah. Jika sudah, jemputlah gadis shalihahmu dalam rangkaian khitbah dan akad yang indah.


Sebuah catatan kecil satu bulan menjelang pernikahan

Lampung, 12 Juli 2014

Sesayat Rusuk

Kelak rindu ini tertunai, oleh engkau yang akan membersamaiku menjinakan hujan dan kemarau.


Akan tiba waktunya engkau menjadi pakaianku-aku menjadi perhiasanmu, lalu saling bergenggaman tangan untuk menuju imperium baru.


Biarlah di tigaratus purnama usiaku yang hampir purna kita masih dibentangkan jarak, kelak kita telan jarak itu bulat-bulat, hingga ia melebur dalam baur, dan aku menjadi pengamin setia doa-doamu.


Lalu, pendar-pendar cahaya menjelma satu per satu, membias, menyejarah dalam payungan matahari; Jundi-jundi kita.


Sebab rindu yang sebegini derasnya hanya kita yang akan merasakan. Sampai nanti saat senja menganiaya usia, raga kita tak lagi mampu, namun jiwa tetap berpeluk-peluk.

Maka jagalah selalu semesta kecil di dada kita; Qolbu. Agar saat temu nanti benar-benar nyata, buncahan rindunya, letupan cintanya menggetarkan kaki-kak surga. Melesat hingga ke jannah-Nya. ---Aamiin yaa Mujibassailiin---




Senin, 01 Juni 2015

Malam ini kucoba pula mencelupkan sepasang mata hatiku pada sepotong layar...

Malam ini kucoba pula mencelupkan sepasang mata hatiku  pada sepotong layar yang menggenangi wajah teduhmu. Memoriku melesat jauh ke belakang, ada jutaan nafas-nafas bahagia, jiga kala aku belajar mengemas riwayat hatiku yang pernah jatuh pada rasa dalam bening tangan paling putus asa. Ada basah berenang ke dada. Hatiku gerimis.


Kucoba menyalakan saklar lampu-lampu ingatanku. Mengais-ngais memori yang masih belum pergi. Pada sebuah titik rasa ini bermula. Namun hingga kini, aku tak pernah paham cara Tuhan menanammu dalam ingatan.

Marahilah aku...

Sesekali marahlah!! Jangan karena takut kehilangan atau aku tinggalkan lalu kau durhakai emosimu, kau redam ucapmu. Asal kau tahu, aku juga ingin kau marahi, kau acuhi, kau bisui barang setengah hari. Agar cinta ini lebih berwarna, berdegradasi seperti pelangi. Mejikuhibiniu.

RAHASIA MENJADI PINTAR

Kejadian ini saat aku masih duduk di kelas satu eksperiment semsester dua di Pondok Pesantren Darussalam, Tegineneng, Lampung.  Bagi para santri di sini, salah satu kewajiban yang harus  dilaksanakan seluruh  adalah shalat wajib berjamaah di masjid. Tapi inget lho, santriwan dan santriwati  tidak shalat bersama, kecuali saat Tarawih atau shalat Iedul Adha. Makanya  masjid untuk putra dan putri dipisah. Berbeda tempat.
Setiap selesai shalat berjamaah, biasanya kami saling bersalaman, tradisi bersalaman di sini biasanya yang lebih muda mencium tangan yang lebih tua tingkat kelasnya. Jadi simpelnya, adik kelas cium tangan kakak kelas atau juga anak MTs (setingkat SMP) cium tangan ke anak Aliyah (setingkt SMA) . Eits tapi ada juga loh kakak kelas dan ustadzah yang nggak mau dicium tangannya kalau bersalaman. Nggak tau juga apa alasannya. Dari sumber yang nggak jelas asalnya, katanya alasan mereka nggak mau dicium tangannya kalau bersalaman adalah takut ilmunya berkurang karena terserap oleh orang yang mencium tangan. (haha lucu ya, tapi betulan ada loh yang kayak begini). 

Salah satu temen sekelas aku ada juga yang kalau salaman nggak mau dicium tangannya. Namanya Tika Anggraini.  Anak Pak Kades di Muara Dua, Sumatera Selatan nan jauh di sana. Anaknya cantik, taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, baik hati, tidak sombong, rela menolong, tabah,  disiplin, berani, ksatria, hemat, cermat dan bersahaja, pokoknya berjiwa ala Dhasa Dharma Pramuka banget,  anaknya juga pinter.

Nah, saat itu aku dan teman-teman yang lainnya shalat Dzuhur berjama’ah, seperti biasa, setelah shalat kami  langsung bersalaman satu sama lain. Saat saling bersalaman itu  spontan ide jailku kumat, aku menyalami Tika dengan mencium tangannya. Padahal jelas-jelas dia ini termasuk orang yang anti dicium tangannya kalau bersalaman. Hahah jelas aja reflek dia menarik tangannya dengan raut muka yang  mengekspresikan –ya-ampun-ilmu-gue-kecolong-berapa-kilo-ya?-  sambil mukanya ditekuk gitu. Aku yang merupakan tersangka utama kejadian itu Cuma senyum cengengesan penuh kemenangan. Yeaaaaaaahhh!! :D

Hal absurd yang terjadi setelah tragedi menyium tangan Tika itu adalah ketika kami semua bagi raport semester dua.  Seperti lazimnya pembagian raport, kami para murid kelas I eksperiment  satu persatu dipanggil namanya oleh wali kelas untuk mengambil raport di meja guru, termasuk aku dan juga Tika yang memang  sekelas. Saat raport sudah ditangan, dengan sangat hati-hati aku membuka raportku. Dan betapa terkejutnya ketika ada angka 2”  yang tertulis di tempat rangking. Yang artinya aku rengking dua. Huaaaa… Alhamdulillah. Meskipun bukan juara satunya, aku tetap bersyukur  banget, karena bagi aku nggak mudah bisa ‘membalap’ temen-temen di kelas ini. For your information, waktu semester satu kemarin aku rengking banyak banget, kalau nggak salah inget rengking 10 besar dari bawah.  Bisa dibilang bottom ten-lah. Hehehe.  Dan saat Tika tahu aku mengungguli dia (dia rengking empat atau berapa gitu kalau nggak salah), dia berfikir kalau aku bisa rengking dua berkat nyium tangan dia beberapa waktu lalu. Hahah aja aja ada.  Padahal waktu ulangan semester dua ini aku belajar mati-matian karena nilaiku pas semester satu kemarin jeblok baget. Harap maklum, pelajaran pondok yang serba Arab-Arab ini awam banget buat aku, karena SMP kemarin aku bersekolah di SMP umum yang nggak ada pelajaran Arab-Arabnya sama sekali. Jadi sebetulnya aku mulai belajar bahasa Arab dan pelajaran-pelajaran ala pesantren ya baru di pondok ini. Sebelumnya nggak pernah sama sekali. Waktu kecil aku kalau di suruh ngaji di TPA (Tamana Pendidikan Alquran) aku selalu ogah-ogahan. Jadi istilahnya kondisiku di pesantren ini pada awalnya, kalau yang lain udah pada mahir baca tulisan Arab gundul, lain lagi bagi aku saat itu, aku baca tulisan Arab gondrong aja masih belepotan, apalagi yang gundul. Tapi  aku nggak pernah putus asa, semua di dunia ini nggak ada yang nggak bisa kalau kita mau usaha, belajar dan disertai doa. Man janda wajad duda, eh salah, maksud aku Man Jadda Wajada, siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil. 

Oya, prasangka Tika tentang aku bisanya rengking karena habis nyium tangan dia ini Tika sendiri  loh yang cerita. Karena di semester berikutnya aku dan Tika jadi temen akrab.

Pesan: Kalau mau pintar, belajar aja.
            Kalau mau jadi juara, belajar banget.
            Kalau mau kenyang, makan.
            Kalau mau masuk tv, ikut program Masih di Dunia Lain di Trans 7. Olalala.. :D :D

 Bye bye. Sampai ketemu lagi di kisah selanjutnya.  Keep Istiqomah dan selalu jaga hati. Ingat, setan itu sangat kreatif dalam menggoda hamba-hambaNya. Maka waspadalah!! Waspadalah!!


Bukan Omongan Jorok :D

Sekarang aku sudah kelas lima loh  (untuk programku rutannya adalah kelas 1 eksperiment, 3 eksperiment, kelas 5 dan terakhir kelas 6, jadi ini sudah tahun ketiga aku di pondok). Jika waktu kelas 1 eksperiment sampai 3 eksperiment  yang menyimak bacaan Al Quran kami adalah para kakak tingkat kelas 5 , 6 dan ustadzah pengabdian, maka untuk kelas 5 ini yang menyimak adalah para Ustadzah senior. 

Waktu itu kami (aku, Nila, Asyani dan Sefrida) mengaji di rumah Ustadzah Siti Amanah.  Saat itu tugas kami adalah setoran hafalan surat Yasin. Setelah satu persatu kami semi semua selesai hafalan, kami ngobrol-ngobrol ringan dengan ustadzah Siti Amanah dan suaminya, Ustadz Dalimi.  Disela-sela obrolan ringan kami waktu itu, ustadz Dalimi bertanya, 
“Antun (Kalian) kelas berapa?” Beliau bertanya kepada  kami. Ustadz dalimi saat itu memang bekerja di luar pondok, di salah satu kantor KUA di daerah di Lampung Tengah, sehingga kurang seberapa kenal dengan para santriwati.
“Kelas lima, Tadz” jawab kami hampir bersamaan.
“berarti sudah pada menjabat di OPPD ya?” beliau bertanya lagi. OPPD ini adalah singkatan dari Orgnisasi Pelajar Pondok pesantren Darussalam. Semacam OSIS gitu.
“Iya, tadz” suara kami kali ini lebih serempak, mirip kour lagu 17 agustus pas upacara peringatan hari kemerdekaan Indonseia.
“Ketua OPPD-nya siapa?” Ustadz Dalimi bertanya lagi.
“Nawang, tadz” Jawab Nila, Asyani dan Sefrida sambil menoyor-noyorkan kepalaku (noyor-noyorin kepalanya bohong. :D)
“Oh anti?” balas ustadz dalimi sembari memutarkan biji matanya ke arahku.
“Iya Tadz” Kali ini aku menjawab sendiri. Nila, Asyani dan Sefrida tidak ikut urun suara. Mungkin lagi ngemut roti yang disajikan oleh Ustadzah Siti Amanah. heheh
Setelah itu beliau memaparkan panjang lebar perihal setiap jawaban kami yang menyertakan kata “Tadz” di belakangnya. Maksud kami  sih, tadz itu kependekan dari ustadz. Misalnya namaku Nawang dipanggilnya wang aja, misalnya Nila jadi Nil, sefrida jadi Sef, Asyani  jadi Ni, Tuti jadi Tut, Lita jadi Lit, Mahmudah jadi Mudah, Masayu jadi Mas, Giring jadi Ring, Juni jadi Jun, Fadli jadi Fad, Zulpoko jadi Piko, laser jadi Ser, Risca jadi Ris, Sulis jadi Lis, Marta jadi Tha, Rindi jadi Rin, dsb (dan saya bingung) :D :D. Ya pokoknya intinya, Tadz itu kependekan dari ustadz. Gitu!!. 

Beberapa saat kemudian, angin bertiup malas, gumpalan awan menjelma gerimis, tersebar aroma khas tanah basah, air hujan mengguyur dedaunan, kelalawar berteduh di sarang, semut-semut ngerumpi sambil salam-salaman,  Ustadz Dalimi melanjutkan paparannya, “Kenapa santri-santri di sini suka sekali hanya menyertakan kata “Tadz” saat berbicara pada Ustadznya, padahal kalau kata “Tadz” tadi disertakan setelah kata-kata tertentu jadi berabe urusannya”

Kami berempat cuma senyum-senyum bingung sambil ngemut roti mendengarkan penjelasan beliau. Tak lama berselang Ustadz Dalimi melanjutkan perkataannya,

“Ya coba bayangin kalau Ustadz Tanya, ‘Kapan kalian liburnya Nak?’ kalian jawab, ‘Minggu dePANTADZ’.  ‘Orang yang akhlaknya baik itu harus gimana?’ Harus SoPANTADZ.  ‘Itu kenapa pohonnya bisa rubuh?’ ‘Ketiup angin toPANTADZ’. Partai kamu apa? PANTADZ!! Coba kalau kalian jawab dengan lengkap pasti jawabannya akan menjadi “ Minggu depan Ustadz, Sopan Ustadz, Ketiup angin Topan Ustadz, PAN Ustadz.“
Mendengar ucapan ustadz Dalimi kami semua spontan ketawa. Hahahahhahahahah... :

Allah yubarik fikum Yaa Ustadz Dalimi. Wa li jami’il asatidz wa asaatidzah fil Ma’hadidaarissalam.

Pesan: Hati-hati dengan penggunaan kata “Tadz” saat disertai kata-kata tertentu.
            Panggilah seseorang dengan panggilan yang disenanginya. Ting. :D


 Bye bye. Sampai ketemu lagi di kisah selanjutnya.  Keep Istiqomah dan selalu jaga hati. Ingat, setan itu sangat kreatif dalam menggoda hamba-hambaNya. Maka Shalatlah!! Shalatlah!!! :D

SAKITNYA TUH DI SINI!!

Just share pengalaman ya, Mates. Mungkin Mates sekalian pernah mengalami seperti apa yang saya alami awal bulan lalu. Rabu, 2 oktober kemarin saat hendak mandi ba’da magrib, saya mengalami sedikit insiden kecil, jari tengah kaki kiri saya tertusuk kayu tipis. Rasanya luar biasa nyeri, entah saya yang tidak tahan sakit atau bagaimana, tapi saat itu memang terasa luar biasa pedih. Saya yang dasarnya memang takut dengan darah membiarkan saja luka itu dan tidak berani melihatnya, saya tetap mandi dengan darah di kaki tetap mengucur, sambil berharap semoga air mandi yang dingin dapat menghentikan aliran darah. Karena memang salah satu cara untuk menghentikan darah adalah dengan mengompresnya menggunakan es batu.

Saat sudah di kamar, saya memberanikan diri untuk melihat lukanya. Saya baru tahu, ternyata luka itu membuat kuku saya sedikit agak lepas dari dagingnya. Orang tua saya sudah menyarankan untuk membawa ke dokter, tapi masih urung saya lakukan karena selain nyeri dari luka itu, saya merasa lelah sekali karena mengajar sejak pukul 07.30-18.00.Jadi saya lebih memilih istirahat dan berharap besok keadaannya lebih membaik.

Di pagi harinya, saya lihat jari kaki yang luka itu membengkak. Dan di lukanya terdapat seperti daging putih yang saya tidak tahu apa namanya. Yang saya rasakan hari itu justeru lebih sakit dari kemarin sore, untuk jalan saja nyeri luar biasa. Saya berfikir, mungkin karena luka itu terdapat di ujung jari, makanya sakitnya menjadi lebih terasa, sebab ujung jari adalah bagian tubuh yang lebih sensitif terhadap sentuhan.

Pagi itu saya harus mengajar dengan keadaan kaki yang bengkak dan jalan dengan sedikit terpincang-pincang karena tidak terlalu menumpukan beban di kaki kiri. Awalnya saya berniat mengajar menggunakan sandal, tapi saat saya pakai rasanya kok malah kurang pantas, akhirnya saya pilih-pilih sepatu yang ujungnya tidak terlalu mengerucut agar tidak terlalu menekan jari yang bengkak.

Singkatnya, setelah dua minggu, bengkaknya tidak kunjung sembuh, padahal perasaan saya serpihan kayu yang menancan sudah semuanya saya bersihkan. Dan rasanyapun masih sangat sangat sangat sakit dan nyeri. Akhirnya pada hari minggu pagi, satu hari sebelum Iedul adha saya pergi ke IGD, sampai disana luka saya hanya dilihat-lihat dan saya ditanya kronologis kejadiannya, perawatnya tidak berani melakukan tindakan karena kondisi jari kaki saya masih membengkak. Akhirnya saya diberi antibiotik dan obat untuk mengempeskan bengkaknya. Perawat menyuruh saya kembali lagi untuk melepas kuku setelah bengkaknya mengempis.

Keesokan harinya setelah mandi sore, saat saya mau memotong kuku, termasuk kuku jari tengah yang mau dilepas ke dokter jika jarinya sudah tidak bengkak nanti, entah bagaimana kuku jari tengah itu bisa dengan mudah saya lepas, tidah terlalu sakit, karena memang sudah tidak terlalu menempel di dagingnya. Saya bersyukur, karena kuku saya lepas sendiri tanpa harus ke dokter, karena sejujurnya, alasan saya urung pergi ke dokteradalah karena saya takut jarum suntik, ibu saya bilang, untuk melepas kuku harus dibius lokal dengan cara disuntik. Itu yang membuat saya ngeri duluan.

Saya sudah sedikit  lega karena kuku saya sudah lepas, bengkaknyapun sudah tidak terlalu besar, mungkin karena pengaruh obat yang diberikan kemarin, dan tentunya semua itu atas izin Allah. Namun, sudah hampir empat hari sejak kuku lepas tersebut, jari kaki saya masih terasa sakit, salah seorang tukang pijit yang sempat memeriksa jari saya bilang kalau tulang jari saya kemungkinan retak, Masya Allah, saya shock. Saya berniat akan ke sangkal putung saat sudah benar-benar tidak bengkak lagi, sebab untuk disentuh saja masih sangat terasa nyeri. Jadi saya berfikir pasti akan lebih sakit saat dipijit ke sangkal putung.

Saat sedang duduk di dekat pintu, saya memperhatikan jari yang bengkak itu terkena sinar matahari, saat itu saya melihat ada satu titik hitam di sudut tempat tumbuh kuku. Saya sebetulnya sudah tahu titik hitam itu sejak lama, namu saya mengira itu sebuah lubang yang desebabkan bekas serpihan kayu yang akhirnya membentuk liang kecil dan dalam, namun saat saya sentuh pakai ujung pembersih kuku, sakitnya terasa sampai ke sekujur kuku, dan titik itu terasa seperti sebuah benda keras. Saya menyimpulkan itulah sebab dari sakit luar biasa yang sedang saya rasakan, ADA SERPIHAN KAYU SETEBAL LIDI YANG MENANCAP DI DAGING KAKI. Akhinya dengan segera saya pergi ke mantri terdekat, saya sudah tidak hiraukan lagi ketakutan saya dengan jarum suntik. Saya ingin benda asing ini segera keluar. L

Sampainya di tempat mantri, saya sempat diskusi dengan bapak mantrinya, saya bertanya apakah ada cara membius lokal dengan cara tidak disuntik, beliau menjawab ada, alhamdulillah saya menjadi sedikit tenang, karena cara membiusnya bisa dengan disemprotkan obat. Tapi ternyataaaaaaa... dibius lokal dengan obat semprot tersebut tidak ampuuuuuh, saat bapak mantrinya berusaha mengeluarkan benda asing tadi, masih terasa sakit. SANGAT SAKIT. Akhirnya apa yang saya takuti benar-benar terjadi. Bapak mantrinya berkata, “Maaf mbak, kayaknya memang harus disuntik nih, nggak papa ya? Sakitnya sebentar kok” Dengan berat hati saya berkata “Iya Pak, nggak papa”

Daaaaaaaaaaaaan, for your information ya, Mateees.. disuntik bius itu rasanya sunggguk mak nyuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuut... hiiiisssssyyyyy.. sakiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit banget. :D
Karena si benda asing tadi susah dicabut, akhitnya daging kakinya disobek sedikit, dan taraaaaaaaaaaaaa tercabutlah serpihan kayu setebal lidi yang saya nggak tahu pasti panjangnya berapa centi, yang jelas serpihan kayu itu bersemayam di sudut tempat tumbuh kuku sampai hampir ke batas ruas jari.

Alhamdulillah.. alhamdulillah.. Segala puji hanya milik Allah. Alhamdulillah saat ini jari saya sudah tidak nyeri lagi. Berjalan dan memakai sepatupun sudah tidak kesusahan. Apa yang dikerjakan saat inipun terasa jauh lebih nyaman. Overall, kejadian kemarin adalah musibah bagi saya, dan saya tahu musibah menimpa itu karena dosa. Mungkin juga karena sedekah saya yang kurang. Pastinya kejadian kemarin adalah sentilan dari Allah agar saya lebih baik lagi dalam segala hal. Untuk itu semua, maka saya wajib untuk lebih banyak meminta Ampun kepada Allah atas dosa saya yang menggunung. Dan melalui tulisan ini, saya juga meminta maaf kepada siapa saja yang membaca, saya mohon maaf jika tanpa sengaja pernah berbuat salah. Yang pastinya semoga saya bisa lebih hati-hati lagi. Semoga dari yang sedikit ini ada manfaat yang bisa Mates ambil.


Kata Nawang Tentang Pernikahan.. :D

Sebab pernikahan itu akan bernilai rendah jika hanya sekedar mencari teman bersandar. Karena pasangan bukan ia yang menyamai fungsi dinding saja. Pernikahan adalah Mitsaqan Ghaliza untuk sepanjang hayat, kan? Maka butuh filtrasi orientasi agar muara berfokus hanya untuk menghambakan diri kepada Allah. Kesanggupan mental untuk meluruhkan ego. Managemen emosi yang terkendali saat isi kepala membentur bilik perbedaan. Akhlak baik yang seimbang untuk orangtua dan mertua. Milyaran pengetahuan demi menciptakan generasi Rabbani. Semuanya tentang keshalihan diri, agar mampu hidupkan ruhul islam dalam peradaban kecilmu.


Shalihkan dirimu, maka ia yang shalih juga yang akan menjadi pasangan hidupmu. Yang menyayangimu setulus hati dan tak pernah jemu. :)

Antre Karcis Kereta Api Kediri-Malang

Sebetulnya tulisan ini sudah lama banget ditulis, tapi nggak tau nyempil di mana, kemarin waktu iseng-iseng otak-atik folder di laptop secara nggak sengaja nemu tulisan ini. Yah lumayanlah diposting di sini untuk menuh-menuhin Blog, biar blognya makin rame dan kece badai. :D

Minggu, 23 Desember 2012
Dini hari tadi, sebelum ayam-ayam pada bangun, sebelum bulan pulang ke kandang, sebelum kampret-kampret pulang ke goa, Ibuku sudah  rapi dan wangi. Aroma wanginya yang kayak gabungan dari bunga setaman menusuk indra penciumanku yang lagi pulas tidur. Perlahan akupun terjaga dari tidur, namun masih enggan membuka mata.  Apa dikata, insting seorang ibu memanglah kuat, melebihi kuatnya gigi yang digosok pakai pepsodent tiga kali sehari, maka ketika ibu mengetahui aku sebenarnya sudah bangun, maka mulailah ia angkat bicara,
“Bangun Laaaan, ayo bangun. Kita harus antri karcis kereta api pagi ini. Kalau nggak cepet nanti kehabisan.”
Aku yang segenap jiwa dan raga masih berusaha mengumpulkan nyawa, dengan ogah-ogahan membuka mata.  Setelah  ngulet-ngulet sebentar, mandi dan pada jeda berikutnya sudah siap mendampingi ibuku, (demi bakti seorang anak kepada ibu, ce ileeeh). Berbekal jaket tebal berwarna pink kepunyaan Lik Endah (Sepupu Ibuku) yang kupinjam beberapa hari lalu (karena saat dari Malang pulang ke Kediri kemarin aku sama sekali tidak membawa jaket) yang belum sempat kupulangkan dan juga helm hitam (hadiah setiap pembelian motor honda) kepunyaan sepupuku, Mas Miko, jadilah kami anak beranak ini memulai petualangan menembusi gigilnya perjalanan dari desa Manyaran, kelurahan Tarokan, kecamatan Jati Kapur, nama Lurah: Siswoyo (Nama lurahnya ngasal, :D ) 

Sepanjang perjalanan ibuku diam tanpa kata, dia seolah jenuh padaku, ku ingin dia bicara, katakan saja apaaaaaaa maunyaaaaaaaaaa. Hehhee. Selama perjalanan kami memang lebih banyak diam. Selain udara dingin, subuh-subuh buta begini memang mata masih terasa mengantuk. Setelah sekitar setengah jam dan beberapa kali muter-muter dan bolak-balik-belok-buluk karena nggak terlalu hafal jalan ke Stasiun Kediri,  akhirnya sampailah kami di Stasiun kediri. Alhamdulillah..
Dan, taraaaaaaaaaa apa yang terjadi?? Tunggu setelah pesan-pesan berikut ini. Hehehhe.. kayak iklan di tengah-tengah acara inpotaimen ajaaaaah. :D

Apa yang terjadi?? Saat kami di sampai di sana, antrian para calon pembeli karcis sudah mengular panjang banget. Melebihi panjang tangan aku, ibuku, bapaku, dan kedua adikku Nieken dan Nuri kalau digabungin jadi satu. :D hehhe. Tapi beneran deh, antriannya sudah panjang sekali. Padahal aku dan ibuku datang sekitar pukul 03. 40, bahkan ada juga calon pembeli yang sudah mengantri sejak pukul 01.30. Padahal loket penjualan karcisnya baru dibuka sekitar pukul 04.00.

Iya.. iya... aku tau, pasti kalian berfikir, kenapa nggak pesen karcisnya jauh-jauh hari sih? Atau kenapa kok nggak beli onlen aja? Atau Kok nggak beli lewat Indomaret atau Indodesember oktober nopember atau Indosiar?? :D Naaaah Mates... Untuk perjalanan domestik  Jawa Timur ini, karcisnya hanya boleh dibeli di hari pemberangkatan (nggak boleh dibeli sehari sebelumnya, sebulan sebelumnya ataupun setahun sebelumnya. Terlebih lagi, karcisnya nggak boleh dibeli satu hari setelah hari pemberangkatan kita, karena pasti karcisnya akan sia-sia, karena itu artinya kita membeli karcis untuk pemberangkatan kemarin.Lah untuk apa dibeli?) :D


Oke Mates, kemabali ke uuuuulaaar. :D Bukan bukan, maksudnya kembali ke antrian calon pembeli karcis kereta yang mengular tadi ya. Setelah ikut gabung di antara antrian yang mengular tadi, akhirnya loket benar-benar dibuka pukul  04.00. Dan saat itu juga para calon pembeli karcis kereta jurusan Kediri-Kota Baru, Malang merasa kecewa. (Bersambung)

EMPEK-EMPEK DAN CILOK





Aku selalu suka empek-empek, dari empek-empek “elit” sampai empek-empek “rakyat jelata”, dari yang pakai ikan tenggiri sampai yang pakai teri. Bagiku empek-empek adalah makanan favorit sepanjang hayat. Kalau jajan di warung Mbak Desi waktu SD dulu, pilihanku Cuma satu “empek-empek”, mulai dari harga seratus perak satu sampai limaratus perak tiga aku selalu jadi konsumen setianya, bisa jadi akulah konsumen setia lintas generasi, karena sampai sekarang aku juga masih sering beli mpek-mpek di situ.  Waktu di malang, aku mulai jatuh hati dengan cilok, aaaah jadi kangen Cilok yang dijual di depan Matos ataupun Gerbang Masuk UIN Malang Kampus 1.  Bola kecil kenyal-kenyil campuran aci dan daging (meskipun perbandingan aci dan dagingnya 1:1, maksudnya sekilo aci dan se-ons daging. :D) yang dinikmati dengan saus kacang dan kecap nggak jelas keluaran pabrik mana, yang mungkin nomor izin depkes-nya juga dikarang sendiri –bisa jadi gabungan tanggal lahir anak-anak si pemilik pabrik— tapi selalu buat aku ketagihan. Ahhhhh andai di Lampung ada cilok selezat itu... -_-

SINUSITIS

Idhul Adha lalu saya terkena Sinusitis. Yang membuat saya sangat menyiksa adalah ketika berada di kantor, tentu tidak memungkin untuk membuang lendir hidung menggunakan tisu di dalam ruangan, karena ruangan kantor saya dihuni juga oleh beberapa teman lain. Akibatnya saya harus bolak-balik ke kamar mandi. Jika di rumah saya cukup hanya membersihkan dengan tisu basah lalu dibuang di kotak sampah kamar. Saat itu saya tidak tahu sudah menghabiskan berapa kaleng tisu basah.
Menurut Wikipedia, Sinusitis merupakan peradangan atau pembengkakan pada jaringan yang melapisi sinus. Di sekitar rongga hidung terdapat empat sinus, yaitu Sinus Maksilaris (terletak di pipi), Sinus Etmiodalis (Kedua mata), Sinus Frontalis (Terletak di dahi) dan Sinus Sfenoidalis (Terletak di belakang dahi). Biasanya sinus berisi udara, tetapi ketika tersumbat dan berisi cairan, kuman (bakteri, virus, dan jamur) dapat berkembeng dan menyebabkan infeksi.
Awalnya saya tidak tahu jika saya mengalami sinusitis, saya kira hanya flu biasa. Karena saya memang termasuk orang yang mudah terkena flu jika terkena debu, minum es atau cuaca terlalu dingin. Namun yang membuat saya merasa aneh, saat itu lendir di hidung berbau dan selalu muncul kembali beberapa detik setelah dibersihkan. Diikuti juga rasa nyeri di sekitar pipi dan alis.
Dari ciri-ciri yang saya alami, saya segera browsing di internet untuk mengetahui apa yang saya alami. Dari beberapa artikel yang saya baca, hipotesis yang saya dapat adalah saya terkena Sinusitis. Saya menjadi sangat khawatir ketika salah satu artikel itu menyebutkan jika tidak segera diobati, sinusitis akan menahun. Oh Nooooooo!!!! saya tentu tidak mau penderitaan ini berkepanjangan!
Pada artikel-artkel yang saya baca itu, terdapat pula pengalaman-pengalaman sesama penderita sinusitis dan berbagai upaya yang mereka lakukan untuk menyembuhkannya. Dari sana saya mendapati banyak yang mengalami kesembuhan  setelah minum Propolis.
Tidak menunggu lama, saya segera membeli Propolis di Apotik. Saya minum 2 kali sehari, setelah sarapan dan menjelang tidur malam. Propolis diminum dengan cara meneteskan cairannya pada sekitar ¼ gelas. Jumlah tetesannya tergantung berat badan si Penggunanya. Satu tetes untuk setiap 10 Kg berat badan, jadi jika berat badan kita 40 Kg, maka cukup hanya meneteskan 4 kali, jika 50 Kg, 5 tetes, begitu seterusnya. Alhamdulillah Sinusitis berangsur pulih, dan tidak sampai seminggu Sinusitis benar-benar tidak muncul lagi sampai saat ini.

(Tulisan ini murni berbagi pengalaman. Bukan bermaksud mengiklankan produk)