Rabu, 26 Oktober 2016

Katik Rangkai Basa



engkaulah ricik dari setiap nafasku yang megalir
engkau ubun-ubun yang terlahir lewat  getar dawai syair

Sejak waktu itu
ketika almanak menjatuhkan tubuhnya pada angka dua belas
Bulan ke-delapan tahun duaribu empat belas
Engkau meminagku
Di hadapan penghulu disaksikan malaikat berwajah sendu
Menjadikanku kebun dari usiamu

Kuterima engkau, Katik Rangkai Basa
Melalui shalat-shalat malam yang senyap
Kuterima engkau menjadi pakaianku
Menjadi imam dari setiap  penjuru mata angin
Dengan mas kawin kedamaian di setiap musim

Engkau yang tak akan raib dari ingatan
Hingga nyawa tercerai dari badan
rahim ini terlanjur bermukim di mimpimu, Katik Rangkai Basa

Trimurjo 2014


Bapak...



Bapak…
Mungkin waktu yang kita lalui terlanjur terbiasa tanpa banyak canda. Namun dibalik kakumu, dapat kulihat gulungan kasihmu yang tak mampu kau jelmakan dalam kata-kata nyata.
Namun ketahuilah, Bapak..,
Bahwa bingkisan cintamu telah lama sampai ke alamat hatiku. Dan aku tak tahu, dengan apa aku bisa membalasnya.
Bapak....
Waktu mungkin bisa menjarah tekstur kulitmu, pigmen rambutmu, jernih daya netramu, tegap postur tulangmu, tapi ia takkan pernah bisa menjarah cintamu.
Bapak....
Kelak jika kau ingin tahu seberapa besar cintaku untukmu, maka tanyakanlah pada laki-laki yang mau bekerja keras denganku memberikan cucu untukmu… 
----Malang, 8 Oktober 2011

Atas Nama Rindu yang Menua..





Atas nama rindu yang menua, 
atas nama tubuhku yang menggigil di pintu dan jendela, 
atas nama apapun saja yang bergemuruh di dalam dada; puisi menjadi teramat perlu di sini, 
sebab getar di balik kata-kata lebih nyata dari segala yang kupunya. --Nawang--





Masih tentang Ibu..




Ibu.... ketika azamku untuk menuntut ilmu kau amini, aku pergi meninggalkanmu dengan dua bola mata yang berkaca dan sekeping hati yang memilu. Tetapi cintamu padaku menjadi kekuatan yang menghujam dalam dadaku bersama kisah perjalanan kemandirianku.

Kugapai satu persatu cita-citaku berkat cintamu. Kutempa diriku juga karena cintamu. 
Kucintai Allah melalui cintamu padaku.

Bahkan kini, kuraih banyak cinta, semua karena cinta yang kau kirim padaku. 
Dan petang ini, aku begitu merinduimu, Ibu....