Bapak…
Mungkin waktu yang kita lalui terlanjur terbiasa tanpa banyak canda. Namun dibalik kakumu, dapat kulihat gulungan kasihmu yang tak mampu kau jelmakan dalam kata-kata nyata.
Mungkin waktu yang kita lalui terlanjur terbiasa tanpa banyak canda. Namun dibalik kakumu, dapat kulihat gulungan kasihmu yang tak mampu kau jelmakan dalam kata-kata nyata.
Namun ketahuilah, Bapak..,
Bahwa bingkisan cintamu telah lama sampai ke alamat hatiku. Dan aku tak tahu, dengan apa aku bisa membalasnya.
Bahwa bingkisan cintamu telah lama sampai ke alamat hatiku. Dan aku tak tahu, dengan apa aku bisa membalasnya.
Bapak....
Waktu mungkin bisa menjarah tekstur kulitmu, pigmen rambutmu, jernih daya netramu, tegap postur tulangmu, tapi ia takkan pernah bisa menjarah cintamu.
Waktu mungkin bisa menjarah tekstur kulitmu, pigmen rambutmu, jernih daya netramu, tegap postur tulangmu, tapi ia takkan pernah bisa menjarah cintamu.
Bapak....
Kelak jika kau ingin tahu seberapa besar cintaku untukmu, maka tanyakanlah pada laki-laki yang mau bekerja keras denganku memberikan cucu untukmu…
Kelak jika kau ingin tahu seberapa besar cintaku untukmu, maka tanyakanlah pada laki-laki yang mau bekerja keras denganku memberikan cucu untukmu…
----Malang, 8 Oktober 2011
Subhanallah...
BalasHapusJadi teringat bapak. Tak jauh beda. Kaku dan jarang berajut canda. Namun perasan keringat menjadi selaksa bukti cintanya yang tak pernah henti.