Ini tentang cara kita membangunkan tidur. Biasanya aku yang akan bangun lebih awal daripada
kamu, tapi tak jarang juga kamu yang bangun terlebih dahulu daripada aku.
Biasanya kamu sengaja bangun setelah tengah malam untuk menuangkan ide-idemu ke
dalam tulisan, lalu mengirimkannya ke salah satu media keesokan harinya, hobi
yang memang telah menemanimu jauh sebelum kamu memintaku menjadi belahan jiwamu
dan aku menerimanya. Lalu beberapa menit menjelang subuh kamu akan
membangunkanku, bersama-sama melaksanakan amalan yang memang kita niatkan untuk
terus konsisten melakukannya setiap hari jika tidak ada halangan; tahajud dan
tilawah bersama hingga adzan Subuh.
Seperti kali ini
misalnya, setelah menyelesaikan tulisanmu, kamu membangunkanku lembut, mendekatkan
bibirmu ke telingaku, membisikkanku sesuatu yang akan membuatku terbangun,
namun kalau aku tetap juga tidak terbangun, biasanya kamu akan menggelitik atau
menciumiku bertubi-tubi sampai aku terbangun. Kadang aku memang sengaja tidak
membuka mata saat kamu berbisik membangunkanku, walaupun sebenarnya bisikanmu
itu sudah bisa membangunkanku. Hihihi.. kamu jangan marah ya? Alasanku, karena
aku menunggu untuk kamu cium.
Aku juga punya cara untuk
membangunkan tidurmu, biasanya setelah berwudlu aku akan menempelkan tanganku
ke pipimu, dinginnya tanganku akan merambati pori-pori kulitmu dan
memerintahkan syaraf untuk membuka matamu. Namun jika cara ini belum berhasil,
kukeluarkan jurusku selanjutnya, yaitu
membuat secangkir hot chocolate dan mendekatkan aromanya ke
hidungmu. Biasanya cara ini cukup ampuh, karena kamu memang penggemar hot
chocolate. Tapi, jika cara ini juga belum berhasil, maka aku ikuti caramu
membangunkanku, yaitu menggelitik atau menciumimu bertubi-tubi. Jika sudah
begini, kamu tidak mungkin lagi melanjutkan lelapmu.
Oya, katamu dengan
menempelkan tanganku ke pipimu setelah berwudhu atau mendekatkan aroma hot
chocolate ke hidungmu, sebenarnya itu sudah bisa membangunkan tidurmu. Kamu
memang sengaja bermanja-manja tidak mau bangun. Dan rupanya alasanmu sama juga
dengan alasanku, yaitu karena kamu menunggu untuk aku cium. Hihihi..
Ah kamu, suamiku, aku
mencintaimu, terimakasih telah bersedia membersamaiku, menjadi imam dalam
shalat-shalat kehidupanku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar