Perihal kerinduan adalah
rapal yang menyibukkan bibir, jari yang terjulur dalam kidung doa dan dzikir
panjang, mulai dini hari juga saat
langit padam. Agar kita tak mendurhakai atas telapak kaki dan ubun-ubun
yang terlanjur terlahir.
Takkan pernah selesai
kutunai jasanya, saat yang dieraminya dengan
darah dan airmata. Sehingga rangkuman sunahnya serupa kompas abadi bagi penjejak bumi seesudahnya. Maka
Tuhan dan malaikat melangitkan shalawat untuknya; jangan dustakan ayat Tuhan
pada Al azhab 56.
1/
Perihal kerinduan adalah
mantra yang mengarus dalam shalawat, jari yang terjulur dalam kidung doa dan
dzikir panjang, mulai dini hari juga saat langit padam. Agar kita tak mendurhakai atas
telapak kaki dan ubun-ubun yang terlanjur terlahir. Juga rindu yang selalu
ranum pada pemilik mata seindah zaitun, adalah kepada engkau Yaa Habiballah.
2/
Takkan kering air
ingatan, pada sebaris mantra, dalam kitab yang dieraminya dengan darah dan airmata. Sehingga rangkuman
sunahnya serupa kompas abadi bagi
penjejak bumi seesudahnya. Maka Tuhan dan malaikat melangitkan shalawat
untuknya; jangan dustakan ayat Tuhan pada Al azhab 56.
3/
Cahayamu, adalah tempat
tertanam dan tumbuhnya segala rindu yang biru, cinta yang nyata. Hingga aku
menyalakan pijaran-pijaran harap, yang kini mengapung, terpantul dalam ribuan
shalawat, dapatkah menerobosi jendela-jendela syafaatmu, Ya Habiballah?
4/
Seperti menghitung
bilangan prima, satu satu luruh air mata, atas juntaian-juntaian dosa, juga
alpa yang paling nanah. Namun cintamu, adalah letupan-letupan yang mengelus
batin untuk memekarkan senyum.
Dengan jiwaku yang
merunduk juga alunan salawat yang kuterbangkan pada bahumu yang sahaja, semoga dapat
menjadi wasilah atas rindu-rindu yang kelak terijabah -Allahumma shali wa
salim ala sayyidina Muhammad-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar