Untuk saudaraku yang menanti datangnya jodoh...
Dalam penantian datangnya jodoh impian, mungkin
menciptakkan keresahan tersendiri bagi sebagian orang yang menantinya. Terlebih
saat melihat rekan sebaya sudah melenggang bahagia ke pelaminan. Namun saat
pujaan hati yang kita nanti-nanti tak jua menghampiri, apakah kita harus
meratapi? Atau menggadaikan keceriaan yang kita miliki dan berkecil hati? Duhai
saudaraku, sejatinya tidak perlu semua itu. Tetaplah ikhtiar dan doa sebagai
pelipur hati yang (mungkin) pilu.
Jika ikhtiar dan doa sudah dilakukan, namun yang diharapkan
tak jua terkabulkan, jangan berburuk sangka dan buru-buru mengambil kesimpulan,
mari musabahah diri, sudahkah ikhtiar dan doa kita upayakan hingga batas
tawakal menghampiri? Setelah itu tanyakan lagi pada hati, sudahkan kita
tawakalkan semua pada-Nya? Mempercayakan semua pada Allah yang Kasihnya tak
terperi? Jika belum, serahkan semua pada Ilahi Rabbi.. semoga damai seketika
mengguyuri hati.
Untuk saudaraku yang menanti datangnya jodoh...
Mari minta pada-Nya dengan sabar dan shalat. Dengan
setulus-tulus doa yang kita eja di sepertiga malam yang senyap. Dalam bentangan
sajadah. Dengan air mata dan linangan gerimis jiwa
Untuk saudaraku yang menanti datangnya jodoh...
Ia Maha Tahu kapan
waktu yang paling tepat. Ia juga yang Maha Mengerti siapa yang terbaik
untuk diri. Tak perlu kita risaukan dengan segala yang terlihat gemerlap. Bisa
jadi yang tampak indah di mata manusia, justru itu yang menjadikan Allah murka.
Jangan kita tertipu dengan bungkusan. Bisa jadi yang
memesona di mata kita, justru ia yang kumuh di hadapan Rabb-Nya. Bisa jadi
pula, ia yang terlihat sangat biasa, namun ternyata dialah manusia yang
tertanam ketakwaan di halaman hati dan lakunya. Allah lebih tau sebenar-benar
isi hati. Ia yang lebih mengerti apa-apa yang tersembunyi.
Untuk saudaraku yang menanti datangnya jodoh...
Seperti halnya rizki, jodoh itu min haitsu laa yahtasib,
datang dari arah yang tidak disangka-sangka. Bisa saja orang yang sama sekali
tidak pernah terlintas dalam benak, ternyata ialah manusia terbaik yang Allah
kirim untuk membersamai kita beribadah pada Allah dalam bingkai sunah
Rasul-Nya. Atau jangan-jangan jodoh kita sebetulnya ada dekat sekali dengan
kita, bernafas dalam satu kota yang sama, dalam satu kantor yang sama, dalam
satu lingkup yang sama. Hanya saja, kita tidak mau membuka hati, tersebab
mempunyai kriteria tinggi dalam mematok sang pujaan hati? Hingga sampai saat
ini kita masih setia menyendiri.
Duhai saudaraku.. Bukan harta dan paras yang menjadi
parameter utama dalam memilih pasangan. Sebab harta dan paras kadang melenakan
dari kewajiban kita sebagai hamba Tuhan. Jadikan Agama dan kesadaran untuk
selalu berusaha memperbaiki diri sebagai
kriteria menentukan pilihan.
Duhai saudari-saudariku yang shalihaat...
Mari selalu memperbaiki niat dan perilaku, agar lelaki
shalih yang kelak datang padamu, yang mencintaimu setulus hati dan tak pernah
jemu.
Duhai
saudara-saudaraku yang shalihiin..
Shalihkan dirimu agar kau terlihat gagah. Jangan pula
malas mencari nafkah. Agar calon mertua menyerahkan anak gadis mereka dengan
ikhlas dan tanpa rasa resah. Jika sudah, jemputlah gadis shalihahmu dalam
rangkaian khitbah dan akad yang indah.
Sebuah catatan kecil satu bulan menjelang pernikahan
Lampung, 12 Juli 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar