Senin, 01 Juni 2015

EMPEK-EMPEK DAN CILOK





Aku selalu suka empek-empek, dari empek-empek “elit” sampai empek-empek “rakyat jelata”, dari yang pakai ikan tenggiri sampai yang pakai teri. Bagiku empek-empek adalah makanan favorit sepanjang hayat. Kalau jajan di warung Mbak Desi waktu SD dulu, pilihanku Cuma satu “empek-empek”, mulai dari harga seratus perak satu sampai limaratus perak tiga aku selalu jadi konsumen setianya, bisa jadi akulah konsumen setia lintas generasi, karena sampai sekarang aku juga masih sering beli mpek-mpek di situ.  Waktu di malang, aku mulai jatuh hati dengan cilok, aaaah jadi kangen Cilok yang dijual di depan Matos ataupun Gerbang Masuk UIN Malang Kampus 1.  Bola kecil kenyal-kenyil campuran aci dan daging (meskipun perbandingan aci dan dagingnya 1:1, maksudnya sekilo aci dan se-ons daging. :D) yang dinikmati dengan saus kacang dan kecap nggak jelas keluaran pabrik mana, yang mungkin nomor izin depkes-nya juga dikarang sendiri –bisa jadi gabungan tanggal lahir anak-anak si pemilik pabrik— tapi selalu buat aku ketagihan. Ahhhhh andai di Lampung ada cilok selezat itu... -_-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar