Rabu, 09 Desember 2015

NILAI BAHASA ARAB 1 PROGRAM STUDI S1-PBS TAHUN AKADEMIK 2015/206 (DIREVISI 18 DESEMBER 2015)

Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuhu..

Berikut ini adalah nili UAS bahasa Arab 1 program studi S1-PBS. Sebagai informasi, nilai yang dinyatakan lulus adalah nilai dengan lambang A, B dan C.  Bagi mahasiswa yang ingin mengkonfirmasi terkait kesalahan nilai, silahkan menemui saya di Laboratorium bahasa pada hari rabu, 23 Desember 2015 pukul 11.00 WIB.
Demikian info ini disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terimakasih.

Nilai UAS bahasa Arab 1 : Download

Minggu, 06 Desember 2015

NILAI UAS BAHASA INGGRIS 1 PRODI EKONOMI SYARIAH TAHUN AKADEMIK 2015/2016 (DIREVISI 21 DESEMBER 2015)

Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuhu..

Berikut ini adalah nili UAS bahasa inggris 1 program studi Ekonomi Syariah kelas A-E. Sebagai informasi, nilai yang dinyatakan lulus adalah nilai dengan lambang A, B dan C. Bagi mahasiswa yang ingin  mengkonfirmasi terkait kesalahan nilai, silahkan menemui saya di Laboratorium bahasa pada hari rabu, 23 Desember 2015 pukul 11.00 WIB.

Demikian info ini disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terimakasih.

Nilai UAS bahasa Inggris setelah perbaikan: Download

Sabtu, 12 September 2015

LOMBA FOTO SELFIE /GROUPI BEBEK PEDES MENYOR

Sebagai ungkapan rasa syukur kami atas suksesnya Grand Opening Bebek Pedes Menyor yang beralamat di JL AH Nasution Depan RS Islam 21 Metro (samping kanan Indomaret), dengan ini kami mengadakan Lomba Foto Selfie/Groupi Bebek Pedes Menyor. :D :D Ketentuan Lomba Foto Selfie/Groupi Bebek Pedes Menyor adalah sebagai berikut:
  1. Lomba foto Selfie/Groupi BEBEK PEDES MENYOR terbuka untuk umum dan segala usia.
  2. Lomba dibuka tanggal 14 september  2015 dan ditututp tanggal  14 november 2015 pukul 24:00 WIB (lewat dari waktu tersebut peserta dinyatakan gugur).
  3. Tema foto: Berfoto Selfie/Groupi di RM Bebek Pedes Menyor bersama menu yang dipesan.
  4. Alamat RM Bebek Pedes Menyor di Jl AH Nasution Depan RS Islam 21 Metro (samping kanan Indomaret).
  5. Setiap peserta boleh mengirimkan lebih dari 1 foto Selfie/Groupi terbaiknya ( foto lain yang dikirim adalah bukan foto pada hari yang sama)
  6. Foto Selfie/Groupi diunggah di wall Facebook masing-masing peserta dan di wall facebook Nawang Wulandari   (https://www.facebook.com/nawangthewinner) dengan tema “LOMBA FOTO SELFIE/GROUPI BEBEK PEDES MENYOR” dengan menandai minimal 30 orang dan mencantunmkan info lomba ini.
  7. Posting info lomba ini dengan menandai 20 orang.
  8. Foto yang dirasa paling unik akan dipilih menjadi pemenang.
  9. Akan dipilih 2 orang pemenang (Juara 1 mendapatkan uang tunai Rp.200.000 dan voucher makan di Bebek Pedes Menyor, Juara 2 mendapatkan uang tunai Rp.100.000 dan voucher makan di Bebek Pedes Menyor)
  10. Pemenang Lomba Foto Selfie/Groupi Bebek Pedes Menyor akan diumumkan pada 17 November 2015 di Facebook Nawang Wulandari.
Selamat berkompetisi!!! :D :D  Ekspresikan gayamu di Bebek Pedes Menyor. :D :D :D

Owner Bebek Pedes Menyor
Taufiq Hidayat Nazar & Nawang Wulandari


Minggu, 30 Agustus 2015

GRAND OPENING BEBEK PEDES MENYOR



GRAND OPENING

Ayoooooooooooooo datang dan nikmati menu-menu di "BEBEK PEDES MENYOR" mulai senin 31 Agustus 2015. Lokasinya di Jl AH Nasution depan RS Islam Metro (Samping Indomaret). Ajak semua teman, orang tua, sahabat, saudara dan semua orang-orang terkasih yaaaaa.. grin emotikon grin emotikon Karena pada tanggal 31 Agustus - 2 September ada diskon 10% untuk setiap menu makanan dan minuman. 


Berikut harga menu sebelum diskon:Semua menu bebek: Rp. 25.000Semua menu ayam: Rp. 18.000Pecel lele: Rp. 11.000Pindang baung: Rp. 18.000Pindang Patin: Rp.15.000Pedesan ati & ampla : 16.000Pedesan ceker & kepala: 14.000Sop buah Rp. 10.000Aneka jus Rp. 8000


Besok sudah dapat dinikmati saat jam makan siang sampai malam hari. Jangan lupa datang ya... grin emotikon Kami juga menerima pesanan nasi bungkus dan nasi kotak.

Selasa, 18 Agustus 2015

Untuk panjenengan, Uda Taufiq Hidayat Nazar




Telah kita tapaki bersama
Hari hari bertabur cinta
Meki masih hitungan hari
Namun kau telah menaburkan beribu bahagia di hati

Kau benar, cinta memang bukan masalah usia
Bukan juga tentang kata-kata cinta fatamorgana
Yang  diumbarsebelum mitsaqon ghaliza tiba

Sebab cinta adalah tentang ketenangan hati
Saat berdampingan dengan belahan hati
Untuk menggapai ridha-Nya kala meniti hari demi hari

Cinta juga tentang ketulusan
Dan bersinergi untuk saling melengkapi kekurangan
Agar selaras mengarungi melodia zaman

Cinta juga tentang berbagi
Dan tidak perlu mengungkit apa yang telah kita beri
Sebab kebaikan selalu mengerti
Ke arah mana ia akan kembali

Jika bening embun dapat menyejukkan pagi
Maka engkau adalah rinai hujan yang turun setelah gersang merajam bumi
Jika ricik air dapat menghapus tiap-tiap dahaga
Maka kehadiranmu  adalah obat kepiluan jiwa

Untuk panjenengan, Uda Taufiq Hidayat Nazar
Terimakasih telah membersamai
Menjadi suami sekaligus sahabat hati yang selalu siap kuajak berbagi.

Uhibbuka hubban syadidan, yaa zawji,yaa habibi albi.  :’)

Rabu, 12 Agustus 2015

Miladu Zawaj ---12 Agustus 2014 - 12 Agustus 2015---




Kepada yang tercinta; Uda Katik Rangkai Basa
Jika syukur memiliki derajat lebih mulia dibanding cinta,
agar engkau tahu aku bersyukur menjadi istrimu..

Setahun yang lalu di tanggal dan bulan yang sama seperti hari ini, kita mengikrarkan Mitsaqan Ghaliza, di depan wali dan para saksi, dipimpin penghulu bertabur haru. Pada jeda berikutnya, kita menjadi manusia yang tak lagi sama, aku dan kamu telah menjadi kita, dua hamba asing yang saling menautkan cinta dalam bingkai sunahnya.

Mari melantunkan syukur untuk nikmat iman, nikmat kesehatan, untuk rizki yang cukup, untuk bahagianya kebersamaan, untuk sendunya jarak yang kerap membentangi raga, dan untuk generasi rabbani yang masih terus kita upayakan kehadirannya.

Terimakasih, Abang. Terimakasih telah menjadi teman hidup seharga separuh agama. Terima kasih untuk bahagia dan tawa yang selalu tercipta, terimakasih untuk tidak pernah (tidak pernah-tidak pernah-tidak perna secuilpun- sedikitpun) marah dan berkata kasar, terimakasih telah menjadi imam yang kokoh atas kualitas penghambaanku yang kerap rapuh.

Mari berkelana ke penjuru bumiNya yang luas tak terhingga, menjadi sepasang hamba yang  terus haus ilmu, menjadi sepasang sayap yang saling mengimbangi dan mencintai tanpa pernah jemu. Teruslah menjadi suami yang lembut tuturnya, menjadi rekan berdebat, menjadi sahabat yang saling berbagi, menjadi pertner tangguh untuk bersama-sama menjinakan kemarau dan hujan. Teruslah menjadi manusia baik yang menebar manfaat.

Dan....  teruslah mencintaiku. 

Lampung, 12 Agustus 2015
Ditulis dengan haru air mata dan linangan gerimis jiwa, diiringi lantunan piano yang dimainkanmu, Kekasih.




Senin, 10 Agustus 2015

NILAI UAS FIX

Berikut ini nilai fix UAS tahun akademik 2014/2015. Bagi mahasiswa yang ingin mengonfirmasi terkait kesalahan nilai atau apapun, saya beri waktu sampai tanggal 12 Agustus 2015.
Nilai UAS Bahasa Arab Mahasiswa Perbaikan: Download
Nilai UAS Bahasa Arab Mahasiswa angkatan 2014: Download
Nilai UAS Bahasa Inggris Mahasiswa angatan 2014 dan Perbaikan: Download


Berikut ini adalah nilai UAS Ulumul Quran prodi S1-PBS, untuk diketahui bahwa saya tidak bisa meluluskan 3 orang nama mahasiswa yang kemarin mengajukan perbaikan karena memang banyak komponen kelulusan yang tidak terpenuhi.

Nilai UAS Ulumul Quran Mahasiswa Angkatan 2014 :Download

Minggu, 26 Juli 2015

FB: Pada Hari ini di tahun lalu

Meski sejak dulu tidak merasa lirik lagunya menyuarakan simfoni hatiku, namun Cinta Sejati-nya Element yang mengalun khidmad malam ini membuatku seperti mengalami Dejavu. Seperti terlempar ke malam-malam sunyi sekitar tujuh tahun lalu. Di kamar 11 lantai dua Jabal Nur Pondok Pesantren Darussalam. Duduk di sebuah kursi kayu, menghadap jendela tak berkaca, hanya dilindungi teralis dengan bingkai kusen biru manis. Berteman lagu ini aku betah berlama-lama memandang langit yang telah lama memejam. Menikmati sunyi, sepi, sendiri di malam-malam senyap, saat yang lain telah terlelap.

Sempat bertanya-tanya dalam hati, kadang suka sedikit aneh melihat laki-laki, dan dia muslim, namun aktifitas FBnya tidak berhenti di jam-jam tarawih. Nggak mungkin kan sedang datang bulan?! :D  Positif thinkingnya mungkin dia sudah selesai tarawih, tapi apa nggak pingin tilawah?
Mungkin pertanyaan nggak penting, tapi sering kefikiran, sekian lama hanya saya pendam, namun mungkin dari sini datang berbagai jawaban.
‪#‎Sing‬ nesu berarti rumongso, sing mesem berarti kilino :D :D


Selalu ada yang kekal dalam tubuh jarak; Rindu.


Sebelum Mitsaqan Ghaliza


Subuh ini bening, Bi. Sebening hati hamba- hamba pembaharu taubat.
Seperti halnya hujan, hal lain yang kusukai adalah pelangi, gunung, pantai, air terjun, dan subuh yang damai.
Bagiku, Bi, subuh seperti punya kekuatan sebagai penentu kadar keimananku sepanjang hari nanti.
Kau tahu kan, Bi? Iman itu fluktuatif kadarnya, bertambah dan berkurang. Iya, bertambah dan berkurang, Bi Bertambah karena ketaatan, berkurang karena maksiat. Hmm entah hanya sugesti atau apa namanya, bagiku
jika sejak subuh keimanan sudah
terkondisikan dengan baik, maka ia akan menjalar baik sepanjang hari.
Hmm kalau kamu, hal apa saja yang kamu suka, Bi? Oya, kamu pasti belum tahu ya cara memberitahukannya. Bagaimana kalau kamu tulis dulu, setuju? Nannti tulisanmu itu akan kubaca setulus hati dan tak pernah jemu.
Maaf ya, Bi. Aku tak bisa berlama-
lama di sini, aku ingin beraudiensi khusus dengan Rabbku.
Mungkin salah satu permintaan yang kupanjatkan nanti adalah memintamu. Memintamu menjadi teman hidup seharga separuh agamaku.
Siapapun dan dimanapun kamu berada, Bi. Doaku masih sama, semoga kamu sedang baik-baik saja.

Untukmu yang Ditinggalkan..



Untukmu yang sedih hatinya karena sebuah pengkhianatan lalu ditinggalkan, dengarlah ini; orang yang kamu cintai itu pasti punya satu alasan hingga harus berkhianat dan meninggalkanmu. Tapi percayalah, Allah pasti punya berjuta alasan mengapa dia tidak pantas menjadi bagian dari masa depanmu!!! Ayo tersenyumlah, bangun lagi bahagiamu. :) :) :)

Rabu, 01 Juli 2015

NILAI UAS BAHASA INGGRIS 2 PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH

Diumumkan kepada seluruh Mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah angkatan 2014, bahwa nilai UAS Bahasa Inggris 2 sudah dapat didownload di Blog ini.

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

  1. Mahasiswa yang mendapat nilai dengan Lambang A, B dan C sudah dinyatakan lulus, namun bagi mahasiswa yang mendapat nilai C, diperbolehkan melakukan perbaikan
  2. Bagi Mahasiswa yang merasa sudah mengumpul tugas mandiri namun pada nilai yang saya upload masih kosong nilai mandirinya, silahkan segera melapor ke saya.
  3. Bagi mahasiswa yang ingin melapor terkait perbaikan ataupun nilai mandiri yang belum muncul, silakan menemui saya di Ruang Pusat Bahasa (Gedung Laboratorium lt.3) pada hari Senin, 6 Juli 2015 pukul 10.00 WIB. 

Demikian pengumuman ini disampaikan, atas kerjasamanya dan ketertibannya diucapkan terimakasih.

Untuk Nilai UAS silakan download di sini: Nilai UAS Bahasa Inggris HESy

Kamis, 18 Juni 2015

NILAI UAS SEMETER GENAP 2014/2015



Berikut ini adalah Nilai UAS Bahasa Arab 2 program studi Ekonomi Syariah dan  Ulumul Quran Program Studi Perbankan Syariah semester genap tahun akademik 2014/2015.

Nilai Bahasa Arab 2 Prodi Esy: DOWNLOAD
Nilai Ulumul Quran Prodi S1-PBS: DOWNLOAD



Bagi Mahasiswa yang mendapat nilai C dapat mengajukan perbaikan. Waktu perbaikan Jumat, 26 Juni 2015 pukul 13.00. Perwakilan mahasiswa yang akan perbaikan silahkan menemui saya untuk menentukan tempatnya.

Selasa, 02 Juni 2015

KISI-KISI UAS SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2014/2015

Diberitahukan kepada mahasiswa yang mengikuti mata kuliah saya, bahwa Ujian Akhir Semester akan dilaksanakan pada minggu kedua di bulan juni 2015. Waktu menyesuakan jam kuliah sebagaimana biasanya.

Kisi-kisi soal dapat di download di bawah ini:
1. Kisi-kisi soal UAS Bahasa Inggris 2 Prodi HESy
2.Kisi-kisi soal UAS Bahasa Arab 2 Prodi Ekonomi Syariah
3. SOAL ULUMUL QURAN PRODI S1-PBS TAHUN 2015

أني أحبك




أكرر للمرة الألف أني أحبك 
 كيف تريديني أن افسر ما لا يفسر 
 وكيف تريدينني أن أقيس مساحة حبي 
 وحبي كالطفل 
 يزداد في كل يوم جمالا ويكبر

Untukmu yang Lembut Hatinya; Katik Rangkai Basa



Maaf jika cintaku tidak bisa kubahasakan dengan istimewa
Lewat dayu syair atau majas-majas hiperpola
Namun ketahuilah,
Tidak sedetikpun kulalui hari tanpa mengingatmu.
Betapa jiwa ini merana kala jarak memisahkan kita

Engkau yang beberapa waktu  lalu masih asing,
Kini menjadi orang yang paling mengenal dan memahamiku
Menjadi  pendamai jiwa
Kala kepiluan datang melanda
Menjadi penyejuk hati
Kala kerikil kehidupan datang menghampiri

Engkau yang lembut hatinya
Yang santun lakunya
Terimakasih sudah menjadi penyejuk jiwa.



Lampung, 31 Oktober 2014


Untuk Saudaraku yang Menanti Datangnya Jodoh




Untuk saudaraku yang menanti datangnya jodoh...
Dalam penantian datangnya jodoh impian, mungkin menciptakkan keresahan tersendiri bagi sebagian orang yang menantinya. Terlebih saat melihat rekan sebaya sudah melenggang bahagia ke pelaminan. Namun saat pujaan hati yang kita nanti-nanti tak jua menghampiri, apakah kita harus meratapi? Atau menggadaikan keceriaan yang kita miliki dan berkecil hati? Duhai saudaraku, sejatinya tidak perlu semua itu. Tetaplah ikhtiar dan doa sebagai pelipur hati yang (mungkin)  pilu.

Jika ikhtiar dan doa sudah dilakukan, namun yang diharapkan tak jua terkabulkan, jangan berburuk sangka dan buru-buru mengambil kesimpulan, mari musabahah diri, sudahkah ikhtiar dan doa kita upayakan hingga batas tawakal menghampiri? Setelah itu tanyakan lagi pada hati, sudahkan kita tawakalkan semua pada-Nya? Mempercayakan semua pada Allah yang Kasihnya tak terperi? Jika belum, serahkan semua pada Ilahi Rabbi.. semoga damai seketika mengguyuri hati.

Untuk saudaraku yang menanti datangnya jodoh...
Mari minta pada-Nya dengan sabar dan shalat. Dengan setulus-tulus doa yang kita eja di sepertiga malam yang senyap. Dalam bentangan sajadah. Dengan air mata dan linangan gerimis jiwa

Untuk saudaraku yang menanti datangnya jodoh...
Ia  Maha Tahu kapan waktu yang  paling tepat.  Ia juga yang Maha Mengerti siapa yang terbaik untuk diri. Tak perlu kita risaukan dengan segala yang terlihat gemerlap. Bisa jadi yang tampak indah di mata manusia, justru itu yang menjadikan  Allah murka.

Jangan kita tertipu dengan bungkusan. Bisa jadi yang memesona di mata kita, justru ia yang kumuh di hadapan Rabb-Nya. Bisa jadi pula, ia yang terlihat sangat biasa, namun ternyata dialah manusia yang tertanam ketakwaan di halaman hati dan lakunya. Allah lebih tau sebenar-benar isi hati. Ia yang lebih mengerti apa-apa yang tersembunyi.

Untuk saudaraku yang menanti datangnya jodoh...
Seperti halnya rizki, jodoh itu min haitsu laa yahtasib, datang dari arah yang tidak disangka-sangka. Bisa saja orang yang sama sekali tidak pernah terlintas dalam benak, ternyata ialah manusia terbaik yang Allah kirim untuk membersamai kita beribadah pada Allah dalam bingkai sunah Rasul-Nya. Atau jangan-jangan jodoh kita sebetulnya ada dekat sekali dengan kita, bernafas dalam satu kota yang sama, dalam satu kantor yang sama, dalam satu lingkup yang sama. Hanya saja, kita tidak mau membuka hati, tersebab mempunyai kriteria tinggi dalam mematok sang pujaan hati? Hingga sampai saat ini kita masih setia menyendiri.

Duhai saudaraku.. Bukan harta dan paras yang menjadi parameter utama dalam memilih pasangan. Sebab harta dan paras kadang melenakan dari kewajiban kita sebagai hamba Tuhan. Jadikan Agama dan kesadaran untuk selalu berusaha memperbaiki diri sebagai  kriteria menentukan pilihan.

Duhai saudari-saudariku yang shalihaat...
Mari selalu memperbaiki niat dan perilaku, agar lelaki shalih yang kelak datang padamu, yang mencintaimu setulus hati dan tak pernah jemu.

Duhai  saudara-saudaraku yang shalihiin..
Shalihkan dirimu agar kau terlihat gagah. Jangan pula malas mencari nafkah. Agar calon mertua menyerahkan anak gadis mereka dengan ikhlas dan tanpa rasa resah. Jika sudah, jemputlah gadis shalihahmu dalam rangkaian khitbah dan akad yang indah.


Sebuah catatan kecil satu bulan menjelang pernikahan

Lampung, 12 Juli 2014

Untuk Panjenengan, Uda Taufiq Hidayat Nazar

Hari hari bertabur cinta
Meki masih hitungan hari
Namun kau telah menaburkan beribu bahagia di hati

Kau benar, cinta memang bukan masalah usia
Bukan juga tentang kata-kata cinta fatamorgana
Yang  diumbarsebelum mitsaqon ghaliza tiba

Sebab cinta adalah tentang ketenangan hati
Saat berdampingan dengan belahan hati
Untuk menggapai ridha-Nya kala meniti hari demi hari

Cinta juga tentang ketulusan
Dan bersinergi untuk saling melengkapi kekurangan
Agar selaras mengarungi melodia zaman

Cinta juga tentang berbagi
Dan tidak perlu mengungkit apa yang telah kita beri
Sebab kebaikan selalu mengerti
Ke arah mana ia akan kembali

Jika bening embun dapat menyejukkan pagi
Maka engkau adalah rinai hujan yang turun setelah gersang merajam bumi
Jika ricik air dapat menghapus tiap-tiap dahaga
Maka kehadiranmu  adalah obat kepiluan jiwa

Untuk panjenengan, Uda Taufiq Hidayat Nazar
Terimakasih telah membersamai
Menjadi suami sekaligus sahabat hati yang selalu siap kuajak berbagi.

Uhibbuka hubban syadidan, yaa zawji,yaa habibi albi.  :’)

Kepada Nafasmu; Katik Rangkai basa

Maaf jika cintaku tidak bisa kubahasakan dengan istimewa
Lewat dayu syair atau majas-majas hiperpola
Namun ketahuilah,
Tidak sedetikpun kulalui hari tanpa mengingatmu.
Betapa jiwa ini merana kala jarak memisahkan kita
Betapa hati ini pilu kala terbangun tengah malam dan tak ada kau di sampingku.

Engkau yang beberapa bulan lalu masih asing,
Kini menjadi orang yang paling mengenal dan memahamiku
Menjadi  pendamai jiwa
Kala kepiluan datang melanda
Menjadi penyejuk hati
Kala kerikil kehidupan datang menghampiri

Engkau yang lembut hatinya
Yang santun lakunya
Terimakasih sudah mencintaiku apa adanya



Lampung, 31 Oktober 2014


PUNGGUNG SYA’BAN BERPAMIT PULANG


[1]
Bumi tak pernah khianat janji, berlari mengitari halaman rumah matahari, itulah sebab  begitu cepat alamat menit berpindah tempat, kenangan sudah beranak pinak, kemarau kembali disangkal musim, hingga rajab hangus ke sya’ban, menggemakan kidung surgawi, pada jiwa-jiwa yang tak lelah menanti.

[2]
Wangi  Ramadhan telah dibawa bening hujan yang mengguyur dedaunan,  meninggalkan  jejak tanah basah, menguapkan aroma rindu, pada mushaf yang dipupuri debu, pada pekikan sahur  yang menggusur tidur, pada ribut bedug ompong  yang menendangi lambung-lambung kosong, pada magrib yang menjelma embun membasahi gersang kerongkong, juga pada hembusan ayat-ayat-Nya yang  meluruhi keringat setelah rakaat ke duapuluh empat.

[3]
Kepak merpati menerbangkan memori,  menyinggahi  dahan kenangan yang belum rapi, dan aku menemukan lembaran-lembaran ingatan, tetentang bulan ketika pahala digandakan, tentang bulan yang menyapu hitam dosa: ramadhan.  Juga pada pesan keramat Imam Ghazali “perut yang disengaja lapar karena berpuasa itulah yang kelak akan mengetuk puntu surga” katanya.

[4]
Telah kugoreskan sebait rayu dalam gigil, kutitipkan melalui deras arus yang bermuara pada-Mu, tentang inginku yang tumpah pada  pesona malam paling  mulia: yang Kau semat lima ayat dalam jingga kitab suci yang kubaca.


Duhai  Penggenggam jiwa, izinkan aku berada dalam jamuan cinta-Mu, merukuk bersama pohon-pohon, rumah-rumah, desau angin, pejam langit, dan semua ciptaan-Mu yang masih ada maupun yang telah hilang, saat punggung sya’ban berpamit pulang.

Bumi Kinanah


Tentang Bumi Kinanah
yang menyungai darah
Bertambah bilangan  yatim dan piatu
sebab hujaman peluru-peluru

Misr al-Ghaliyah, Allah jamin dalam Quran-Nya
“Udhuluu Misra Insha Allahu Aminin”

Yaa Misr al Ardhil Kinanah
Yaa Misr al ‘Azhimah
Yaa Misr al Rahinah
Yaa Misr al Majidah
Yaa Misr al Hazinah
Tak ada yang mampu kubuat
Selain menjadi anak panah
Melalui doa resah dalam hamparan sajadah
Padamu,  jasad-jasad yang telah rebah
Tuhanmu  Maha adil dan pemurah
Akan ada pertanggungjawaban
Atas kejinya sebuah kezaliman.

Metro, Lampung, 2013


Negeri Pesisir



Dapatkah kau dengar bingar nyanyian, Tuan?
Melubangi telinga Tuan yang renta
Tentang mereka yang  menabung lapar di lambung
Berbaju lusuh dan berpeluh
Mengepal lelah hingga tumit pecah dan terbelah

Juga tentang mereka yang lain
bergincu dan minum susu
wangi dan berbaju rapi
Plesir ke negeri paling pesisir


Metro, Lampung, 2013

Luka paling menganga


Tak ada luka paling menganga
selain kesedihan gadis yang ditinggalkan pujaan
hidup serupa neraka
menjejak seperti mayat berjalan
hari-hari berkidung lara
air mata beku  menjadi  kesakitan
itulah guna iman tertancap di dada
agar tak salah langkah dan tujuan

Metro, Lampung, 2013

Luka paling menganga


Tak ada luka paling menganga
selain kesedihan gadis yang ditinggalkan pujaan
hidup serupa neraka
menjejak seperti mayat berjalan
hari-hari berkidung lara
air mata beku  menjadi  kesakitan
itulah guna iman tertancap di dada
agar tak salah langkah dan tujuan

Metro, Lampung, 2013

Menenun Jejak


Perihal pipiku yang mengalir sungai sungai kecil
Dari mata yang membanjir saat embun mulai mengigil
Tersebab hati telah retak
Sejak cintamu enggan mengarak
Tiba waktuku menenun jejak
Mengumpulkan kenangan yang mulai mengerak
Untuk kutanak  menjadi sajak-sajak


Metro, Lampung, 2013

Restu Tetua


Apalagi yang bisa dilakukan gadis yang merindukan pujaan
Selain lelap yang digadai dalam doa-doa malam
Atau menanam sungai di pipi dengan aliran airmata yang  memecah bebatuan

Tak ada lagi yang kita tunggu
selain restu terseduh dari hati para tetua dengan ikhlas penuh
Sedang semua rasa dalam dada tak henti-henti bergemuruh
Tentang  penyamudraan hati yang ingin  segera berlabuh
Memuarakannya dalam ijab qabul utuh

Katamu, kita akan membangun cita cinta
Dari mimpi-mimpi yang lelah berkelana
Pada malam-malam pekat miskin cahaya

Telah tua asa kita langitkan
Terbang jauh, payah menemukan tepian; adalah kepedihan.
Seperti burung-burung kecil dianiaya kehausan
Lelah hampir  jatuh dari dahan-dahan harapan

Kabarkan kedatangan, Kakanda
Bersama aroma Singkarak yang harum
diteruskan siut angin yang tak henti tersenyum
hingga penantian lebur dalam syukur yang terlantun


Metro, Lampung, 2013

Muasal dari Segala Kepergian


Sejak abad-abad jauh yang tak butuh hitungan,
datang adalah muasal dari segala kepergian.
Lalu, sunyi  adalah muara dari segala kesedihan.

Pernah kita memahat kenangan, dalam tiap tapak-tapak jalan, pada sawah dan ladang-ladang, pada bunga-bunga  kopi yang wangi,  pada rupa yang datang dan pergi bergantian, yang banyak mengajarkan silsilah kehilangan.

Satu tanya yang tersembunyi dalam sunyi-sunyi yang kunaungi. Perihal alasan engkau membakar ribuan peta, hingga kesedihan tidak pernah tahu bagaimana seharusnya menapaki jalan, menuju mukim di rahim-rahim kebahagiaan

Dimataku nanti akan tumbuh lubuk. Dengan ratusan ikan yang tak pandai berenang. Tersebab engkau lupa menitipkan sirip dan insang.

Nanti engkau paham, air mata mampu lebih banyak berkata-kata,  sunyi dan puisi menjadi lebih nyata dari  segala yang aku rasa.


Singosari, Malang,  2013

Merdu laku Seorang Ibu

Kueja gurat semangat sebaris pesan
Pada tubuh yang  merapuh tanpa keluh
Keriput  mengkrucut tak menggoda semangatnya lucut.
Hingga kering genang lautan lelah  dibuatnya ciut

Kusaksikan merdu laku seorang ibu
Pada pemilik mata jelita sehitam zaitun
Luap bening embun kasihnya  menetes tertuntun
membasahi rerumputan hati  agar tak pias disapu panas

Dialah pemilik rahim garba
Tempat  awal kisah anak manusia  bermula
Menjinakkan kemarau
Mendamai badai
Mengunyah dahsyat rimba kehidupan

Dialah bidadari bumi hadiah Tuhan
Pembawa kehangatan langit
Pengibas kutukan semesta
Karna di suci telapak kakinya
Mengalir deras arus firdaus
Berbakti padanya adalah menyalakan seribu bintang
Dalam gelap lumbung tempat berpulang.


Lampung, 24-05-2011

Kepada Nafasmu..

[1]
Kepada nafasmu yang pernah mengalirkan bening hujan
Melalui dering telpon genggam, yang selalu aku tunggu saat langit mulai memejam.

Manalah mungkin aku memutus urat di nadimu
Sedang darahku terlanjur mengalir di dalamnya
Menyusuri tiap degub jantungmu
Yang mendenyut di dadaku.

[2]
Kepada coklat biji matamu yang pernah menghantarkan semangat
Melalui bening embun pagi yang menghinggapi kuncup pucuk melati

Manalah mampu kuparuh hatimu dan menyodorkannya pada yang lain; adalah meminang kesedihan.
Serupa merubah biru menjadi abu. Lalu membiarkan waktu mati dengan caranya sendiri.

[3]
Musim telah berganti nama, kepada durja ia memilih hinggap
Birupun terlanjur menjelma abu
Tiada lagi rindu yang bersambut
Atau tawa yang mengobati risau hati paling putus asa
Sedu menderu, sedih merepih memilu

[4]
Kususuri tiap letih yang tertitih
Mengunyah waktu lalu meludahkannya dalam aliran parit mimpi burukku
Kulangitkan doa pada Ia Sang penggenggam Nyawa

Semoga dapat menjadi mantra bagi luka-luka hati yang masih menyala

Lelaki Cahaya; Sebuah Dzikir kerinduan

Kepada Lelaki Cahaya, yang melalui Rahim garba Umunaa Aminah kisahnya sebagai anak manusia bermula; Muhammad ibn Abdullah.

Setelah sejarah menerjemahkan riwayat kehidupanmu yang paling darah
dalam naungan langit dan bumi yang terkadang damai dan  bergetar marah
yang sampai padaku  melalui gemulai angin yang melewati kekokohan gunung-gunung juga wangi samudra  yang menyuburkan tanah
maka kerinduan yang membuncah menjadi serupa umpan yang mengundang airmata untuk selalu tumpah
dalam shalawat muhabbah
doa yang menengadah
dan bentangan sajadah yang resah.

Dzikir kerinduan yang mengetuki hati paling nurani adalah muara dari mataku yang menelaga
hingga sungai-sungai membanjir di pipi
membuncahkan keimanan yang sering rapuh menjadi kembali mendidih bergemuruh
hanya tertuju kepada engkau duhai lelaki cahaya
yang harum namanya terus mendenyut dalam jantung-jantung  zaman berabad-abad lamanya.

Maka izinkan aku menikmati rindu yang mengumpar terbiar
mengarus dalam aliran denyut-denyut nadi yang menjadikan tubuhku bergetar
Sehingga tak dapat kuungkapkan segala rindu yang mekar
kecuali dengan cinta, linangan air mata dan gerimis jiwa yang membelukar

Biarkan pula kulantunkan dzikir dalam kucuran alir dawat syair.
Maka kini kupilihkan untukmu rindu yang tiada tepi,  yang kugoreskan dalam bait-bait puisi
 Lalu mengeraminya menjadi sebuah cerita tanpa narasi
agar rindu yang kian  menggemuruh dapat sampai kepadamu
bersama doa-doaku yang pilu membiru aku mengharap dekapan syafaatmu. --Yaa Habiballah, salam ‘alaik--

Nganjuk, Juli 2012


Hikayat Wanita yang Memerami Air Mata


Syahdan, seorang wanita berwajah manis, o bukan, seorang gadis dibalut kain minimalis berlari ke tepian malam dengan sekarung cemas dan air mata yang telah lama ia peram.

Dibawanya serta riwayat pesakitan, lambung kosong serta perih kehidupan yang sejak lama menganiaya usia.

Siapa yang bisa disalahkan saat
Lalu, dititipkanya kebahagiaan yang serupa benalu pada desah yang meresah, cucuran keringat juga goncangan cairan tengah tubuh anak manusia; surga baginya.

Apakah ia tak mengenal cerita nabi-nabi atau indahnya surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai susu? Atau  kalajengking dan cacing-cacing yang menjadi teman setelah nyawa diceraikan badan?

Oo bukan,
bukan hendak melumat bulat-bulat perihal siksa kubur juga api neraka, namun kisah paling darah ini hanya ia yang mampu menjamahinya. Bukan kamu, bukan kita, ataupun wanita-wanita kampung yang dari bibirnya selalu berloncatan segala serapah.

--Kini ia terus melangkah dengan biduk pelepah dan air mata, dengan kenangan yang terus beranak pinak, dengan ramai dosa yang menyesakki batok kepala.

Ia mulai mengemas juga mangemis cinta Pencipta, karena sejauh apapun jiwanya bertualang, dalam lumbung kosonglah kelak ia akan berpulang.


Sesayat Rusuk

Kelak rindu ini tertunai, oleh engkau yang akan membersamaiku menjinakan hujan dan kemarau.


Akan tiba waktunya engkau menjadi pakaianku-aku menjadi perhiasanmu, lalu saling bergenggaman tangan untuk menuju imperium baru.


Biarlah di tigaratus purnama usiaku yang hampir purna kita masih dibentangkan jarak, kelak kita telan jarak itu bulat-bulat, hingga ia melebur dalam baur, dan aku menjadi pengamin setia doa-doamu.


Lalu, pendar-pendar cahaya menjelma satu per satu, membias, menyejarah dalam payungan matahari; Jundi-jundi kita.


Sebab rindu yang sebegini derasnya hanya kita yang akan merasakan. Sampai nanti saat senja menganiaya usia, raga kita tak lagi mampu, namun jiwa tetap berpeluk-peluk.

Maka jagalah selalu semesta kecil di dada kita; Qolbu. Agar saat temu nanti benar-benar nyata, buncahan rindunya, letupan cintanya menggetarkan kaki-kak surga. Melesat hingga ke jannah-Nya. ---Aamiin yaa Mujibassailiin---




Sajak Kerinduan 1

Perihal kerinduan adalah rapal yang menyibukkan bibir, jari yang terjulur dalam kidung doa dan dzikir panjang, mulai dini hari juga saat  langit padam. Agar kita tak mendurhakai atas telapak kaki dan ubun-ubun yang terlanjur terlahir.

Takkan pernah selesai kutunai jasanya, saat yang dieraminya dengan  darah dan airmata. Sehingga rangkuman sunahnya serupa kompas  abadi bagi penjejak bumi seesudahnya. Maka Tuhan dan malaikat melangitkan shalawat untuknya; jangan dustakan ayat Tuhan pada Al azhab 56.


1/
Perihal kerinduan adalah mantra yang mengarus dalam shalawat, jari yang terjulur dalam kidung doa dan dzikir panjang, mulai dini hari juga saat  langit padam. Agar kita tak mendurhakai atas telapak kaki dan ubun-ubun yang terlanjur terlahir. Juga rindu yang selalu ranum pada pemilik mata seindah zaitun, adalah kepada engkau Yaa Habiballah.

2/
Takkan kering air ingatan, pada sebaris mantra, dalam kitab yang dieraminya dengan  darah dan airmata. Sehingga rangkuman sunahnya serupa kompas  abadi bagi penjejak bumi seesudahnya. Maka Tuhan dan malaikat melangitkan shalawat untuknya; jangan dustakan ayat Tuhan pada Al azhab 56.

3/
Cahayamu, adalah tempat tertanam dan tumbuhnya segala rindu yang biru, cinta yang nyata. Hingga aku menyalakan pijaran-pijaran harap, yang kini mengapung, terpantul dalam ribuan shalawat, dapatkah menerobosi jendela-jendela syafaatmu, Ya Habiballah?

4/
Seperti menghitung bilangan prima, satu satu luruh air mata, atas juntaian-juntaian dosa, juga alpa yang paling nanah. Namun cintamu, adalah letupan-letupan yang mengelus batin untuk memekarkan senyum.


Dengan jiwaku yang merunduk juga alunan salawat yang kuterbangkan pada bahumu yang sahaja, semoga dapat menjadi wasilah atas rindu-rindu yang kelak terijabah -Allahumma shali wa salim ala sayyidina Muhammad-

Melodi Rindu


Menatap langit pekat bumi Lampungku
Tak satupun bintang menggantung di sana
Tak hadir jua bias dewi malam
Mendung menyulap benda-benda langit berembunyi di balik awan hitam yang menggumpal
Seperti gumpalan rindu dalam hatiku
Pada sekeping hati yang tak pernah tau dirindu.


Lampung, 10-05-2011

MENDEKAP NIRMALA

Ada rasa yang menderas di halaman hati
Mengalir dan bermuara pada kolam asa
Dipayungi langit pekat tanpa cahaya
Meski gelap kukuh menawan jiwa
Aku tak akan lelah menanti purnama
Hingga “bangunanmu” kokoh dan mengepakkan sayapnya
Menerbangkanku dalam denyut nadi yang tak sama
Melesat, jauh mendekap nirmala.
  Aku masih sama,
Menanti kuncupmu mekar jadi bunga
Menebar wangi bak kesturi di taman surgawi
Menjemputku mengalunkan melodi merdu
Mengikatnya dalam simpul yang satu.



Malang, 12-10-2011

ANGKUH


Gigil mengadu gigi
merusak rusuk
Kutarik selambu yang mengantongi debu
Menutupkannya pada tulangmu yang kemarau.
Kau gusar.
Tak sudi kotor mencicipi wangimu.
Kuberlari
Menembusi karat bergerigi
Kau longokkan kepala
Menyusuri tiap lorong sunyi
Mencari jantungmu yang kucuri.
Kau dapati aku
Saat sedih sedang kuseduh.
Dengan silau mata pisau
kau ukur akar yang mengukir di nadiku.
Baru kau tahu, semua namamu.
Lalu, saat selang sesal berseling di irisan-irisan degubmu.
Baru akan kau rindui punggung yang berpamit pulang.

HUTANKU




Hutanku..
Laksana penyejuk, kau menjadikan udara segar
Hijaumu terhampar, pohon-pohon menjulang dalam bentangan cakrawala lebar
Kau menyemak belukar, menjadi habitat satwa jinak dan liar

Hutanku..
Kau penyeimbang biosfer..
Menjaga tanah dari erosi
Menyimpan air di dalam perut bumi
Menetralkan udara dari polusi

Namun kini...
Batangmu tumbang oleh tangan-tangan kasar
Indahmu binasa oleh manusia-manusia tamak berhati liar
Sejukmu berganti kepulan asap ranting-ranting terbakar

Aku sedih..
Aku pilu..
Aku menangis kering dawat syairku..
Tak mampu lagi bercerita tentang indahnya hutanku..








                                         

Senin, 01 Juni 2015

Semoga seterusnya tetap menyenangkan seperti ini.

Seperti malam-malam biasanya,  sambil menjemput kantuk kita saling bercerita tentang apa yang kita alami masing-masing seharian tadi. Tentunya setelah melakukan ritual standart kita sebelum tidur; wudhu dan berdoa. Setelah itu kita merebahkan diri di atas tempat tidur dengan saling berhadapan, aku menghadap ke kanan dan kamu menghadap ke kiri, lalu setelah saling bercanda, kamu menceritakan hal-hal yang kamu alami seharian di kantor dan aku mendengarkan. Atau sebaliknya, aku yang bercerita tentang apa yang kualami bersama murid-murid TK ku yang menggemaskan dan kamu yang akan mendengarkan.


Selalu saja, saat aku bercerita pandanganmu tak pernah bergeser se-centipun dari mataku. Matamu selalu saja mengejar ke manapun retinaku berlari. Kamu selalu memperhatikan dan mendengarkan dengan seksama saat aku membagi cerita, lalu kamu akan terbahak-bahak jika aku  sedang menceritakan tingkah salah satu muridku yang lucu, atau kamu akan kuatir minta ampun jika aku menceritakan hal yang hampir saja membuatku cidera, tidak jarang juga tiba-tiba kamu menghentikan ceritaku sekedar untuk mengatakan “I love you” di sela-sela aku bercerita. Lalu akupun membalas ucapanmu “I love you too” atau sekedar kata “too” dan akupun kembali melanjutkan ceritaku. Hingga akhirnya kita sama-sama terlelap, aku kurang tahu aku yang tidur terlebih dulu ataupaun kamu, yang aku tahu saat aku terbangun sebelum subuh menjelang, tanganmu sedang melingkari tubuhku atau kepalaku yang berada di dadamu.

Namun jika kita sama-sama terlalu lelah, maka tidak ada cerita untuk malam itu, kita hanya akan saling mengucapkan selamat tidur dan kamu mengecup keningku, lalu seperti biasa kamu melingkarkan tanganmu ke tubuhku, tak lama kemudan menyusul suara dengkurmu. Saat itu aku hanya memandangimu yang sudah terlelap sambil membelai-belai rambutmu, atau sekedar menciumi tanganmu pelan-pelan agar tak membangunkamu.

Tapi dari malam-malam yang telah kita lewati bersama sejak pernikahan kita, kita lebih sering berbagicerita terlebih dahulu sebelum tidur dibandingkan langsung terlelap. Dan aku selalu suka ritual kita ini. Semua terasa menyenangkan sekali. Semoga seterusnya tetap menyenangkan seperti ini.



Ini tentang cara kita membangunkan tidur

Ini tentang cara kita  membangunkan tidur. Biasanya aku yang akan bangun lebih awal daripada kamu, tapi tak jarang juga kamu yang bangun terlebih dahulu daripada aku. Biasanya kamu sengaja bangun setelah tengah malam untuk menuangkan ide-idemu ke dalam tulisan, lalu mengirimkannya ke salah satu media keesokan harinya, hobi yang memang telah menemanimu jauh sebelum kamu memintaku menjadi belahan jiwamu dan aku menerimanya. Lalu beberapa menit menjelang subuh kamu akan membangunkanku, bersama-sama melaksanakan amalan yang memang kita niatkan untuk terus konsisten melakukannya setiap hari jika tidak ada halangan; tahajud dan tilawah bersama hingga adzan Subuh.

Seperti kali ini misalnya, setelah menyelesaikan tulisanmu, kamu membangunkanku lembut, mendekatkan bibirmu ke telingaku, membisikkanku sesuatu yang akan membuatku terbangun, namun kalau aku tetap juga tidak terbangun, biasanya kamu akan menggelitik atau menciumiku bertubi-tubi sampai aku terbangun. Kadang aku memang sengaja tidak membuka mata saat kamu berbisik membangunkanku, walaupun sebenarnya bisikanmu itu sudah bisa membangunkanku. Hihihi.. kamu jangan marah ya? Alasanku, karena aku menunggu untuk kamu cium.  

Aku juga punya cara untuk membangunkan tidurmu, biasanya setelah berwudlu aku akan menempelkan tanganku ke pipimu, dinginnya tanganku akan merambati pori-pori kulitmu dan memerintahkan syaraf untuk membuka matamu. Namun jika cara ini belum berhasil, kukeluarkan jurusku selanjutnya, yaitu  membuat secangkir hot chocolate dan mendekatkan aromanya ke hidungmu. Biasanya cara ini cukup ampuh, karena kamu memang penggemar hot chocolate. Tapi, jika cara ini juga belum berhasil, maka aku ikuti caramu membangunkanku, yaitu menggelitik atau menciumimu bertubi-tubi. Jika sudah begini, kamu tidak mungkin lagi melanjutkan lelapmu.

Oya, katamu dengan menempelkan tanganku ke pipimu setelah berwudhu atau mendekatkan aroma hot chocolate ke hidungmu, sebenarnya itu sudah bisa membangunkan tidurmu. Kamu memang sengaja bermanja-manja tidak mau bangun. Dan rupanya alasanmu sama juga dengan alasanku, yaitu karena kamu menunggu untuk aku cium. Hihihi..


Ah kamu, suamiku, aku mencintaimu, terimakasih telah bersedia membersamaiku, menjadi imam dalam shalat-shalat kehidupanku.

Antu Banyu



Aku tinggal di sebuah dusun yang miskin dari sentuhan komoderenan. Masyarakat di dusunku adalah orang-orang yang dalam kepalanya banyak ditumbuhi pemikiran kolot. Sebagian besar masyarakat dusunku ini bekerja sebagai tukang gergaji mesin, nelayan, pengasap ikan, pengusaha kerupuk ikan rumahan dan berkebun. Ada juga yang bekerja sebagai pegawai negeri, namun itu cukup bisa dihitung dengan jari.  Namun jangan ditanya tentang rasa kekeluargaan, tolong menolong, kesetiakawanan, dan juga bela-membela saat ada tetangga atau familinya yang cekcok mulut di pasar, bisa dipastikan tiada banding, pastilah ereka akan membela mati-matian hingga titik darah penghabisan. Meskipun cekcok mulut itu hanya karena hal sepele.
Masyarakat  di dusunku terbiasa memulai kembali menyalakan nyawa dari tidurnya sejak matahari belum berani mengintip bumi. Asap-asap akan mengepul dan merayap ke atas genteng dapur rumah-rumah di sini, pertanda para ibu sudah mulai menyalakan kayu untuk memasak. Anak-anak merekapun sudah dilatih untuk bangun sebelum subuh sejak kecil.  Nanti saat suara adzan dimuntahkan dari toa surau, merekapun akan berbondong-bondong  ke surau untuk shalat subuh  berjama’ah.
Anak-anak gadis di dusunku juga sudah terampil betul mengurus pekerjaan rumah sejak usia mereka belum baligh, mulai dari memasak, menyapu, menyuci baju di Musi, dan segala jenis pekerjaan rumah tangga lainnya. Pendidikan mereka rata-rata hanya mencapai MTs, ada juga yang sampai Aliyah dan perguruan tinggi, namun tentu itu menjadi pemandangan langka di dusunku. Maka tak heran jika di dusunku banyak gadis yang sudah menikah sejak usia mereka masih sangat belia.
Sedangkan bujangnya sendiri memiliki pendidikan yang lumayan lebih beruntung, bujang-bujang di sini rata-rata sekolah sampai  bangku Aliyah. Setelah lulus, banyak dari mereka yang merantau ke pulau seberang untuk bekerja di PT ataupun menjadi kuli bangunan. Ada juga yang membantu pekerjaan orangtua mereka di dusun. Seperti aku, setelah lulus Aliyah setahun yang lalu, aku masih setia menetap di dusun, membantu orang tuaku berkebun dan  dan membantu Pak Haji Maksum mengajar anak-anak mengaji di surau. Selain itu alasan yang membuatku betah menetap di dusun ini adalah Midah, gadis pujaanku yang berambut ikal sebahu, bermata bulat dengan bola mata yang coklat.
Meskipun rajin sembahyang berjamaah di surau, namun masyarakat di dusunku masih banyak yang mempecayai mitos-mitos. Termasuk mitos tentang Antu Banyu, yang katanya berwujud perempuan  bertaring dan berambut panjang dan akan muncul di malam hari saat air  Musi berwarna kecoklatan dan terasa hangat.  Antu banyu ini konon sangat menggemari ubun-ubun kepala dan sum-sum tulang belakang manusia, terutama ubun-ubun kepala bujang dan anak-anak kecil yang aqil baligh. Aku sendiri tak terlalu percaya dengan mitos-mitos semacam itu. Namun Emak dan Ayukku adalah termasuk dari mereka yang sangat percaya tentang mitos Antu Banyu ini. Maka tak heran kalau Emak akan sangat melarangku bermain di pinggir Musi  pada saat-saat tertentu yang disinyalir sebagai waktu keluarnya Antu Banyu dari sarangnya.
Ada kejadian yang akan selalu hidup dalam ingatan-ingatan masyarakat asli dusunku ini, kejadian ini terjadi saat aku masih SD. Saat itu dusunku digemparkan dengan hilangnya dua orang teman bermainku, Buyung dan Rustam. Mereka dikabarkan tak pulang ke rumah sampai langit sudah memejam. Semua warga bergotong royong mencari Buyung dan Rustam sampai ke sudut-sudut dusun, kuburan dan rawa-rawa sambil membawa obor dan memukuli piring seng. Masyarakat dusunku percaya jika pukulan piring seng ini dapat memanggil kembali anak kecil yang sedang disembunyikan makhluk-makhluk halus. Sebagian warga yang lain ada yang mencari di sungai sambil menaiki getek dan membawa lampu patromak. Dikhawatirkan Buyung dan Rustam hanyut di Musi. Karena terakhir  kali ada yang melihat kedua bocah itu memanjat pohon kelapa di dekat Musi setelah pulang sekolah.
Dusunku mendadak ramai dengan kur warga yang memanggil-manggil nama Buyung dan Rustam.  Aku yang saat itu masih SD tak ikut mencari keliling dusun ataupun ke Musi, aku hanya ikut Ibu dan Ayukku membaca yasin di surau bersama ibu-ibu dan anak kecil lainnya, berdoa agar Buyung dan Rustam segera ditemukan. Namun sampai rona fajar bergurat di pipi langitpun kedua bocah yang dikabarkan hilang itu tak kunjung muncul batang hidungnya. Sudah pasti warga menjadi semakin panik, kulihat Emak dari Buyung dan Rustampun menangis dan saling berpeluk menghawatirkan nasib anak-anak mereka. Kulirik mata Emakku juga sudah merah dan sebentar lagi pasti akan turun gerimis dari sana.
Warga kembali ke rumah mereka masing-masing. Aku yang saat itu tak tidur semalaman izin tak masuk sekolah. Sebagian warga juga banyak yang tak beraktifitas, kecuali para pengasap ikan yang memang sudah dikejar pesanan.
Belum saja bedug dzuhur berbunyi, dusunku digemparkan oleh teriakan  warga yang menemukan sosok mayat mengapung di Musi. Semua warga berbondong-bondong menuju tepian sungai. Di sana kami melihat satu mayat anak seusiaku yang masih menggunakan seragam sekolah, tubuhnya sudah mengembung menjadi hampir dua kali lipat dari aslinya, mukanyapun sudah sulit dikenali, namun bisa dipastikan mayat yang ditemukan itu adalah salah satu dari bocah yang hilang kemarin. Orang tua Buyung dan Rustampun menangis histeris sambil berlari ke tepi Musi.
Melihat dari ciri-ciri yang ada, mayat bocah yang ditemukan itu lebih mirip Buyung, maka mayat itupun dibawa warga ke Rumah Mang Nandar, Orang tua Buyung. Alat-alat untuk mengurus jenazahpun sudah disiapkan di rumah Mang Nandar. Mulai dari kafan, gentong-gentong air untuk memandikan mayat, sampai dengan keranda mayat.
Namun kejadian menjadi semakin kalut saat mayat  mulai dimandikan. Ternyata mayat yang dimandikan itu bukanlah mayat Buyung seperti yang diperkirakan. Karena mayat yang dimandikan di rumah Mang nandar itu sudah dikhitan, sedang semua warga tahu kalau Buyung belumlah dikhitan. Berarti mayat ini adalah mayat Rustam.  Maka setelah dimandikan, mayat bocah ini segera diantarkan ke Rumah orang tua Rustam untuk dikafankan, dishalatkan laku diberangkatkan peristirahatan terakhir.
Sedangkan Buyung sendiri samapai aku sebesar ini tak diketahui rimbanya. Entah masih hidup, ikut hanyut di sungai, diculik  ataupun apalah aku tak tahu. Namun warga di sini mempercayai kalau Buyung dimangsa Antu Banyu.
Sejak saat itu Emakku jadi lebih cerewet menasehatiku untuk tak dekat-dekat dengan Musi. Namun yang aku heran dari kekhawatiran Emakku yang berlebihan ini adalah bagaimana mungkin aku bisa menghindari Musi, sedangkan dari pintu dapur rumahku saja coklatnya air Musi sudah bisa disantap mata. Ah dasar Emak.
***
Malam ini aku berencana menonton layar tancap di lapangan dekat Musi dengan Midah, gadis pujaanku itu. Kemarin salah seorang warga dusunku ada yang menikahkan anaknya  dan layar tancap inilah sebagai hiburannya. Sebenarnya Emak  sudah melarangku untuk menonton, sebab esok harinya aku harus bekerja keras membantu Bapak mencangkul di kebun untuk menanam tanaman yang baru. Tapi tak aku hiraukan larangan Emak.
Setelah Isya aku bersiap-siap menjemput Midah di rumahnya, aku menggunakan celana dasar hitam dan kemeja kotak-kotak merah, kemeja andalan keduaku setelah kemeja biru laut polos hadiah dari Midah.   Rumah Midah sendiri tak begitu jauh jaraknya dari rumahku, kebetulan juga searah dengan lapangan tempat layar tancap berlangsung.
Saat kutemui Midah sudah menunggu di bawah pohon nangka depan rumahnya. Midah tampak cantik sekali dengan rok hitam semata kaki dan kaos abu-abu. Bibirnya sedikit dipoles gincu merah jambu. Badannyapun berbau wangi. Aku semakin senang memandang Midah dari dekat.  Kuperhatikan ada yang berbeda dari Midah, rambutnya kali ini lurus dan tak lagi ikal, mungkin dia mengikuti gaya anak-anak kota yang pergi ke salon untuk meluruskan rambutnya. Apapun itu, memandang Midah yang selalu tersenyum adalah suatu hal yang selalu membuat jantungku bergemuruh.
Tak menunggu lama kamipun segera melangkahkan kaki menuju lapangan yang ternyata sudah ramai sekali. Banyak muda mudi dan juga orang tua  menyemuti tempat ini. Setelah membeli kacang rebus aku sengaja mencari tempat yang agak gelap dan sepi agar bisa lebih nyaman berdua-duaan dengan Midah. Akhirnya kami duduk di dekat Musi, kami duduk  pada potongan batang pohon kelapa yang sudah habis digergaji. Memang agak jauh dari layar ditancapkan, namun tempat ini kurasa pas untuk bisa dengan nyaman berdua-duaan dengan Midah.
Tak lama kemudian lampu layar menyala, pertanda film akan diputar. Biasanya yang sering diputar pada acara layar tancap di dusunkuku adalah film-film kolosal ataupun komedi. Meskipun sudah sering diputar hingga berkali-kali, masyarakat di dusunku masih saja tak bosan untuk menonton. Kali ini aku merasa sedikit aneh dan berbeda karena film yang diputar kali ini belum pernah aku tonton sebelumnya. Di  layar itu aku menyaksikan seorang bujang terapung di sungai tanpa ubun-ubun di kepalanya.Aku mengamati gambar bujang di layar itu lebih seksama.  Dan aku merasa semakin aneh saat melihat bujang itu memakai kemeja kotak-kotak berwarna merah persis seperti yang aku gunakan saat ini. Jantungku bergemuruh dahsyat, nafasku terasa sesak, denyut nadiku seolah hampir tandas  saat muka bujang itu terlihat semakin jelas. Muka bujang itu mirip sekali denganku. Ya, tak salah lagi itu memang aku!!  Bagaimana ini bisa terjadi? Kulirik Midah yang berada di sampingku, dia hanya tertawa menyeringai. Mengerikan sekali. Lebih-lebih sekarang aku melihat dua taring muncul dari mulut Midah dan siap menerkamku. Sejurus kemudian aku merasa jantungku tak lagi memompa oksigen.

Catatan:
[1] Ayuk: Panggilan kakak perempuan di daerah Sumatera Selatan.


Singosari, Malang, 2012

Malam ini kucoba pula mencelupkan sepasang mata hatiku pada sepotong layar...

Malam ini kucoba pula mencelupkan sepasang mata hatiku  pada sepotong layar yang menggenangi wajah teduhmu. Memoriku melesat jauh ke belakang, ada jutaan nafas-nafas bahagia, jiga kala aku belajar mengemas riwayat hatiku yang pernah jatuh pada rasa dalam bening tangan paling putus asa. Ada basah berenang ke dada. Hatiku gerimis.


Kucoba menyalakan saklar lampu-lampu ingatanku. Mengais-ngais memori yang masih belum pergi. Pada sebuah titik rasa ini bermula. Namun hingga kini, aku tak pernah paham cara Tuhan menanammu dalam ingatan.