Menulislah! Tebar dakwah melalui rajutan kata-katamu yang indah! Menulislah! Agar kau tak hilang ditelan sejarah!
Kamis, 17 Desember 2015
Rabu, 09 Desember 2015
NILAI BAHASA ARAB 1 PROGRAM STUDI S1-PBS TAHUN AKADEMIK 2015/206 (DIREVISI 18 DESEMBER 2015)
Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuhu..
Berikut ini adalah nili UAS bahasa Arab 1 program studi S1-PBS. Sebagai informasi, nilai yang dinyatakan lulus adalah nilai dengan lambang A, B dan C. Bagi mahasiswa yang ingin mengkonfirmasi terkait kesalahan nilai, silahkan menemui saya di Laboratorium bahasa pada hari rabu, 23 Desember 2015 pukul 11.00 WIB.
Demikian info ini disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terimakasih.
Nilai UAS bahasa Arab 1 : Download
Berikut ini adalah nili UAS bahasa Arab 1 program studi S1-PBS. Sebagai informasi, nilai yang dinyatakan lulus adalah nilai dengan lambang A, B dan C. Bagi mahasiswa yang ingin mengkonfirmasi terkait kesalahan nilai, silahkan menemui saya di Laboratorium bahasa pada hari rabu, 23 Desember 2015 pukul 11.00 WIB.
Demikian info ini disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terimakasih.
Nilai UAS bahasa Arab 1 : Download
Minggu, 06 Desember 2015
NILAI UAS BAHASA INGGRIS 1 PRODI EKONOMI SYARIAH TAHUN AKADEMIK 2015/2016 (DIREVISI 21 DESEMBER 2015)
Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuhu..
Berikut ini adalah nili UAS bahasa inggris 1 program studi Ekonomi Syariah kelas A-E. Sebagai informasi, nilai yang dinyatakan lulus adalah nilai dengan lambang A, B dan C. Bagi mahasiswa yang ingin mengkonfirmasi terkait kesalahan nilai, silahkan menemui saya di Laboratorium bahasa pada hari rabu, 23 Desember 2015 pukul 11.00 WIB.
Demikian info ini disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terimakasih.
Nilai UAS bahasa Inggris setelah perbaikan: Download
Berikut ini adalah nili UAS bahasa inggris 1 program studi Ekonomi Syariah kelas A-E. Sebagai informasi, nilai yang dinyatakan lulus adalah nilai dengan lambang A, B dan C. Bagi mahasiswa yang ingin mengkonfirmasi terkait kesalahan nilai, silahkan menemui saya di Laboratorium bahasa pada hari rabu, 23 Desember 2015 pukul 11.00 WIB.
Demikian info ini disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terimakasih.
Nilai UAS bahasa Inggris setelah perbaikan: Download
Sabtu, 12 September 2015
LOMBA FOTO SELFIE /GROUPI BEBEK PEDES MENYOR
Sebagai ungkapan rasa syukur kami atas suksesnya Grand Opening Bebek Pedes Menyor yang beralamat di JL AH Nasution Depan RS Islam 21 Metro (samping kanan Indomaret), dengan ini kami mengadakan Lomba Foto Selfie/Groupi Bebek Pedes Menyor. :D :D Ketentuan Lomba Foto Selfie/Groupi Bebek Pedes Menyor adalah sebagai berikut:
- Lomba foto Selfie/Groupi BEBEK PEDES MENYOR terbuka untuk umum dan segala usia.
- Lomba dibuka tanggal 14 september 2015 dan ditututp tanggal 14 november 2015 pukul 24:00 WIB (lewat dari waktu tersebut peserta dinyatakan gugur).
- Tema foto: Berfoto Selfie/Groupi di RM Bebek Pedes Menyor bersama menu yang dipesan.
- Alamat RM Bebek Pedes Menyor di Jl AH Nasution Depan RS Islam 21 Metro (samping kanan Indomaret).
- Setiap peserta boleh mengirimkan lebih dari 1 foto Selfie/Groupi terbaiknya ( foto lain yang dikirim adalah bukan foto pada hari yang sama)
- Foto Selfie/Groupi diunggah di wall Facebook masing-masing peserta dan di wall facebook Nawang Wulandari (https://www.facebook.com/nawangthewinner) dengan tema “LOMBA FOTO SELFIE/GROUPI BEBEK PEDES MENYOR” dengan menandai minimal 30 orang dan mencantunmkan info lomba ini.
- Posting info lomba ini dengan menandai 20 orang.
- Foto yang dirasa paling unik akan dipilih menjadi pemenang.
- Akan dipilih 2 orang pemenang (Juara 1 mendapatkan uang tunai Rp.200.000 dan voucher makan di Bebek Pedes Menyor, Juara 2 mendapatkan uang tunai Rp.100.000 dan voucher makan di Bebek Pedes Menyor)
- Pemenang Lomba Foto Selfie/Groupi Bebek Pedes Menyor akan diumumkan pada 17 November 2015 di Facebook Nawang Wulandari.
Selamat berkompetisi!!! :D :D Ekspresikan gayamu di Bebek Pedes Menyor. :D :D :D
Owner Bebek Pedes Menyor
Minggu, 30 Agustus 2015
GRAND OPENING BEBEK PEDES MENYOR
GRAND OPENING
Ayoooooooooooooo datang dan nikmati menu-menu di "BEBEK PEDES MENYOR" mulai senin 31 Agustus 2015. Lokasinya di Jl AH Nasution depan RS Islam Metro (Samping Indomaret). Ajak semua teman, orang tua, sahabat, saudara dan semua orang-orang terkasih yaaaaa.. grin emotikon grin emotikon Karena pada tanggal 31 Agustus - 2 September ada diskon 10% untuk setiap menu makanan dan minuman.
Berikut harga menu sebelum diskon:Semua menu bebek: Rp. 25.000Semua menu ayam: Rp. 18.000Pecel lele: Rp. 11.000Pindang baung: Rp. 18.000Pindang Patin: Rp.15.000Pedesan ati & ampla : 16.000Pedesan ceker & kepala: 14.000Sop buah Rp. 10.000Aneka jus Rp. 8000
Besok sudah dapat dinikmati saat jam makan siang sampai malam hari. Jangan lupa datang ya... grin emotikon Kami juga menerima pesanan nasi bungkus dan nasi kotak.
Selasa, 18 Agustus 2015
Untuk panjenengan, Uda Taufiq Hidayat Nazar
Telah kita tapaki bersama
Hari hari bertabur cinta
Meki masih hitungan hari
Namun kau telah menaburkan beribu bahagia di hati
Kau benar, cinta memang bukan masalah usia
Bukan juga tentang kata-kata cinta fatamorgana
Yang diumbarsebelum mitsaqon ghaliza tiba
Sebab cinta adalah tentang ketenangan hati
Saat berdampingan dengan belahan hati
Untuk menggapai ridha-Nya kala meniti hari demi hari
Cinta juga tentang ketulusan
Dan bersinergi untuk saling melengkapi kekurangan
Agar selaras mengarungi melodia zaman
Cinta juga tentang berbagi
Dan tidak perlu mengungkit apa yang telah kita beri
Sebab kebaikan selalu mengerti
Ke arah mana ia akan kembali
Jika bening embun dapat menyejukkan pagi
Maka engkau adalah rinai hujan yang turun setelah gersang merajam bumi
Jika ricik air dapat menghapus tiap-tiap dahaga
Maka kehadiranmu adalah obat kepiluan jiwa
Untuk panjenengan, Uda Taufiq Hidayat Nazar
Terimakasih telah membersamai
Menjadi suami sekaligus sahabat hati yang selalu siap kuajak berbagi.
Uhibbuka hubban syadidan, yaa zawji,yaa habibi albi. :’)
Rabu, 12 Agustus 2015
Miladu Zawaj ---12 Agustus 2014 - 12 Agustus 2015---
Kepada yang tercinta; Uda Katik Rangkai Basa
Jika syukur memiliki derajat lebih mulia dibanding cinta,
agar engkau tahu aku bersyukur menjadi istrimu..
Setahun yang lalu di tanggal dan bulan yang sama seperti hari ini, kita mengikrarkan Mitsaqan Ghaliza, di depan wali dan para saksi, dipimpin penghulu bertabur haru. Pada jeda berikutnya, kita menjadi manusia yang tak lagi sama, aku dan kamu telah menjadi kita, dua hamba asing yang saling menautkan cinta dalam bingkai sunahnya.
Mari melantunkan syukur untuk nikmat iman, nikmat kesehatan, untuk rizki yang cukup, untuk bahagianya kebersamaan, untuk sendunya jarak yang kerap membentangi raga, dan untuk generasi rabbani yang masih terus kita upayakan kehadirannya.
Terimakasih, Abang. Terimakasih telah menjadi teman hidup seharga separuh agama. Terima kasih untuk bahagia dan tawa yang selalu tercipta, terimakasih untuk tidak pernah (tidak pernah-tidak pernah-tidak perna secuilpun- sedikitpun) marah dan berkata kasar, terimakasih telah menjadi imam yang kokoh atas kualitas penghambaanku yang kerap rapuh.
Mari berkelana ke penjuru bumiNya yang luas tak terhingga, menjadi sepasang hamba yang terus haus ilmu, menjadi sepasang sayap yang saling mengimbangi dan mencintai tanpa pernah jemu. Teruslah menjadi suami yang lembut tuturnya, menjadi rekan berdebat, menjadi sahabat yang saling berbagi, menjadi pertner tangguh untuk bersama-sama menjinakan kemarau dan hujan. Teruslah menjadi manusia baik yang menebar manfaat.
Dan.... teruslah mencintaiku.
Lampung, 12 Agustus 2015
Ditulis dengan haru air mata dan linangan gerimis jiwa, diiringi lantunan piano yang dimainkanmu, Kekasih.
Senin, 10 Agustus 2015
NILAI UAS FIX
Berikut ini nilai fix UAS tahun akademik 2014/2015. Bagi mahasiswa yang ingin mengonfirmasi terkait kesalahan nilai atau apapun, saya beri waktu sampai tanggal 12 Agustus 2015.
Nilai UAS Bahasa Arab Mahasiswa Perbaikan: Download
Nilai UAS Bahasa Arab Mahasiswa angkatan 2014: Download
Nilai UAS Bahasa Inggris Mahasiswa angatan 2014 dan Perbaikan: Download
Berikut ini adalah nilai UAS Ulumul Quran prodi S1-PBS, untuk diketahui bahwa saya tidak bisa meluluskan 3 orang nama mahasiswa yang kemarin mengajukan perbaikan karena memang banyak komponen kelulusan yang tidak terpenuhi.
Berikut ini adalah nilai UAS Ulumul Quran prodi S1-PBS, untuk diketahui bahwa saya tidak bisa meluluskan 3 orang nama mahasiswa yang kemarin mengajukan perbaikan karena memang banyak komponen kelulusan yang tidak terpenuhi.
Nilai UAS Ulumul Quran Mahasiswa Angkatan 2014 :Download
Minggu, 26 Juli 2015
FB: Pada Hari ini di tahun lalu
Meski sejak dulu tidak merasa lirik lagunya menyuarakan simfoni hatiku,
namun Cinta Sejati-nya Element yang mengalun khidmad malam ini membuatku
seperti mengalami Dejavu. Seperti terlempar ke malam-malam sunyi
sekitar tujuh tahun lalu. Di kamar 11 lantai dua Jabal Nur Pondok
Pesantren Darussalam. Duduk di sebuah kursi kayu, menghadap jendela tak
berkaca, hanya dilindungi teralis dengan bingkai kusen biru manis.
Berteman lagu ini aku betah berlama-lama memandang langit yang telah
lama memejam. Menikmati sunyi, sepi, sendiri di malam-malam senyap,
saat yang lain telah terlelap.
Sempat bertanya-tanya dalam hati, kadang suka sedikit aneh melihat laki-laki, dan dia muslim, namun aktifitas FBnya tidak berhenti di jam-jam tarawih. Nggak mungkin kan sedang datang bulan?! :D Positif thinkingnya mungkin dia sudah selesai tarawih, tapi apa nggak pingin tilawah?
Mungkin pertanyaan nggak penting, tapi sering kefikiran, sekian lama hanya saya pendam, namun mungkin dari sini datang berbagai jawaban.
#Sing nesu berarti rumongso, sing mesem berarti kilino :D :D
Selalu ada yang kekal dalam tubuh jarak; Rindu.
Sempat bertanya-tanya dalam hati, kadang suka sedikit aneh melihat laki-laki, dan dia muslim, namun aktifitas FBnya tidak berhenti di jam-jam tarawih. Nggak mungkin kan sedang datang bulan?! :D Positif thinkingnya mungkin dia sudah selesai tarawih, tapi apa nggak pingin tilawah?
Mungkin pertanyaan nggak penting, tapi sering kefikiran, sekian lama hanya saya pendam, namun mungkin dari sini datang berbagai jawaban.
#Sing nesu berarti rumongso, sing mesem berarti kilino :D :D
Selalu ada yang kekal dalam tubuh jarak; Rindu.
Sebelum Mitsaqan Ghaliza
Subuh ini bening, Bi. Sebening hati hamba- hamba pembaharu taubat.
Seperti halnya hujan, hal lain yang kusukai adalah pelangi, gunung, pantai, air terjun, dan subuh yang damai.
Bagiku, Bi, subuh seperti punya kekuatan sebagai penentu kadar keimananku sepanjang hari nanti.
Kau tahu kan, Bi? Iman itu fluktuatif kadarnya, bertambah dan
berkurang. Iya, bertambah dan berkurang, Bi Bertambah karena ketaatan,
berkurang karena maksiat. Hmm entah hanya sugesti atau apa namanya,
bagiku
jika sejak subuh keimanan sudah
terkondisikan dengan baik, maka ia akan menjalar baik sepanjang hari.
Hmm kalau kamu, hal apa saja yang kamu suka, Bi? Oya, kamu pasti belum tahu ya cara memberitahukannya. Bagaimana kalau kamu tulis dulu, setuju? Nannti tulisanmu itu akan kubaca setulus hati dan tak pernah jemu.
Maaf ya, Bi. Aku tak bisa berlama-
lama di sini, aku ingin beraudiensi khusus dengan Rabbku.
Mungkin salah satu permintaan yang kupanjatkan nanti adalah memintamu. Memintamu menjadi teman hidup seharga separuh agamaku.
Siapapun dan dimanapun kamu berada, Bi. Doaku masih sama, semoga kamu sedang baik-baik saja.
jika sejak subuh keimanan sudah
terkondisikan dengan baik, maka ia akan menjalar baik sepanjang hari.
Hmm kalau kamu, hal apa saja yang kamu suka, Bi? Oya, kamu pasti belum tahu ya cara memberitahukannya. Bagaimana kalau kamu tulis dulu, setuju? Nannti tulisanmu itu akan kubaca setulus hati dan tak pernah jemu.
Maaf ya, Bi. Aku tak bisa berlama-
lama di sini, aku ingin beraudiensi khusus dengan Rabbku.
Mungkin salah satu permintaan yang kupanjatkan nanti adalah memintamu. Memintamu menjadi teman hidup seharga separuh agamaku.
Siapapun dan dimanapun kamu berada, Bi. Doaku masih sama, semoga kamu sedang baik-baik saja.
Untukmu yang Ditinggalkan..
Untukmu yang sedih hatinya karena sebuah pengkhianatan lalu ditinggalkan, dengarlah ini; orang yang kamu cintai itu pasti punya satu alasan hingga harus berkhianat dan meninggalkanmu. Tapi percayalah, Allah pasti punya berjuta alasan mengapa dia tidak pantas menjadi bagian dari masa depanmu!!! Ayo tersenyumlah, bangun lagi bahagiamu. :) :) :)
Rabu, 01 Juli 2015
NILAI UAS BAHASA INGGRIS 2 PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH
Diumumkan kepada seluruh Mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah angkatan 2014, bahwa nilai UAS Bahasa Inggris 2 sudah dapat didownload di Blog ini.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
Demikian pengumuman ini disampaikan, atas kerjasamanya dan ketertibannya diucapkan terimakasih.
Untuk Nilai UAS silakan download di sini: Nilai UAS Bahasa Inggris HESy
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
- Mahasiswa yang mendapat nilai dengan Lambang A, B dan C sudah dinyatakan lulus, namun bagi mahasiswa yang mendapat nilai C, diperbolehkan melakukan perbaikan
- Bagi Mahasiswa yang merasa sudah mengumpul tugas mandiri namun pada nilai yang saya upload masih kosong nilai mandirinya, silahkan segera melapor ke saya.
- Bagi mahasiswa yang ingin melapor terkait perbaikan ataupun nilai mandiri yang belum muncul, silakan menemui saya di Ruang Pusat Bahasa (Gedung Laboratorium lt.3) pada hari Senin, 6 Juli 2015 pukul 10.00 WIB.
Demikian pengumuman ini disampaikan, atas kerjasamanya dan ketertibannya diucapkan terimakasih.
Untuk Nilai UAS silakan download di sini: Nilai UAS Bahasa Inggris HESy
Kamis, 18 Juni 2015
NILAI UAS SEMETER GENAP 2014/2015
Bagi Mahasiswa yang mendapat nilai C dapat mengajukan perbaikan. Waktu perbaikan Jumat, 26 Juni 2015 pukul 13.00. Perwakilan mahasiswa yang akan perbaikan silahkan menemui saya untuk menentukan tempatnya.
Selasa, 02 Juni 2015
KISI-KISI UAS SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2014/2015
Diberitahukan kepada mahasiswa yang mengikuti mata kuliah saya, bahwa Ujian Akhir Semester akan dilaksanakan pada minggu kedua di bulan juni 2015. Waktu menyesuakan jam kuliah sebagaimana biasanya.
Kisi-kisi soal dapat di download di bawah ini:
1. Kisi-kisi soal UAS Bahasa Inggris 2 Prodi HESy
2.Kisi-kisi soal UAS Bahasa Arab 2 Prodi Ekonomi Syariah
3. SOAL ULUMUL QURAN PRODI S1-PBS TAHUN 2015
Kisi-kisi soal dapat di download di bawah ini:
1. Kisi-kisi soal UAS Bahasa Inggris 2 Prodi HESy
2.Kisi-kisi soal UAS Bahasa Arab 2 Prodi Ekonomi Syariah
3. SOAL ULUMUL QURAN PRODI S1-PBS TAHUN 2015
أني أحبك
أكرر للمرة الألف أني أحبك
كيف تريديني أن افسر ما لا يفسر
وكيف تريدينني أن أقيس مساحة حبي
وحبي كالطفل
يزداد في كل يوم جمالا ويكبر
Untukmu yang Lembut Hatinya; Katik Rangkai Basa
Maaf jika cintaku tidak bisa kubahasakan dengan istimewa
Lewat dayu syair atau majas-majas hiperpola
Namun ketahuilah,
Tidak
sedetikpun kulalui hari tanpa mengingatmu.
Betapa
jiwa ini merana kala jarak memisahkan kita
Engkau
yang beberapa waktu lalu masih asing,
Kini
menjadi orang yang paling mengenal dan memahamiku
Menjadi pendamai jiwa
Kala
kepiluan datang melanda
Menjadi
penyejuk hati
Kala
kerikil kehidupan datang menghampiri
Engkau
yang lembut hatinya
Yang
santun lakunya
Terimakasih
sudah menjadi penyejuk jiwa.
Lampung,
31 Oktober 2014
Untuk Saudaraku yang Menanti Datangnya Jodoh
Untuk saudaraku yang menanti datangnya jodoh...
Dalam penantian datangnya jodoh impian, mungkin
menciptakkan keresahan tersendiri bagi sebagian orang yang menantinya. Terlebih
saat melihat rekan sebaya sudah melenggang bahagia ke pelaminan. Namun saat
pujaan hati yang kita nanti-nanti tak jua menghampiri, apakah kita harus
meratapi? Atau menggadaikan keceriaan yang kita miliki dan berkecil hati? Duhai
saudaraku, sejatinya tidak perlu semua itu. Tetaplah ikhtiar dan doa sebagai
pelipur hati yang (mungkin) pilu.
Jika ikhtiar dan doa sudah dilakukan, namun yang diharapkan
tak jua terkabulkan, jangan berburuk sangka dan buru-buru mengambil kesimpulan,
mari musabahah diri, sudahkah ikhtiar dan doa kita upayakan hingga batas
tawakal menghampiri? Setelah itu tanyakan lagi pada hati, sudahkan kita
tawakalkan semua pada-Nya? Mempercayakan semua pada Allah yang Kasihnya tak
terperi? Jika belum, serahkan semua pada Ilahi Rabbi.. semoga damai seketika
mengguyuri hati.
Untuk saudaraku yang menanti datangnya jodoh...
Mari minta pada-Nya dengan sabar dan shalat. Dengan
setulus-tulus doa yang kita eja di sepertiga malam yang senyap. Dalam bentangan
sajadah. Dengan air mata dan linangan gerimis jiwa
Untuk saudaraku yang menanti datangnya jodoh...
Ia Maha Tahu kapan
waktu yang paling tepat. Ia juga yang Maha Mengerti siapa yang terbaik
untuk diri. Tak perlu kita risaukan dengan segala yang terlihat gemerlap. Bisa
jadi yang tampak indah di mata manusia, justru itu yang menjadikan Allah murka.
Jangan kita tertipu dengan bungkusan. Bisa jadi yang
memesona di mata kita, justru ia yang kumuh di hadapan Rabb-Nya. Bisa jadi
pula, ia yang terlihat sangat biasa, namun ternyata dialah manusia yang
tertanam ketakwaan di halaman hati dan lakunya. Allah lebih tau sebenar-benar
isi hati. Ia yang lebih mengerti apa-apa yang tersembunyi.
Untuk saudaraku yang menanti datangnya jodoh...
Seperti halnya rizki, jodoh itu min haitsu laa yahtasib,
datang dari arah yang tidak disangka-sangka. Bisa saja orang yang sama sekali
tidak pernah terlintas dalam benak, ternyata ialah manusia terbaik yang Allah
kirim untuk membersamai kita beribadah pada Allah dalam bingkai sunah
Rasul-Nya. Atau jangan-jangan jodoh kita sebetulnya ada dekat sekali dengan
kita, bernafas dalam satu kota yang sama, dalam satu kantor yang sama, dalam
satu lingkup yang sama. Hanya saja, kita tidak mau membuka hati, tersebab
mempunyai kriteria tinggi dalam mematok sang pujaan hati? Hingga sampai saat
ini kita masih setia menyendiri.
Duhai saudaraku.. Bukan harta dan paras yang menjadi
parameter utama dalam memilih pasangan. Sebab harta dan paras kadang melenakan
dari kewajiban kita sebagai hamba Tuhan. Jadikan Agama dan kesadaran untuk
selalu berusaha memperbaiki diri sebagai
kriteria menentukan pilihan.
Duhai saudari-saudariku yang shalihaat...
Mari selalu memperbaiki niat dan perilaku, agar lelaki
shalih yang kelak datang padamu, yang mencintaimu setulus hati dan tak pernah
jemu.
Duhai
saudara-saudaraku yang shalihiin..
Shalihkan dirimu agar kau terlihat gagah. Jangan pula
malas mencari nafkah. Agar calon mertua menyerahkan anak gadis mereka dengan
ikhlas dan tanpa rasa resah. Jika sudah, jemputlah gadis shalihahmu dalam
rangkaian khitbah dan akad yang indah.
Sebuah catatan kecil satu bulan menjelang pernikahan
Lampung, 12 Juli 2014
Untuk Panjenengan, Uda Taufiq Hidayat Nazar
Hari hari bertabur cinta
Meki masih hitungan hari
Namun kau telah menaburkan beribu bahagia di hati
Kau benar, cinta memang bukan masalah usia
Bukan juga tentang kata-kata cinta fatamorgana
Yang
diumbarsebelum mitsaqon ghaliza tiba
Sebab cinta adalah tentang ketenangan hati
Saat berdampingan dengan belahan hati
Untuk menggapai ridha-Nya kala meniti hari demi hari
Cinta juga tentang ketulusan
Dan bersinergi untuk saling melengkapi kekurangan
Agar selaras mengarungi melodia zaman
Cinta juga tentang berbagi
Dan tidak perlu mengungkit apa yang telah kita beri
Sebab kebaikan selalu mengerti
Ke arah mana ia akan kembali
Jika bening embun dapat menyejukkan pagi
Maka engkau adalah rinai hujan yang turun setelah gersang
merajam bumi
Jika ricik air dapat menghapus tiap-tiap dahaga
Maka kehadiranmu adalah obat kepiluan jiwa
Untuk panjenengan, Uda Taufiq Hidayat Nazar
Terimakasih telah membersamai
Menjadi suami sekaligus sahabat hati yang selalu siap
kuajak berbagi.
Uhibbuka hubban syadidan, yaa zawji,yaa habibi albi. :’)
Kepada Nafasmu; Katik Rangkai basa
Maaf jika cintaku tidak bisa kubahasakan dengan istimewa
Lewat dayu syair atau majas-majas hiperpola
Namun ketahuilah,
Tidak
sedetikpun kulalui hari tanpa mengingatmu.
Betapa
jiwa ini merana kala jarak memisahkan kita
Betapa
hati ini pilu kala terbangun tengah malam dan tak ada kau di sampingku.
Engkau
yang beberapa bulan lalu masih asing,
Kini
menjadi orang yang paling mengenal dan memahamiku
Menjadi pendamai jiwa
Kala
kepiluan datang melanda
Menjadi
penyejuk hati
Kala
kerikil kehidupan datang menghampiri
Engkau
yang lembut hatinya
Yang
santun lakunya
Terimakasih
sudah mencintaiku apa adanya
Lampung,
31 Oktober 2014
PUNGGUNG SYA’BAN BERPAMIT PULANG
[1]
Bumi tak pernah khianat janji, berlari mengitari halaman
rumah matahari, itulah sebab begitu
cepat alamat menit berpindah tempat, kenangan sudah beranak pinak, kemarau
kembali disangkal musim, hingga rajab hangus ke sya’ban, menggemakan kidung
surgawi, pada jiwa-jiwa yang tak lelah menanti.
[2]
Wangi Ramadhan telah
dibawa bening hujan yang mengguyur dedaunan,
meninggalkan jejak tanah basah,
menguapkan aroma rindu, pada mushaf yang dipupuri debu, pada pekikan sahur yang menggusur tidur, pada ribut bedug
ompong yang menendangi lambung-lambung
kosong, pada magrib yang menjelma embun membasahi gersang kerongkong, juga pada
hembusan ayat-ayat-Nya yang meluruhi
keringat setelah rakaat ke duapuluh empat.
[3]
Kepak merpati menerbangkan memori, menyinggahi
dahan kenangan yang belum rapi, dan aku menemukan lembaran-lembaran
ingatan, tetentang bulan ketika pahala digandakan, tentang bulan yang menyapu
hitam dosa: ramadhan. Juga pada pesan
keramat Imam Ghazali “perut yang disengaja lapar karena berpuasa itulah yang
kelak akan mengetuk puntu surga” katanya.
[4]
Telah kugoreskan sebait rayu dalam gigil, kutitipkan melalui
deras arus yang bermuara pada-Mu, tentang inginku yang tumpah pada pesona malam paling mulia: yang Kau semat lima ayat dalam jingga
kitab suci yang kubaca.
Duhai Penggenggam
jiwa, izinkan aku berada dalam jamuan cinta-Mu, merukuk bersama pohon-pohon,
rumah-rumah, desau angin, pejam langit, dan semua ciptaan-Mu yang masih ada
maupun yang telah hilang, saat punggung sya’ban berpamit pulang.
Bumi Kinanah
Tentang Bumi Kinanah
yang menyungai darah
Bertambah bilangan yatim dan piatu
sebab hujaman peluru-peluru
Misr al-Ghaliyah, Allah jamin dalam Quran-Nya
“Udhuluu Misra Insha Allahu Aminin”
Yaa Misr al Ardhil Kinanah
Yaa Misr al ‘Azhimah
Yaa Misr al Rahinah
Yaa Misr al Majidah
Yaa Misr al Hazinah
Tak ada yang mampu kubuat
Selain menjadi anak panah
Melalui doa resah dalam hamparan sajadah
Padamu, jasad-jasad yang telah rebah
Tuhanmu Maha adil dan pemurah
Akan ada pertanggungjawaban
Atas kejinya sebuah kezaliman.
Metro, Lampung, 2013
Negeri Pesisir
Dapatkah kau dengar bingar nyanyian, Tuan?
Melubangi telinga Tuan yang renta
Tentang mereka yang menabung lapar
di lambung
Berbaju lusuh dan berpeluh
Mengepal lelah hingga tumit pecah dan terbelah
Juga tentang mereka yang lain
bergincu dan minum susu
wangi dan berbaju rapi
Plesir ke negeri paling pesisir
Metro, Lampung, 2013
Luka paling menganga
Tak ada luka paling menganga
selain kesedihan gadis yang ditinggalkan pujaan
hidup serupa neraka
menjejak seperti mayat berjalan
hari-hari berkidung lara
air mata beku menjadi kesakitan
itulah guna iman tertancap di dada
agar tak salah langkah dan tujuan
Metro, Lampung, 2013
Luka paling menganga
Tak ada luka paling menganga
selain kesedihan gadis yang ditinggalkan pujaan
hidup serupa neraka
menjejak seperti mayat berjalan
hari-hari berkidung lara
air mata beku menjadi kesakitan
itulah guna iman tertancap di dada
agar tak salah langkah dan tujuan
Metro, Lampung, 2013
Menenun Jejak
Perihal pipiku yang mengalir sungai sungai kecil
Dari mata yang membanjir saat embun mulai mengigil
Tersebab hati telah retak
Sejak cintamu enggan mengarak
Tiba waktuku menenun jejak
Mengumpulkan kenangan yang mulai mengerak
Untuk kutanak menjadi sajak-sajak
Metro, Lampung, 2013
Restu Tetua
Apalagi yang bisa dilakukan gadis yang merindukan pujaan
Selain lelap yang digadai dalam doa-doa malam
Atau menanam sungai di pipi dengan aliran airmata yang memecah bebatuan
Tak ada lagi yang kita tunggu
selain restu terseduh dari hati para tetua dengan ikhlas penuh
Sedang semua rasa dalam dada tak henti-henti bergemuruh
Tentang penyamudraan hati yang ingin
segera berlabuh
Memuarakannya dalam ijab qabul utuh
Katamu, kita akan membangun cita cinta
Dari mimpi-mimpi yang lelah berkelana
Pada malam-malam pekat miskin cahaya
Telah tua asa kita langitkan
Terbang jauh, payah menemukan tepian; adalah kepedihan.
Seperti burung-burung kecil dianiaya kehausan
Lelah hampir jatuh dari dahan-dahan
harapan
Kabarkan kedatangan, Kakanda
Bersama aroma Singkarak yang harum
diteruskan siut angin yang tak henti tersenyum
hingga penantian lebur dalam syukur yang terlantun
Metro, Lampung, 2013
Muasal dari Segala Kepergian
Sejak abad-abad jauh yang tak butuh hitungan,
datang adalah muasal dari segala kepergian.
Lalu, sunyi adalah muara dari segala
kesedihan.
Pernah kita memahat kenangan, dalam tiap tapak-tapak jalan, pada sawah dan
ladang-ladang, pada bunga-bunga kopi
yang wangi, pada rupa yang datang dan
pergi bergantian, yang banyak mengajarkan silsilah kehilangan.
Satu tanya yang tersembunyi dalam sunyi-sunyi yang kunaungi. Perihal alasan
engkau membakar ribuan peta, hingga kesedihan tidak pernah tahu bagaimana
seharusnya menapaki jalan, menuju mukim di rahim-rahim kebahagiaan
Dimataku nanti akan tumbuh lubuk. Dengan ratusan ikan yang tak pandai
berenang. Tersebab engkau lupa menitipkan sirip dan insang.
Nanti engkau paham, air mata mampu lebih banyak berkata-kata, sunyi dan puisi menjadi lebih nyata dari segala yang aku rasa.
Singosari, Malang, 2013
Merdu laku Seorang Ibu
Kueja gurat
semangat sebaris pesan
Pada tubuh
yang merapuh tanpa keluh
Keriput mengkrucut tak menggoda semangatnya lucut.
Hingga kering
genang lautan lelah dibuatnya ciut
Kusaksikan merdu
laku seorang ibu
Pada pemilik mata
jelita sehitam zaitun
Luap bening embun
kasihnya menetes tertuntun
membasahi
rerumputan hati agar tak pias disapu panas
Dialah pemilik
rahim garba
Tempat awal kisah anak manusia bermula
Menjinakkan
kemarau
Mendamai badai
Mengunyah dahsyat
rimba kehidupan
Dialah bidadari
bumi hadiah Tuhan
Pembawa kehangatan
langit
Pengibas kutukan
semesta
Karna di suci
telapak kakinya
Mengalir deras
arus firdaus
Berbakti padanya
adalah menyalakan seribu bintang
Dalam gelap
lumbung tempat berpulang.
Lampung,
24-05-2011
Kepada Nafasmu..
[1]
Kepada nafasmu yang pernah mengalirkan bening hujan
Melalui dering telpon genggam, yang selalu aku tunggu saat langit mulai
memejam.
Manalah mungkin aku memutus urat di nadimu
Sedang darahku terlanjur mengalir di dalamnya
Menyusuri tiap degub jantungmu
Yang mendenyut di dadaku.
[2]
Kepada coklat biji matamu yang pernah menghantarkan semangat
Melalui bening embun pagi yang menghinggapi kuncup pucuk melati
Manalah mampu kuparuh hatimu dan menyodorkannya pada yang lain; adalah
meminang kesedihan.
Serupa merubah biru menjadi abu. Lalu membiarkan waktu mati dengan
caranya sendiri.
[3]
Musim telah berganti nama, kepada durja ia memilih hinggap
Birupun terlanjur menjelma abu
Tiada lagi rindu yang bersambut
Atau tawa yang mengobati risau hati paling putus asa
Sedu menderu, sedih merepih memilu
[4]
Kususuri tiap letih yang tertitih
Mengunyah waktu lalu meludahkannya dalam aliran parit mimpi burukku
Kulangitkan doa pada Ia Sang penggenggam Nyawa
Semoga dapat menjadi mantra bagi luka-luka hati yang masih menyala
Lelaki Cahaya; Sebuah Dzikir kerinduan
Kepada Lelaki Cahaya,
yang melalui Rahim garba Umunaa Aminah kisahnya sebagai anak manusia bermula;
Muhammad ibn Abdullah.
Setelah sejarah menerjemahkan riwayat
kehidupanmu yang paling darah
dalam naungan langit dan bumi yang terkadang damai dan bergetar marah
yang sampai padaku melalui gemulai angin yang melewati kekokohan
gunung-gunung juga wangi samudra yang
menyuburkan tanah
maka kerinduan yang
membuncah menjadi serupa umpan yang mengundang airmata
untuk selalu tumpah
dalam shalawat muhabbah
doa yang menengadah
dan bentangan sajadah yang resah.
Dzikir kerinduan yang
mengetuki hati paling nurani adalah muara dari mataku yang menelaga
hingga sungai-sungai
membanjir di pipi
membuncahkan keimanan
yang sering rapuh menjadi kembali mendidih bergemuruh
hanya tertuju kepada
engkau duhai lelaki cahaya
yang harum namanya terus
mendenyut dalam jantung-jantung zaman
berabad-abad lamanya.
Maka izinkan aku menikmati
rindu yang mengumpar terbiar
mengarus dalam aliran
denyut-denyut nadi yang menjadikan tubuhku bergetar
Sehingga tak dapat kuungkapkan
segala rindu yang mekar
kecuali dengan cinta,
linangan air mata dan gerimis jiwa yang membelukar
Biarkan pula kulantunkan dzikir
dalam kucuran alir dawat syair.
Maka kini kupilihkan
untukmu rindu yang tiada tepi, yang
kugoreskan dalam bait-bait puisi
Lalu mengeraminya menjadi sebuah cerita tanpa
narasi
agar rindu yang kian menggemuruh dapat sampai kepadamu
bersama doa-doaku yang pilu
membiru aku mengharap dekapan syafaatmu. --Yaa Habiballah, salam ‘alaik--
Nganjuk, Juli 2012
Hikayat Wanita yang Memerami Air Mata
Syahdan, seorang wanita
berwajah manis, o bukan, seorang gadis dibalut kain minimalis berlari ke tepian
malam dengan sekarung cemas dan air mata yang telah lama ia peram.
Dibawanya serta riwayat
pesakitan, lambung kosong serta perih kehidupan yang sejak lama menganiaya
usia.
Siapa yang bisa
disalahkan saat
Lalu, dititipkanya
kebahagiaan yang serupa benalu pada desah yang meresah, cucuran keringat juga
goncangan cairan tengah tubuh anak manusia; surga baginya.
Apakah ia tak mengenal
cerita nabi-nabi atau indahnya surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai
susu? Atau kalajengking dan
cacing-cacing yang menjadi teman setelah nyawa diceraikan badan?
Oo bukan,
bukan hendak melumat
bulat-bulat perihal siksa kubur juga api neraka, namun kisah paling darah ini
hanya ia yang mampu menjamahinya. Bukan kamu, bukan kita, ataupun wanita-wanita
kampung yang dari bibirnya selalu berloncatan segala serapah.
--Kini ia terus melangkah
dengan biduk pelepah dan air mata, dengan kenangan yang terus beranak pinak,
dengan ramai dosa yang menyesakki batok kepala.
Ia mulai mengemas juga
mangemis cinta Pencipta, karena sejauh apapun jiwanya bertualang, dalam lumbung
kosonglah kelak ia akan berpulang.
Sesayat Rusuk
Kelak rindu ini tertunai,
oleh engkau yang akan membersamaiku menjinakan hujan dan kemarau.
Akan tiba waktunya engkau
menjadi pakaianku-aku menjadi perhiasanmu, lalu saling bergenggaman tangan
untuk menuju imperium baru.
Biarlah di tigaratus
purnama usiaku yang hampir purna kita masih dibentangkan jarak, kelak kita
telan jarak itu bulat-bulat, hingga ia melebur dalam baur, dan aku menjadi
pengamin setia doa-doamu.
Lalu, pendar-pendar
cahaya menjelma satu per satu, membias, menyejarah dalam payungan matahari;
Jundi-jundi kita.
Sebab rindu yang sebegini
derasnya hanya kita yang akan merasakan. Sampai nanti saat senja menganiaya
usia, raga kita tak lagi mampu, namun jiwa tetap berpeluk-peluk.
Maka jagalah selalu
semesta kecil di dada kita; Qolbu. Agar saat temu nanti benar-benar nyata,
buncahan rindunya, letupan cintanya menggetarkan kaki-kak surga. Melesat hingga
ke jannah-Nya. ---Aamiin yaa Mujibassailiin---
Sajak Kerinduan 1
Perihal kerinduan adalah
rapal yang menyibukkan bibir, jari yang terjulur dalam kidung doa dan dzikir
panjang, mulai dini hari juga saat
langit padam. Agar kita tak mendurhakai atas telapak kaki dan ubun-ubun
yang terlanjur terlahir.
Takkan pernah selesai
kutunai jasanya, saat yang dieraminya dengan
darah dan airmata. Sehingga rangkuman sunahnya serupa kompas abadi bagi penjejak bumi seesudahnya. Maka
Tuhan dan malaikat melangitkan shalawat untuknya; jangan dustakan ayat Tuhan
pada Al azhab 56.
1/
Perihal kerinduan adalah
mantra yang mengarus dalam shalawat, jari yang terjulur dalam kidung doa dan
dzikir panjang, mulai dini hari juga saat langit padam. Agar kita tak mendurhakai atas
telapak kaki dan ubun-ubun yang terlanjur terlahir. Juga rindu yang selalu
ranum pada pemilik mata seindah zaitun, adalah kepada engkau Yaa Habiballah.
2/
Takkan kering air
ingatan, pada sebaris mantra, dalam kitab yang dieraminya dengan darah dan airmata. Sehingga rangkuman
sunahnya serupa kompas abadi bagi
penjejak bumi seesudahnya. Maka Tuhan dan malaikat melangitkan shalawat
untuknya; jangan dustakan ayat Tuhan pada Al azhab 56.
3/
Cahayamu, adalah tempat
tertanam dan tumbuhnya segala rindu yang biru, cinta yang nyata. Hingga aku
menyalakan pijaran-pijaran harap, yang kini mengapung, terpantul dalam ribuan
shalawat, dapatkah menerobosi jendela-jendela syafaatmu, Ya Habiballah?
4/
Seperti menghitung
bilangan prima, satu satu luruh air mata, atas juntaian-juntaian dosa, juga
alpa yang paling nanah. Namun cintamu, adalah letupan-letupan yang mengelus
batin untuk memekarkan senyum.
Dengan jiwaku yang
merunduk juga alunan salawat yang kuterbangkan pada bahumu yang sahaja, semoga dapat
menjadi wasilah atas rindu-rindu yang kelak terijabah -Allahumma shali wa
salim ala sayyidina Muhammad-
Melodi Rindu
Menatap langit pekat bumi Lampungku
Tak satupun bintang menggantung di sana
Tak hadir jua bias dewi malam
Mendung menyulap benda-benda langit
berembunyi di balik awan hitam yang menggumpal
Seperti gumpalan rindu dalam hatiku
Pada sekeping hati yang tak pernah tau
dirindu.
Lampung, 10-05-2011
MENDEKAP NIRMALA
Ada rasa yang menderas di
halaman hati
Mengalir dan bermuara
pada kolam asa
Dipayungi langit pekat
tanpa cahaya
Meski gelap kukuh menawan
jiwa
Aku tak akan lelah menanti
purnama
Hingga “bangunanmu” kokoh
dan mengepakkan sayapnya
Menerbangkanku dalam
denyut nadi yang tak sama
Melesat, jauh mendekap
nirmala.
Aku masih sama,
Menanti kuncupmu mekar
jadi bunga
Menebar wangi bak kesturi
di taman surgawi
Menjemputku mengalunkan
melodi merdu
Mengikatnya dalam simpul
yang satu.
Malang, 12-10-2011
ANGKUH
Gigil mengadu gigi
merusak rusuk
Kutarik selambu yang mengantongi debu
Menutupkannya pada tulangmu yang kemarau.
Kau gusar.
Tak sudi kotor mencicipi wangimu.
Kuberlari
Menembusi karat bergerigi
Kau longokkan kepala
Menyusuri tiap lorong sunyi
Mencari jantungmu yang kucuri.
Kau dapati aku
Saat sedih sedang kuseduh.
Dengan silau mata pisau
kau ukur akar yang mengukir di nadiku.
Baru kau tahu, semua namamu.
Lalu, saat selang sesal berseling di irisan-irisan degubmu.
Baru akan kau rindui punggung yang berpamit pulang.
merusak rusuk
Kutarik selambu yang mengantongi debu
Menutupkannya pada tulangmu yang kemarau.
Kau gusar.
Tak sudi kotor mencicipi wangimu.
Kuberlari
Menembusi karat bergerigi
Kau longokkan kepala
Menyusuri tiap lorong sunyi
Mencari jantungmu yang kucuri.
Kau dapati aku
Saat sedih sedang kuseduh.
Dengan silau mata pisau
kau ukur akar yang mengukir di nadiku.
Baru kau tahu, semua namamu.
Lalu, saat selang sesal berseling di irisan-irisan degubmu.
Baru akan kau rindui punggung yang berpamit pulang.
HUTANKU
Hutanku..
Laksana penyejuk, kau
menjadikan udara segar
Hijaumu terhampar,
pohon-pohon menjulang dalam bentangan cakrawala lebar
Kau menyemak belukar,
menjadi habitat satwa jinak dan liar
Hutanku..
Kau penyeimbang biosfer..
Menjaga tanah dari erosi
Menyimpan air di dalam
perut bumi
Menetralkan udara dari
polusi
Namun kini...
Batangmu tumbang oleh
tangan-tangan kasar
Indahmu binasa oleh
manusia-manusia tamak berhati liar
Sejukmu berganti kepulan
asap ranting-ranting terbakar
Aku sedih..
Aku pilu..
Aku menangis kering dawat
syairku..
Tak mampu lagi bercerita
tentang indahnya hutanku..
Senin, 01 Juni 2015
Semoga seterusnya tetap menyenangkan seperti ini.
Seperti malam-malam
biasanya, sambil menjemput kantuk kita
saling bercerita tentang apa yang kita alami masing-masing seharian tadi.
Tentunya setelah melakukan ritual standart kita sebelum tidur; wudhu dan
berdoa. Setelah itu kita merebahkan diri di atas tempat tidur dengan saling
berhadapan, aku menghadap ke kanan dan kamu menghadap ke kiri, lalu setelah
saling bercanda, kamu menceritakan hal-hal yang kamu alami seharian di kantor
dan aku mendengarkan. Atau sebaliknya, aku yang bercerita tentang apa yang kualami
bersama murid-murid TK ku yang menggemaskan dan kamu yang akan mendengarkan.
Selalu saja, saat aku
bercerita pandanganmu tak pernah bergeser se-centipun dari mataku. Matamu
selalu saja mengejar ke manapun retinaku berlari. Kamu selalu memperhatikan dan
mendengarkan dengan seksama saat aku membagi cerita, lalu kamu akan
terbahak-bahak jika aku sedang
menceritakan tingkah salah satu muridku yang lucu, atau kamu akan kuatir minta
ampun jika aku menceritakan hal yang hampir saja membuatku cidera, tidak jarang
juga tiba-tiba kamu menghentikan ceritaku sekedar untuk mengatakan “I love you”
di sela-sela aku bercerita. Lalu akupun membalas ucapanmu “I love you too”
atau sekedar kata “too” dan akupun kembali melanjutkan ceritaku. Hingga
akhirnya kita sama-sama terlelap, aku kurang tahu aku yang tidur terlebih dulu
ataupaun kamu, yang aku tahu saat aku terbangun sebelum subuh menjelang,
tanganmu sedang melingkari tubuhku atau kepalaku yang berada di dadamu.
Namun jika kita sama-sama
terlalu lelah, maka tidak ada cerita untuk malam itu, kita hanya akan saling
mengucapkan selamat tidur dan kamu mengecup keningku, lalu seperti biasa kamu
melingkarkan tanganmu ke tubuhku, tak lama kemudan menyusul suara dengkurmu.
Saat itu aku hanya memandangimu yang sudah terlelap sambil membelai-belai
rambutmu, atau sekedar menciumi tanganmu pelan-pelan agar tak membangunkamu.
Tapi dari malam-malam
yang telah kita lewati bersama sejak pernikahan kita, kita lebih sering
berbagicerita terlebih dahulu sebelum tidur dibandingkan langsung terlelap. Dan
aku selalu suka ritual kita ini. Semua terasa menyenangkan sekali. Semoga
seterusnya tetap menyenangkan seperti ini.
Ini tentang cara kita membangunkan tidur
Ini tentang cara kita membangunkan tidur. Biasanya aku yang akan bangun lebih awal daripada
kamu, tapi tak jarang juga kamu yang bangun terlebih dahulu daripada aku.
Biasanya kamu sengaja bangun setelah tengah malam untuk menuangkan ide-idemu ke
dalam tulisan, lalu mengirimkannya ke salah satu media keesokan harinya, hobi
yang memang telah menemanimu jauh sebelum kamu memintaku menjadi belahan jiwamu
dan aku menerimanya. Lalu beberapa menit menjelang subuh kamu akan
membangunkanku, bersama-sama melaksanakan amalan yang memang kita niatkan untuk
terus konsisten melakukannya setiap hari jika tidak ada halangan; tahajud dan
tilawah bersama hingga adzan Subuh.
Seperti kali ini
misalnya, setelah menyelesaikan tulisanmu, kamu membangunkanku lembut, mendekatkan
bibirmu ke telingaku, membisikkanku sesuatu yang akan membuatku terbangun,
namun kalau aku tetap juga tidak terbangun, biasanya kamu akan menggelitik atau
menciumiku bertubi-tubi sampai aku terbangun. Kadang aku memang sengaja tidak
membuka mata saat kamu berbisik membangunkanku, walaupun sebenarnya bisikanmu
itu sudah bisa membangunkanku. Hihihi.. kamu jangan marah ya? Alasanku, karena
aku menunggu untuk kamu cium.
Aku juga punya cara untuk
membangunkan tidurmu, biasanya setelah berwudlu aku akan menempelkan tanganku
ke pipimu, dinginnya tanganku akan merambati pori-pori kulitmu dan
memerintahkan syaraf untuk membuka matamu. Namun jika cara ini belum berhasil,
kukeluarkan jurusku selanjutnya, yaitu
membuat secangkir hot chocolate dan mendekatkan aromanya ke
hidungmu. Biasanya cara ini cukup ampuh, karena kamu memang penggemar hot
chocolate. Tapi, jika cara ini juga belum berhasil, maka aku ikuti caramu
membangunkanku, yaitu menggelitik atau menciumimu bertubi-tubi. Jika sudah
begini, kamu tidak mungkin lagi melanjutkan lelapmu.
Oya, katamu dengan
menempelkan tanganku ke pipimu setelah berwudhu atau mendekatkan aroma hot
chocolate ke hidungmu, sebenarnya itu sudah bisa membangunkan tidurmu. Kamu
memang sengaja bermanja-manja tidak mau bangun. Dan rupanya alasanmu sama juga
dengan alasanku, yaitu karena kamu menunggu untuk aku cium. Hihihi..
Ah kamu, suamiku, aku
mencintaimu, terimakasih telah bersedia membersamaiku, menjadi imam dalam
shalat-shalat kehidupanku.
Antu Banyu
Aku tinggal di sebuah dusun yang miskin dari sentuhan komoderenan. Masyarakat
di dusunku adalah orang-orang yang dalam kepalanya banyak ditumbuhi pemikiran kolot.
Sebagian besar masyarakat dusunku ini bekerja sebagai tukang gergaji mesin,
nelayan, pengasap ikan, pengusaha kerupuk ikan rumahan dan berkebun. Ada juga
yang bekerja sebagai pegawai negeri, namun itu cukup bisa dihitung dengan jari.
Namun jangan ditanya tentang rasa
kekeluargaan, tolong menolong, kesetiakawanan, dan juga bela-membela saat ada
tetangga atau familinya yang cekcok mulut di pasar, bisa dipastikan tiada
banding, pastilah ereka akan membela mati-matian hingga titik darah penghabisan.
Meskipun cekcok mulut itu hanya karena hal sepele.
Masyarakat di dusunku terbiasa
memulai kembali menyalakan nyawa dari tidurnya sejak matahari belum berani
mengintip bumi. Asap-asap akan mengepul dan merayap ke atas genteng dapur
rumah-rumah di sini, pertanda para ibu sudah mulai menyalakan kayu untuk
memasak. Anak-anak merekapun sudah dilatih untuk bangun sebelum subuh sejak kecil. Nanti saat suara adzan dimuntahkan dari toa
surau, merekapun akan berbondong-bondong ke surau untuk shalat subuh berjama’ah.
Anak-anak gadis di dusunku juga sudah terampil betul mengurus
pekerjaan rumah sejak usia mereka belum baligh, mulai dari memasak, menyapu,
menyuci baju di Musi, dan segala jenis pekerjaan rumah tangga lainnya.
Pendidikan mereka rata-rata hanya mencapai MTs, ada juga yang sampai Aliyah dan
perguruan tinggi, namun tentu itu menjadi pemandangan langka di dusunku. Maka
tak heran jika di dusunku banyak gadis yang sudah menikah sejak usia mereka masih
sangat belia.
Sedangkan bujangnya sendiri memiliki pendidikan yang lumayan lebih
beruntung, bujang-bujang di sini rata-rata sekolah sampai bangku Aliyah. Setelah lulus, banyak dari
mereka yang merantau ke pulau seberang untuk bekerja di PT ataupun menjadi kuli
bangunan. Ada juga yang membantu pekerjaan orangtua mereka di dusun. Seperti
aku, setelah lulus Aliyah setahun yang lalu, aku masih setia menetap di dusun,
membantu orang tuaku berkebun dan dan
membantu Pak Haji Maksum mengajar anak-anak mengaji di surau. Selain itu alasan
yang membuatku betah menetap di dusun ini adalah Midah, gadis pujaanku yang
berambut ikal sebahu, bermata bulat dengan bola mata yang coklat.
Meskipun rajin sembahyang berjamaah di surau, namun masyarakat di
dusunku masih banyak yang mempecayai mitos-mitos. Termasuk mitos tentang Antu
Banyu, yang katanya berwujud perempuan bertaring dan berambut panjang dan akan muncul
di malam hari saat air Musi berwarna
kecoklatan dan terasa hangat. Antu banyu
ini konon sangat menggemari ubun-ubun kepala dan sum-sum tulang belakang
manusia, terutama ubun-ubun kepala bujang dan anak-anak kecil yang aqil baligh.
Aku sendiri tak terlalu percaya dengan mitos-mitos semacam itu. Namun Emak dan
Ayukku adalah termasuk dari mereka yang sangat percaya tentang mitos Antu Banyu
ini. Maka tak heran kalau Emak akan sangat melarangku bermain di pinggir
Musi pada saat-saat tertentu yang
disinyalir sebagai waktu keluarnya Antu Banyu dari sarangnya.
Ada kejadian yang akan selalu hidup dalam ingatan-ingatan masyarakat
asli dusunku ini, kejadian ini terjadi saat aku masih SD. Saat itu dusunku
digemparkan dengan hilangnya dua orang teman bermainku, Buyung dan Rustam.
Mereka dikabarkan tak pulang ke rumah sampai langit sudah memejam. Semua warga
bergotong royong mencari Buyung dan Rustam sampai ke sudut-sudut dusun, kuburan
dan rawa-rawa sambil membawa obor dan memukuli piring seng. Masyarakat dusunku
percaya jika pukulan piring seng ini dapat memanggil kembali anak kecil yang
sedang disembunyikan makhluk-makhluk halus. Sebagian warga yang lain ada yang
mencari di sungai sambil menaiki getek dan membawa lampu patromak.
Dikhawatirkan Buyung dan Rustam hanyut di Musi. Karena terakhir kali ada yang melihat kedua bocah itu memanjat
pohon kelapa di dekat Musi setelah pulang sekolah.
Dusunku mendadak ramai dengan kur warga yang memanggil-manggil nama
Buyung dan Rustam. Aku yang saat itu
masih SD tak ikut mencari keliling dusun ataupun ke Musi, aku hanya ikut Ibu
dan Ayukku membaca yasin di surau bersama ibu-ibu dan anak kecil lainnya,
berdoa agar Buyung dan Rustam segera ditemukan. Namun sampai rona fajar
bergurat di pipi langitpun kedua bocah yang dikabarkan hilang itu tak kunjung muncul
batang hidungnya. Sudah pasti warga menjadi semakin panik, kulihat Emak dari
Buyung dan Rustampun menangis dan saling berpeluk menghawatirkan nasib
anak-anak mereka. Kulirik mata Emakku juga sudah merah dan sebentar lagi pasti
akan turun gerimis dari sana.
Warga kembali ke rumah mereka masing-masing. Aku yang saat itu tak
tidur semalaman izin tak masuk sekolah. Sebagian warga juga banyak yang tak
beraktifitas, kecuali para pengasap ikan yang memang sudah dikejar pesanan.
Belum saja bedug dzuhur berbunyi, dusunku digemparkan oleh teriakan
warga yang menemukan sosok mayat
mengapung di Musi. Semua warga berbondong-bondong menuju tepian sungai. Di sana
kami melihat satu mayat anak seusiaku yang masih menggunakan seragam sekolah,
tubuhnya sudah mengembung menjadi hampir dua kali lipat dari aslinya, mukanyapun
sudah sulit dikenali, namun bisa dipastikan mayat yang ditemukan itu adalah
salah satu dari bocah yang hilang kemarin. Orang tua Buyung dan Rustampun menangis
histeris sambil berlari ke tepi Musi.
Melihat dari ciri-ciri yang ada, mayat bocah yang ditemukan itu
lebih mirip Buyung, maka mayat itupun dibawa warga ke Rumah Mang Nandar, Orang
tua Buyung. Alat-alat untuk mengurus jenazahpun sudah disiapkan di rumah Mang
Nandar. Mulai dari kafan, gentong-gentong air untuk memandikan mayat, sampai
dengan keranda mayat.
Namun kejadian menjadi semakin kalut saat mayat mulai dimandikan. Ternyata mayat yang
dimandikan itu bukanlah mayat Buyung seperti yang diperkirakan. Karena mayat
yang dimandikan di rumah Mang nandar itu sudah dikhitan, sedang semua warga tahu
kalau Buyung belumlah dikhitan. Berarti mayat ini adalah mayat Rustam. Maka setelah dimandikan, mayat bocah ini
segera diantarkan ke Rumah orang tua Rustam untuk dikafankan, dishalatkan laku diberangkatkan
peristirahatan terakhir.
Sedangkan Buyung sendiri samapai aku sebesar ini tak diketahui
rimbanya. Entah masih hidup, ikut hanyut di sungai, diculik ataupun apalah aku tak tahu. Namun warga di
sini mempercayai kalau Buyung dimangsa Antu Banyu.
Sejak saat itu Emakku jadi lebih cerewet menasehatiku untuk tak
dekat-dekat dengan Musi. Namun yang aku heran dari kekhawatiran Emakku yang
berlebihan ini adalah bagaimana mungkin aku bisa menghindari Musi, sedangkan
dari pintu dapur rumahku saja coklatnya air Musi sudah bisa disantap mata. Ah
dasar Emak.
***
Malam ini aku berencana menonton layar tancap di lapangan dekat
Musi dengan Midah, gadis pujaanku itu. Kemarin salah seorang warga dusunku ada
yang menikahkan anaknya dan layar tancap
inilah sebagai hiburannya. Sebenarnya Emak sudah melarangku untuk menonton, sebab esok
harinya aku harus bekerja keras membantu Bapak mencangkul di kebun untuk
menanam tanaman yang baru. Tapi tak aku hiraukan larangan Emak.
Setelah Isya aku bersiap-siap menjemput Midah di rumahnya, aku
menggunakan celana dasar hitam dan kemeja kotak-kotak merah, kemeja andalan
keduaku setelah kemeja biru laut polos hadiah dari Midah. Rumah Midah sendiri tak begitu jauh jaraknya
dari rumahku, kebetulan juga searah dengan lapangan tempat layar tancap
berlangsung.
Saat kutemui Midah sudah menunggu di bawah pohon nangka depan
rumahnya. Midah tampak cantik sekali dengan rok hitam semata kaki dan kaos
abu-abu. Bibirnya sedikit dipoles gincu merah jambu. Badannyapun berbau wangi.
Aku semakin senang memandang Midah dari dekat.
Kuperhatikan ada yang berbeda dari Midah, rambutnya kali ini lurus dan tak
lagi ikal, mungkin dia mengikuti gaya anak-anak kota yang pergi ke salon untuk
meluruskan rambutnya. Apapun itu, memandang Midah yang selalu tersenyum adalah
suatu hal yang selalu membuat jantungku bergemuruh.
Tak menunggu lama kamipun segera melangkahkan kaki menuju lapangan
yang ternyata sudah ramai sekali. Banyak muda mudi dan juga orang tua menyemuti tempat ini. Setelah membeli kacang
rebus aku sengaja mencari tempat yang agak gelap dan sepi agar bisa lebih
nyaman berdua-duaan dengan Midah. Akhirnya kami duduk di dekat Musi, kami duduk
pada potongan batang pohon kelapa yang
sudah habis digergaji. Memang agak jauh dari layar ditancapkan, namun tempat
ini kurasa pas untuk bisa dengan nyaman berdua-duaan dengan Midah.
Tak lama kemudian lampu layar menyala, pertanda film akan diputar. Biasanya
yang sering diputar pada acara layar tancap di dusunkuku adalah film-film
kolosal ataupun komedi. Meskipun sudah sering diputar hingga berkali-kali,
masyarakat di dusunku masih saja tak bosan untuk menonton. Kali ini aku merasa sedikit
aneh dan berbeda karena film yang diputar kali ini belum pernah aku tonton
sebelumnya. Di layar itu aku menyaksikan
seorang bujang terapung di sungai tanpa ubun-ubun di kepalanya.Aku mengamati
gambar bujang di layar itu lebih seksama.
Dan aku merasa semakin aneh saat melihat bujang itu memakai kemeja
kotak-kotak berwarna merah persis seperti yang aku gunakan saat ini. Jantungku
bergemuruh dahsyat, nafasku terasa sesak, denyut nadiku seolah hampir
tandas saat muka bujang itu terlihat
semakin jelas. Muka bujang itu mirip sekali denganku. Ya, tak salah lagi itu
memang aku!! Bagaimana ini bisa terjadi?
Kulirik Midah yang berada di sampingku, dia hanya tertawa menyeringai.
Mengerikan sekali. Lebih-lebih sekarang aku melihat dua taring muncul dari
mulut Midah dan siap menerkamku. Sejurus kemudian aku merasa jantungku tak lagi
memompa oksigen.
Catatan:
[1] Ayuk: Panggilan kakak perempuan di daerah Sumatera Selatan.
Singosari, Malang, 2012
Malam ini kucoba pula mencelupkan sepasang mata hatiku pada sepotong layar...
Malam ini kucoba pula mencelupkan sepasang mata hatiku pada sepotong layar yang menggenangi wajah
teduhmu. Memoriku melesat jauh ke
belakang, ada jutaan nafas-nafas bahagia, jiga kala aku belajar mengemas
riwayat hatiku yang pernah jatuh pada rasa dalam bening tangan paling putus
asa. Ada basah berenang ke dada. Hatiku gerimis.
Kucoba menyalakan saklar lampu-lampu ingatanku. Mengais-ngais memori yang masih belum pergi. Pada sebuah titik rasa ini bermula. Namun hingga kini, aku tak pernah paham cara Tuhan menanammu dalam ingatan.
Kucoba menyalakan saklar lampu-lampu ingatanku. Mengais-ngais memori yang masih belum pergi. Pada sebuah titik rasa ini bermula. Namun hingga kini, aku tak pernah paham cara Tuhan menanammu dalam ingatan.
Langganan:
Postingan (Atom)