Selasa, 02 Juni 2015

Hikayat Wanita yang Memerami Air Mata


Syahdan, seorang wanita berwajah manis, o bukan, seorang gadis dibalut kain minimalis berlari ke tepian malam dengan sekarung cemas dan air mata yang telah lama ia peram.

Dibawanya serta riwayat pesakitan, lambung kosong serta perih kehidupan yang sejak lama menganiaya usia.

Siapa yang bisa disalahkan saat
Lalu, dititipkanya kebahagiaan yang serupa benalu pada desah yang meresah, cucuran keringat juga goncangan cairan tengah tubuh anak manusia; surga baginya.

Apakah ia tak mengenal cerita nabi-nabi atau indahnya surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai susu? Atau  kalajengking dan cacing-cacing yang menjadi teman setelah nyawa diceraikan badan?

Oo bukan,
bukan hendak melumat bulat-bulat perihal siksa kubur juga api neraka, namun kisah paling darah ini hanya ia yang mampu menjamahinya. Bukan kamu, bukan kita, ataupun wanita-wanita kampung yang dari bibirnya selalu berloncatan segala serapah.

--Kini ia terus melangkah dengan biduk pelepah dan air mata, dengan kenangan yang terus beranak pinak, dengan ramai dosa yang menyesakki batok kepala.

Ia mulai mengemas juga mangemis cinta Pencipta, karena sejauh apapun jiwanya bertualang, dalam lumbung kosonglah kelak ia akan berpulang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar