Selasa, 02 Juni 2015

Sajak Kerinduan 1

Perihal kerinduan adalah rapal yang menyibukkan bibir, jari yang terjulur dalam kidung doa dan dzikir panjang, mulai dini hari juga saat  langit padam. Agar kita tak mendurhakai atas telapak kaki dan ubun-ubun yang terlanjur terlahir.

Takkan pernah selesai kutunai jasanya, saat yang dieraminya dengan  darah dan airmata. Sehingga rangkuman sunahnya serupa kompas  abadi bagi penjejak bumi seesudahnya. Maka Tuhan dan malaikat melangitkan shalawat untuknya; jangan dustakan ayat Tuhan pada Al azhab 56.


1/
Perihal kerinduan adalah mantra yang mengarus dalam shalawat, jari yang terjulur dalam kidung doa dan dzikir panjang, mulai dini hari juga saat  langit padam. Agar kita tak mendurhakai atas telapak kaki dan ubun-ubun yang terlanjur terlahir. Juga rindu yang selalu ranum pada pemilik mata seindah zaitun, adalah kepada engkau Yaa Habiballah.

2/
Takkan kering air ingatan, pada sebaris mantra, dalam kitab yang dieraminya dengan  darah dan airmata. Sehingga rangkuman sunahnya serupa kompas  abadi bagi penjejak bumi seesudahnya. Maka Tuhan dan malaikat melangitkan shalawat untuknya; jangan dustakan ayat Tuhan pada Al azhab 56.

3/
Cahayamu, adalah tempat tertanam dan tumbuhnya segala rindu yang biru, cinta yang nyata. Hingga aku menyalakan pijaran-pijaran harap, yang kini mengapung, terpantul dalam ribuan shalawat, dapatkah menerobosi jendela-jendela syafaatmu, Ya Habiballah?

4/
Seperti menghitung bilangan prima, satu satu luruh air mata, atas juntaian-juntaian dosa, juga alpa yang paling nanah. Namun cintamu, adalah letupan-letupan yang mengelus batin untuk memekarkan senyum.


Dengan jiwaku yang merunduk juga alunan salawat yang kuterbangkan pada bahumu yang sahaja, semoga dapat menjadi wasilah atas rindu-rindu yang kelak terijabah -Allahumma shali wa salim ala sayyidina Muhammad-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar