Selasa, 02 Juni 2015

Muasal dari Segala Kepergian


Sejak abad-abad jauh yang tak butuh hitungan,
datang adalah muasal dari segala kepergian.
Lalu, sunyi  adalah muara dari segala kesedihan.

Pernah kita memahat kenangan, dalam tiap tapak-tapak jalan, pada sawah dan ladang-ladang, pada bunga-bunga  kopi yang wangi,  pada rupa yang datang dan pergi bergantian, yang banyak mengajarkan silsilah kehilangan.

Satu tanya yang tersembunyi dalam sunyi-sunyi yang kunaungi. Perihal alasan engkau membakar ribuan peta, hingga kesedihan tidak pernah tahu bagaimana seharusnya menapaki jalan, menuju mukim di rahim-rahim kebahagiaan

Dimataku nanti akan tumbuh lubuk. Dengan ratusan ikan yang tak pandai berenang. Tersebab engkau lupa menitipkan sirip dan insang.

Nanti engkau paham, air mata mampu lebih banyak berkata-kata,  sunyi dan puisi menjadi lebih nyata dari  segala yang aku rasa.


Singosari, Malang,  2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar