Selasa, 02 Juni 2015

Lelaki Cahaya; Sebuah Dzikir kerinduan

Kepada Lelaki Cahaya, yang melalui Rahim garba Umunaa Aminah kisahnya sebagai anak manusia bermula; Muhammad ibn Abdullah.

Setelah sejarah menerjemahkan riwayat kehidupanmu yang paling darah
dalam naungan langit dan bumi yang terkadang damai dan  bergetar marah
yang sampai padaku  melalui gemulai angin yang melewati kekokohan gunung-gunung juga wangi samudra  yang menyuburkan tanah
maka kerinduan yang membuncah menjadi serupa umpan yang mengundang airmata untuk selalu tumpah
dalam shalawat muhabbah
doa yang menengadah
dan bentangan sajadah yang resah.

Dzikir kerinduan yang mengetuki hati paling nurani adalah muara dari mataku yang menelaga
hingga sungai-sungai membanjir di pipi
membuncahkan keimanan yang sering rapuh menjadi kembali mendidih bergemuruh
hanya tertuju kepada engkau duhai lelaki cahaya
yang harum namanya terus mendenyut dalam jantung-jantung  zaman berabad-abad lamanya.

Maka izinkan aku menikmati rindu yang mengumpar terbiar
mengarus dalam aliran denyut-denyut nadi yang menjadikan tubuhku bergetar
Sehingga tak dapat kuungkapkan segala rindu yang mekar
kecuali dengan cinta, linangan air mata dan gerimis jiwa yang membelukar

Biarkan pula kulantunkan dzikir dalam kucuran alir dawat syair.
Maka kini kupilihkan untukmu rindu yang tiada tepi,  yang kugoreskan dalam bait-bait puisi
 Lalu mengeraminya menjadi sebuah cerita tanpa narasi
agar rindu yang kian  menggemuruh dapat sampai kepadamu
bersama doa-doaku yang pilu membiru aku mengharap dekapan syafaatmu. --Yaa Habiballah, salam ‘alaik--

Nganjuk, Juli 2012


Tidak ada komentar:

Posting Komentar